32. Robin Hood

62.1K 6.4K 1.1K
                                    

Leya mengerjap, membuka matanya perlahan. Ketika benar-benar sadar, ia menyadari bahwa dirinya kini berada di tempat asing dengan penerangan minim. Remang-remang, namun lampu orange berdaya 5 watt ini masih membuatnya cukup sadar bahwa kemungkinan ia berada di gudang yang tak terlalu besar. Terbukti dengan banyaknya barang-barang rongsokan dan berdebu yang diletakkan di sini.

Leya terduduk dalam keadaan tangan dan kaki terikat di kursi serta mulut tertutup. Astaga... apa yang terjadi? Terakhir kali yang ia ingat adalah ketika membuka pintu ruang pertunjukan planetarium, seseorang telah berdiri di depan pintu, menariknya, dan langsung membekap mulutnya hingga... Leya lupa. Sepertinya setelah itu ia tak sadarkan diri. Yah, walaupun pasti saat dibekap Leya melakukan sebuah perlawanan, itu tetap tak ada artinya.

Disinilah Leya, dengan berbagai pikiran negatif berkecamuk hingga pemikiran terburuknya bahwa... mungkin saja setelah ini, ia tak bisa lagi melihat Ayahnya. Bahkan untuk mengucapkan kata perpisahan saja sudah tak mungkin. Lalu, bagaimana dengan Gleen? Apa yang laki-laki itu lakukan? Dan... Rosa? Leya bahkan tak sempat menepati janjinya untuk menceritakan apapun pada Rosa. Ah, sial. Leya menunduk sambil menangis bila memikirkan semua ini. Apa... ia benar-benar akan mati di tangan Grimm?

Dan... benar bukan pemikiran Leya? Bahwa yang menyekapnya saat ini adalah Grimm?

"Ah, Alice... kamu sudah bangun?" Suara perempuan terdengar di belakang Leya. Bulu roma Leya seketika berdiri. Leya terdiam seketika. Suara yang rasanya tak asing. Yah, tidak salah lagi. Ini... Grimm.

Sial...

Langkah kaki seseorang di belakang Leya terdengar mendekat. Tak lama kemudian, tangan Grimm terasa membelai rambut Leya dengan begitu lembut. Tapi, justru membuat Leya semakin ketakutan. Leya masih menangis, tapi ia berusaha melepaskan ikatan tangan ini, walaupun ia tahu bahwa ini tak akan berhasil.

"Tenang saja, Alice. Sekarang belum saatnya kau mati." Ia berbisik di telinga Leya, sambil perlahan menepuk pundak Leya seakan ingin menenangkan, "aku hanya meminjammu sebentar saja." Tambahnya.

Leya tetap gugup. Ia tak percaya. Jantungnya berdebar semakin cepat, terutama ketika tiba-tiba sebilah pisau muncul dari belakang tubuhnya, menyusuri lengannya perlahan. "Kamu hanya perlu diam dan mendengarkan. Aku tidak suka orang-orang yang terlalu banyak membantah, juga menyulitkan. Tadinya aku tidak berniat sama sekali mengeluarkan pisau ini. Yah, tapi hanya untuk berjaga-jaga, tidak apa bukan? Alice, jadilah gadis baik sebentar saja. Aku sudah bilang, kamu masih belum ingin kubunuh. Jadi, jangan mengubah pikiranku," bisiknya dingin. "Mengerti?"

Leya memejamkan matanya, tak menjawab. Tiba-tiba, rambutnya ditarik kuat ke belakang, "mengerti tidak?!" Tanyanya sekali lagi, namun dengan nada yang lebih tinggi. Akhirnya, Leya terpaksa mengangguk.

"Bagus. Sekarang, dengarkan ceritaku. Yah, kamu harus tahu. Selain ingin menjadi seorang 'Robin Hood' dengan versi yang berbeda, bukan dalam hal menegakkan keadilan dengan mencuri, melainkan membunuh, salah satu hal yang membuatku ingin terus membunuh adalah... ingin terlihat. Sebelum membunuh, eksistensiku tak terlalu terlihat orang lain. Itu membuatku muak. Hanya dengan bersuara, mereka tak akan mendengarkanku. Tapi, bila aku melakukan hal tak terduga, mereka baru menyadari kesalahannya dan itu sudah terlambat.

"Hmm... mungkin kamu bertanya-tanya, kenapa aku menceritakan hal seperti ini padamu? Yah, kamu pemeran favorite-ku pada cerita yang aku buat ini." Dia kembali membelai rambut Leya, mendekatkan bibirnya kembali ke telinga Leya, "anggap saja aku jatuh cinta pada karaktermu yang brilian. Kamu memang berbeda dari Gleen. Ada satu hal yang Gleen tak punya dari kamu, tak perlu kusebutkan. Dan karakter itu membuatku sadar kalau kamu tidak jauh berbeda denganku. Atau mungkin, kamu penerusku selanjutnya, Lily. Aku sampai berpikir berulang-ulang untuk membunuhmu." Dia tertawa, dan itu sangat memuakkan bagi Leya.

Once Upon a Time (Dahulu Kala)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang