Kayla sebenarnya tidak mau mengenakan pakaian yang diberi Pak Ikram untuknya, tapi karena ia tidak punya pilihan, terpaksa ia pakai juga. Pak Ikram pergi lebih dulu meninggalkan penthouse-nya. Setelah pria itu pergi, datang seorang ibu tua yang mengaku pengurus rumah. Ibu itu memberikannya setelan kemeja dan celana katun longgar kepadanya. Selain itu Kayla tidak diperbolehkan meninggalkan penthouse sebelum ia menghabiskan sarapannya dan meminum obatnya.
Seharusnya Kayla berterima kasih pada Pak Ikram yang mengurusnya. Tapi jika pria itu baik, kenapa pria itu malah mengaku tidur dengannya? Pria baik pasti tidak melakukan hal itu!
Kayla berharap Pak Ikram punya urusan di luar kantor agar ia tidak usah bertatap muka dengan pria itu.
Ternyata sopir Pak Ikram menunggunya di lobi. Ia menolak, namun sopir itu mengatakan jika ia bersikeras menggunakan kendaraan lain selain mobil Range Rover Pak Ikram, sopir itu akan dipecat. Huh, ternyata dia memang suka memaksakan kehendak, pikir Kayla. Ia menurut pada sopir itu dan minta diantarkan ke kantor.
Selama di mobil dia tidak bisa memikirkan apa yang telah terjadi di antara Pak Ikram dengan dirinya. Mungkinkah hubungan seksual bisa dilakukan di luar kesadaran? Dia tidak ingat apa-apa mengenai hal itu. Dia bahkan tidak tahu bagaimana ia bisa berada di penthouse Pak Ikram. Bisa saja ia dan Pak Ikram memang benar-benar melakukannya....
Ya Tuhan.
Maafkan aku jika aku betul berzina dengan pria itu. Itu di luar niatku. Aku juga sama sekali tidak menikmatinya. Ingat saja tidak! Tapi.. bagaimana jika yang dikatakan Pak Ikram benar? Aku hamil.... Ah, semoga saja Pak Ikram berbohong. Semoga saja dia memang berbaik hati memberi tumpangan tidur padaku yang sakit. Apakah mungkin orang yang berbaik hati melucuti pakaian orang yang ditolongnya...
Sekonyong-konyong bayangan itu muncul di benaknya. Dia ingat ada orang yang melepaskan kancing kemejanya. Tapi, semakin ia berusaha mengingat lebih lanjut, kepalanya semakin pusing.
Aku benar-benar murahan, pikirnya sedih. Seharusnya aku bisa jaga diri! Seharusnya tidak kubiarkan pria mana pun menyentuhku. Seharusnya aku tidak melanggar janjiku pada Orlando...
Kesedihannya bertambah ketika ia turun dari mobil Pak Ikram dan melihat Orlando sedang di pintu lobi. Saat itu Orlando sedang menyambut investor. Tapi walaupun begitu, mata Orlando mengawasi Kayla yang berjalan cepat masuk ke dalam dan berlari kecil ke lift.
Rencana Kayla hari ini ia hanya mengambil tasnya dan pulang. Dia tidak bisa berada di kantor Pak Ikram sementara dirinya tahu bahwa ia tidak dibutuhkan untuk bekerja di sana. Ia ingin pulang, mengguyur tubuhnya dengan air, dan menggosok tubuhnya sekeras yang ia bisa untuk menghilangkan perasaan bersalahnya yang telah berzina.
Dia memang tidak yakin mengenai apakah ia betul tidur atau tidak dengan Pak Ikram, tapi kemungkinannya besar sekali mereka betul-betul melakukannya. Syukurlah Pak Ikram tidak ada di ruangannya saat ia tiba disana. Segera diraihnya tas ranselnya dan dibawanya ke lift.
Begitu lift terbuka, dilihatnya Orlando di hadapannya.
Kayla tidak bisa bernapas.
Dia tidak bisa menghadapi Orlando di saat ia merasa telah mengkhianati pria itu. Memang Orlando bukan suaminya lagi, tapi hati ini, rasa cinta ini... masih untuk tetap Orlando. Setelah berpisah Kayla tidak pernah membiarkan tubuhnya disentuh pria mana pun. Ada secercah harapan kecil di hatinya agar Orlando insyaf dan kembali padanya.
Orlando keluar dari lift dan mencengkram dua bahu Kayla.
"Berapa malam, Kayla?" tanya Orlando geram. "Berapa malam kamu hangatkan ranjangnya? Berapa malam kamu biarkan tubuhmu dinikmati olehnya? JAWAB!" Cengkraman itu semakin kuat dan menimbulkan perih.
"Orlando...."
KAMU SEDANG MEMBACA
EX-HUSBAND (COMPLETED)
Romance"Aku tidak percaya dia anakku. Kita selalu menggunakan protection, Kayla! Tidak mungkin kamu bisa hamil.... Tidak mungkin anak yang kamu kandung itu anakku!" "Dengar, Ando, aku tahu kamu belum siap. Aku juga belum siap. Tapi anak ini datang, anak in...