Leya masih bungkam memandangi foto di tangannya. Foto Adela, Raya, dan... Geri? Ya... Geri yang wajahnya persis dengan wajah Gleen. Namun kepalanya berusaha mengingat keras kejadian itu. Kejadian yang selama ini berusaha ia lupakan. Kejadian saat dirinya terpisah dari Dandelion, juga Ibunya.
Pertanyaannya, kenapa?
Kenapa ia meninggalkan Dandelion? Benarkah seperti itu? Kali ini, justru ia merasa bersalah pada Dandelion. Tapi, ia pasti punya alasan mengapa meninggalkan Dandelion.
Leya menggenggam kalung berbandul Dandelionnya, ia memajamkan mata. Bagaimana caranya mengingat kejadian itu? Yang ia lihat saat menutup matanya hanyalah sebuah kekosongan. Ia tak ingat. Tak bisa dipaksa. Ingatan itu akan muncul tanpa Leya minta. Ia muncul sendiri.
Leya membuka matanya, ia bangkit dari tempatnya bersimpuh saat mendengar Dandelion menangis di luar. Leya perlahan melangkah keluar kamar, sambil tetap memegangi kalungnya. Di luar terlihat Dandelion menangis sambil menutupi wajahnya. Ia duduk di sofa.
Leya melangkah mendekati Dandelion, duduk di sampingnya, kemudian memeluk Dandelion dari samping. Membiarkan tangisan Dandelion membasahi bajunya. "Maaf, Kak..."
"Aku gak maksa kamu untuk percaya sama aku, tapi aku gak nyangka kalau kamu segitu gak percayanya sama aku. Aku ini kakak kandungmu sendiri, Leya. Dan kamu jauh lebih percaya orang seperti Gleen dibanding aku? Oke. Aku tahu kamu suka dia kan? Tapi segitu butanya kamu karna cinta? Aku cuma berusaha ngelindungin kamu, tapi kamu sendiri gak mau dilindungi." Dandelion melepaskan pelukan itu, "aku ini kakak kamu! Apa salah kalau aku melindungi kamu dari orang-orang yang kucurigai sebagai Grimm? Apa salah kalau aku mencurigai Gleen? Kamu tahu? Cuma kamu satu-satunya orang yang gak ngerasain keanehan Gleen. Semua orang tahu ada sesuatu yang salah dengan Gleen!"
Leya tersenyum. Iya, sepertinya ia terlalu buta karna cinta. Hampir semua fakta yang ia temukan mengacu pada Gleen yang mungkin memiliki kepribadian sebagai seorang Grimm. Beberapa kali, Leya menemukan dirinya ketakutan saat berhadapan dengan Gleen atau alter-alter yang dimilikinya. Tapi, Leya lebih sering menemukan dirinya yang masih memiliki kepercayaan pada Gleen. Ia juga tak tahu kenapa ia sepercaya itu pada Gleen. Cinta? Tidak. Alasan itu belum cukup membuatnya percaya bahwa Gleen bukan Grimm. Tapi... entahlah. Ia juga tak tahu kenapa.
"Iya, mungkin aku buta karna sangat mencintai Gleen. Aku pikir, saat kakak memiliki seseorang yang disayang dan orang itu dituduh sebagai pembunuh, kakak juga akan melakukan hal yang sama sepertiku. Kakak percaya bukan dia, walaupun seluruh fakta berusaha membuat kakak percaya kalau dia pembunuhnya. Tapi, kakak yakin itu bukan dia. Kakak tahu bahwa laki-laki yang selama ini selalu membuat kakak tersenyum, membuat jantung kakak berdegub kencang, memeluk kakak, bahkan mencium kening kakak, itu bukan pembunuh. Matanya... kakak selalu mengenali matanya. Di dalam matanya hanya ada luka, tapi bukan nafsu buas pembunuh."
Leya menggigit bibir bawahnya, air matanya perlahan jatuh, "mungkin lebih tepatnya, kakak menolak percaya dia pembunuh. Kakak berusaha meyakinkan diri kakak kalau laki-laki bermata teduh itu bukan laki-laki yang jahat. Aku... mencintai Gleen, bahkan setelah aku menemui dirinya yang lain. Aku tahu dia terlalu banyak memiliki luka. Luka yang tak bisa disembuhkan siapapun, membuatnya membentuk sebuah benteng pertahanan.
"Aku mencintai Gleen, bahkan mungkin masih akan tetap mencintainya sekalipun aku tahu dia pembunuh. Karna, bukan dia yang membunuh. Ada seseorang yang lain di dalam tubuhnya yang punya hasrat membunuh. Tapi, aku bahkan sampai sekarang masih percaya pada Gleen. Iya, aku terdengar gila. Tapi, sekali lagi aku yakin kakak juga akan melakukan hal yang sama sepertiku. Gila karna cinta. Kehilangan akal karna cinta. Buta karna cinta. Yang aku tahu hanyalah... aku mencintai dia sampai titik terbawah kepercayaanku sekarang."
KAMU SEDANG MEMBACA
Once Upon a Time (Dahulu Kala)
Mystery / Thriller[COMPLETE, TERSEDIA DI GRAMEDIA, SEBAGIAN PART SUDAH DIHAPUS]Dongeng memiliki sisi gelap, terutama bagi mereka yang tak suka akhir bahagia. Mereka membuat dongeng sendiri. Namanya Gleen Warren Rajendra. Tampan, jenius, introvert, cold, namun begitu...