"Tinggalkan flat ini dan tinggallah di nereka mana pun yang kamu sukai, Kayla," kata Orlando dingin tanpa bisa ditawar. "Aku tidak sudi melihatmu lagi."
"Kamu yakin dengan kata-katamu?" tanya Kayla memandangi Orlando yang menghindari kontak mata dengannya. "Tatap aku, Ando. Kamu yakin mau aku pergi? Dengan anak kita?"
"Jangan sebut dia anak kita!" bentak Orlando marah. "Dia bukan anakku. Aku tidak akan menganggapnya sebagai anak! Lagipula, selama aku di kuliah, siapa yang tahu apa yang kamu lakukan seorang diri di sini..."
"Cukup," potong Kayla sama marahnya. "Aku akan mengemasi barangku seperti yang kamu inginkan. Tapi tidak perlu kamu hina aku dan anakku lagi." Kayla masuk ke kamar mereka dan dengan mati-matian ia menahan tangisnya. Dimasukinya semua barang-barangnya ke kopor sampai isi lemari setengah kosong. Setelah dipastikannya tidak ada satu pun barangnya yang tersisa di apartemen, diretsletingnya kopor itu dan dibawanya kopor itu ke ruang tengah di mana Orlando masih berdiri. "Aku pergi," katanya, sama sekali tidak mengindahkan amplop yang berada di lantai.
Sebelum meninggalkan flat, ia memeluk suaminya yang mematung tidak membalas sentuhannya. Tapi Kayla tidak peduli. Bisa saja pelukan ini adalah pelukan terakhir mereka berdua, dan dia tidak mau menyia-nyiakan kesempatan ini. Alangkah sakit hatinya ketika Orlando mendorongnya untuk melepaskan pelukan itu.
Matanya menatap mata suaminya. Mata yang sewaktu dulu selalu menatapnya dengan cinta. Tapi saat itu tidak ada kehangatan lagi di matanya. Suaminya melihatnya dengan sangat dingin sampai Kayla merasa menggigil ditatap demikian.
Ia membalikkan tubuhnya untuk mendekati pintu.
"Kayla."
Setitik harapan muncul di hati Kayla. Apa, Orlando? Apakah kamu mau menahanku pergi dari sini? Apakah kamu berubah pikiran? Apakah kamu percaya bahwa kita bisa membesarkan anak ini bersama-sama?
"Aku menikahimu bukan karena aku mencintaimu. Kita berdua tahu bahwa aku tidak bisa menahan godaanku untuk tidak menyentuhmu. Nilaimu di mataku tidak lebih daripada tubuhmu. Aku mengatakan ini agar mudah bagi kita untuk saling melupakan satu sama lain setelah kita berpisah."
Bagaimana bisa aku melupakanmu di saat aku mengandung anakmu, geram Kayla. Bagaimana bisa aku melupakan ayah dari anakku sendiri? Bagaimana bisa aku melupakan orang yang telah menghancurkan hidupku? Aku bukan saja kehilangan suami. Aku juga kehilangan masa depanku dengan mau menikah dengannya! Apakah menurutnya aku bisa mendapat pekerjaan dengan statusku yang janda dan sudah punya anak? Apakah menurutnya aku bisa kuliah sambil mengurus anak?
Seakan percuma untuk mengeluarkan isi hatinya yang sebenarnya, Kayla menoleh dan tersenyum. "Percayalah begitu aku keluar dari flat ini, aku tidak akan mengingatmu lagi. Selamat tinggal."
KAMU SEDANG MEMBACA
EX-HUSBAND (COMPLETED)
Romance"Aku tidak percaya dia anakku. Kita selalu menggunakan protection, Kayla! Tidak mungkin kamu bisa hamil.... Tidak mungkin anak yang kamu kandung itu anakku!" "Dengar, Ando, aku tahu kamu belum siap. Aku juga belum siap. Tapi anak ini datang, anak in...