11. Hilangnya Sang Ratu

81.5K 8.2K 741
                                    

"Gleen... dia... apa dia pernah kenal Kak Belvina sebelumnya?"

Kenapa Rossa bertanya seperti itu?

"Gak tahu juga sih gue. Tapi, Gleen bilang enggak kok. Kenapa Ros? Kok lo tiba-tiba nanya? Terus lo tahu kak Belvina dari mana? Gue aja baru tahu dia." Leya menyipitkan matanya curiga.

"Hah? Anu... dia anak kelas lukis juga. Terus gue juga baru kenal sih, kan gue baru join kelas lukis. Terus gak sengaja tadi sore ketemu dia abis manggil lo. Dia nanyain Gleen deh."

"Dia gak datang kelas lukis juga?" Leya melirik daftar absen, tidak ada nama Belvina di sana, artinya Belvina memang tidak hadir pada kelas tersebut. "Dia nanya apaan emang?"

"Iya dia gak datang. Dia nanya 'Ros, kamu kenal anak baru angkatan kamu gak? Namanya kalau gak salah Gleen.' Terus gue bilang, 'iya Kak, kenal. Ada apa emangnya Kak?' Dia cuma senyum terus geleng-geleng gitu, 'gak papa.' Gitu katanya. Jadi ya gue pikir mungkin Gleen pernah kenal Kak Belvi."

Leya mengangguk-anggukkan kepala sambil ber-oh panjang, "eh Ros. Kak Belvi kelas berapa?" Tanya Leya. Kesempatan juga untuk mengetahui informasi mengenai Belvina.

"Kelas 12. Sekelas Kak Ansel sama Kak Raya kok. Ohiya, gue baru inget. Dia digossipin pernah pacaran sama Kak Raya. Tapi, diam-diam gitu deh. Cuma gak tahu juga udah putus apa belum sebelum Kak Raya meninggal. Pas Kak Raya meninggal, dia yang paling sedih banget sampai sakit. Itu aku diceritain Kak Rena."

"Gila gila gila. Lo tahu semuanya ya Ros."

"Iyalahhh. Gue gitu. Lo jangan meremehkan gue ya hahaha."

Ohiya, sepertinya ini kesempatan Leya untuk mencari tahu mengenai Tinkerbell. Siapa tahu Rosa tahu gossip-gossip mengenai Pak Wahid. Leya memikirkan pertanyaan lain agar terkesan tidak mencurigakan di telinga Rossa.

"Eh Ros... kalau Pak Wahid? Lo tahu gak gossip tentang beliau?"

"Pak Wahid? Hmm... gak tahu gue. Lo tahu sendiri kan Pak Wahid itu gimana? Dan lagi... kenapa lo akhir-akhir ini tertarik banget nanyain gossip sekolah? Bukan lo banget."

Leya menggigit bibir bawahnya. Padahal, Leya sudah berusaha sekuat tenaga agar pertanyaannya tidak terlalu mencurigakan, namun tetap saja Rosa curiga. Masalahnya, Leya memang langsung terlihat berubah dari Leya yang acuh tak acuh mengenai gossip dan kini berubah menjadi Leya yang sangat peduli pada gossip. Tentu saja Rosa curiga, tidak mungkin tidak curiga.

"Hah? Oh... anu, itu..."

"Sejak lo deket sama Gleen, lo berubah banget Ya'. Banyak yang lo sembunyiin dari gue. Gue kehilangan lo. Pas gue lagi butuh, lo nggak angkat telpon, gak balas chat. Terus pas lo nelpon gue, yang lo tanyain hal lain. Gue ada salah ya sama lo? Apa perasaan gue aja kalau lo jauhin gue? Entah kenapa, gue jadi cemburu sama Gleen. Dia ngambil lo dari gue." Hening sejenak sebelum Rosa kembali melanjutkan kata-katanya, "eh... apaan dah gue. Kok jadi baper? Maklum Ya' lagi dapet, emosi labil hahahaha. Gausah mikirin omongan gue deh hehee."

Terdengar suara tawa Rosa yang renyah di ujung sana. Sementara, Leya terdiam. Ada perasaan bersalah yang mencuat dan memenuhi rongga dadanya yang lama kelamaan menyesakkan. Leya tersenyum getir. Sejauh inikah Leya telah berubah? Kini yang Leya bayangkan adalah bila saat ini berada di posisi Rosa yang kehilangan teman baik tempat mengeluh. Leya tahu Rosa memiliki banyak teman, tapi tetap saja rasanya akan berbeda dengan sahabat. Padahal, Rosa selalu ada ketika Leya curhat ataupun saat Leya berada di keadaan sulit. Tapi, Leya malah tidak ada di samping Rosa, dan Leya yakin bahwa saat ini Rosa kesepian.

"Ros... maafin gue... gue terlalu sibuk sendiri," ujar Leya lirih.

"Enggak Ya', gue gak marah kok. Cuma gini, gue gak suka kalau lo rahasia-rahasiaan sama gue Ya'. Kita dulu udah janji kan saling berbagi rahasia?"

Once Upon a Time (Dahulu Kala)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang