37. Jeo

67.9K 6.4K 1.6K
                                    

Gleen menghempaskan tubuhnya di atas kasur. Ia mengusap wajahnya yang basah karena air mata. Leya sepertinya sudah pulang. Ia tak akan bisa tidur dan ia memang tak mau tidur. Ia harus tahu siapa WS.

Gleen duduk kembali di atas kasurnya. Mengacak rambut kemudian mengambil laptopnya di atas meja. Ia membuka laptopnya ketika ponselnya tiba-tiba berbunyi. Dari Ayah.

Ayah : Gleen, mungkin sekarang kamu masih tidur, gak papa kamu bisa baca saat bangun nanti. Takutnya Ayah lupa. Tadi Ayah ditelepon Pak Rasyid. Katanya kamu beberapa hari ini susah dihubungi dan gak memberikan laporan apapun ke dia. Is everything alright? Sorry for not being there. Kalau kamu ada masalah, kamu cerita ya. Nanti subuh Ayah pulang.

Gleen tersenyum getir. Ayahnya tak seharusnya mendapatkan anak yang menyulitkan dan sakit jiwa seperti dirinya. Gleen memang mencintai Ayahnya dan... rasanya ia tak ingin mengecewakan Ayahnya. Dulu Ayahnya sudah cukup terpukul dengan kepergian Ibu. Belum lagi, setelah kematian Ibu, Gleen lebih sering mengalami black out.

Ayahnya sebenarnya sudah cukup lama mengajak Gleen terapi. Dari kelas 2 SD, sejak Ibu meninggal. Namun tak banyak perubahan signifikan. Banyak psikiater yang angkat tangan. Ya, tentu saja Ayahnya tahu kondisi Gleen. Ibu yang bercerita karena sebenarnya Ibu sendiri adalah seorang psikiater. Dulu, Gleen hanya menjalani terapi dengan Ibunya selama beberapa bulan sebelum kematian Ibu. Ibu bilang, Gleen bisa sembuh lebih cepat. Namun, sejak Ibu meninggal, kondisi Gleen kembali drop bahkan lebih parah. Sehari ia bisa mengalami black out sebanyak 5 kali bahkan lebih. Dan... belum ada psikiater yang mampu menangani Gleen.

Hingga akhirnya, terjadi insiden besar sewaktu ia SMP. Ayah adalah satu-satunya yang percaya bahwa bukan Gleen yang melakukan itu semua. Ia bilang kalau Gleen tidak sakit jiwa. Ya, walaupun sebenarnya Gleen memang sakit jiwa. Tapi yang dimaksud Ayahnya adalah sakit jiwa sebagai psikopat.

Gleen kemudian bertemu Dokter Gerald setelah terjadi insiden itu. Ia merasa sangat cocok dengan Dokter Gerald walaupun awalnya terasa sulit berada 1 tahun di dalam ruang isolasi. Saat itu, kondisinya sangat sangat drop. Jiwa dan emosinya sangat labil. Ia lebih sering memunculkan Marco dan Jeo. Dan saat itu ia masih belum bisa menerima kehadiran Dokter Gerald. Tapi, lama kelamaan ia bisa menerima kehadiran Dokter Gerald.

Gleen... tiba-tiba saja merindukan Bu Sarah. Apa kabarnya? Setelah Gleen keluar dari rumah sakit, Bu Sarah tak pernah terlihat lagi. Sulit mencarinya. Bisa dibilang... Bu Sarah itu seperti Ibu. Satu-satunya orang yang percaya pada Gleen.

"Kamu bukan pembunuh. Ibu percaya." Itu yang Ibu Sarah pernah katakan. Seandainya Bu Sarah ada di sini, ia pasti akan menguatkan Gleen. Tapi... untuk apa? Toh, sepertinya tidak akan mempan. Gleen sendiri mulai yakin kalau di dalam dirinya ada pembunuh yang bersembunyi. Darimana ia dapatkan kepribadian seperti itu? Seperti Marco? Sial...

Gleen meletakkan ponselnya kembali. Kemudian ia mulai fokus berkutat mencari WS. Gleen kembali membuka berkas-berkas kasus Alfi. Ia mengecek daftar-daftar nama orang yang telah diwawancarai, terutama daftar nama orang yang tidak hadir di sekolah saat kematian Raya.

Gleen mendapatkan beberapa nama gadis berinisial WS.

1. Wiranti Saputri
2. Wulan Sarah
3. Wulan Sakinah

Hanya ini. Gleen kembali mendengar isi wawancara mereka bertiga. Satu pun dari mereka tak ada yang bersuara seperti WS. WS... lo siapa...

Hanya ada dua kemungkinan saat ini. WS tidak menangani Raya atau... WS bukan berasal dari sekolahnya namun mengenal Alfi. Kemungkinan ia satu SMP dengan Alfi. Masih abu-abu. Gleen masih belum bisa menyimpulkan apapun. Ia kehilangan clue.

Once Upon a Time (Dahulu Kala)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang