20

38.3K 1.8K 99
                                    

"Kenapa kamu tidak napsu makan begitu, Kayla?" tegur Tante Lisa. Pagi itu Tante Lisa sudah menyiapkan nasi goreng dengan telur ceplok kesukaan Kayla untuk memberi semangat pada keponakannya yang baru dapat kerja. "Jangan bilang kamu memikirkan Orlando lagi."

"Lebih parah, Tante," jawab Kayla sambil mengaduk-aduk makanannya. "Dia direktur di kantor tempat aku bekerja."

Oom Hardi yang sedang baca koran menurunkan korannya. "Bagaimana? Jadi kamu ketemu lagi sama laki-laki brengsek itu?"

"Ssst, Pak, dia itu ayah Bella lho," kata Tante Lisa mengingatkan. Saat itu Isabella belum pulang dari rumah adik Tante Lisa. "Lalu apakah dia mengganggumu, Kayla? Dia nanya kabar Bella nggak?"

"Dia tidak tahu Bella ada, Tante," sahut Kayla datar.

"Oom setuju. Dia itu nggak pantes jadi seorang bapak. Setelah puas dengan kebutuhan badaninya, dia tinggalkan kamu ketika kamu hamil." Oom Hardi berdecak kesal. "Kasihan sekali kamu, Kayla. Harus berhadapan lagi dengan mantan suamimu."

"Kayla, apakah kamu tidak memikirkan masa depan Isabella? Suatu hari dia akan membutuhkan ayahnya, terutama saat dia menikah."

"Saya belum siap memberitahunya sekarang. Tapi saya janji saya akan memberitahunya."

Ternyata sulit untuk memberitahu Orlando. Karena setiap Kayla memikirkan mantan suaminya hatinya seperti dibilah pisau. Sakit sekali. Ia pun harus menyemangati dirinya lebih keras daripada hari sebelumnya. Bukan karena Orlando saja.

Tapi karena Pak Ikram.

Terus terang Kayla tidak bisa melihat kesungguhan Pak Ikram atau siapa pun. Dia masih merasa hubungannya dengan Orlando belum selesai. Ya, secara hukum memang dia bukan istri Orlando lagi. Tapi secara ayah, Orlando punya kewajiban untuk menafkahi anaknya. Kayla harus mengakui keberadaan Isabella kepada Orlando sebelum semuanya semakin rumit.

Ia bisa membayangkan jika suatu hari ia memberitahu mantan suaminya, keluarga mantan suaminya akan berpikir dia hanya mengincar harta Orlando. Padahal maksud Kayla bukan itu. Dia ingin Orlando terlibat dalam membesarkan anak mereka. Ia ingin Orlando punya kesempatan untuk menjadi ayah yang baik. Tapi bagaimana caranya kalau setiap Kayla melihat Orlando, pria itu bersama Davina? Seperti yang dilihat Kayla siang itu.

Dari lift ia berjalan ke lobi. Ia berencana untuk makan siang di warung dekat kantor. Setelah membungkus makanannya dari warung untuk dibawanya ke tempat kerjanya, ia kembali ke lobi kantor dan di sana ia melihat Orlando sedang tergelak dengan kekasihnya.

Kecemburuan itu muncul lagi.

Apa yang kalian bicarakan sampai Orlando bisa tertawa lepas seperti itu, pikir Kayla lekas-lekas berjalan meninggalkan lobi menuju lift. Dia tidak mau Orlando melihat kesedihan di permukaan wajahnya. Di dalam lift dia masih membayangkan wajah Orlando yang sangat bahagia bersama perempuan itu. Apakah perempuan itu memang perempuan yang tepat untuk Orlando? Bukan perempuan seperti aku, yang dusun, dan hanya menyusahkan Orlando saja? Buktinya Orlando memintaku pergi dari hidupnya. Karena aku beban untuknya.

Kayla kaget saat ia melihat Pak Ikram sedang berdiri di ruangannya. Posisi laki-laki itu memunggunginya, berdiri menghadap jendela. Kayla tidak bergeming. Dia memperhatikan pria yang memiliki postur tubuh yang atletis itu. Di balik cahaya yang membias tubuhnya, siluetnya membentuk tubuh pria yang biasa Kayla lihat di majalah fashion. Tinggi dan meliuk bagai binaragawan.

EX-HUSBAND (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang