Tidak, pria itu tidak langsung mengantarkannya pulang.
"Apa kesibukanmu hari ini?"
"Ngg... Tidak ada, Pak," jawab Kayla risih.
"Good. Saya mau ngajak kamu jalan-jalan."
Tidak ada kata ajakan dalam nada suara pria itu. Tidak ada pula nada minta izin. Apakah pria itu terbiasa melakukan semuanya seenak jidatnya? Hanya karena dia kaya?
Berbeda sekali dengan Orlando. Walaupun hubungannya dengan Ando kandas, dia masih ingat betul pada masa pernikahan dulu Ando selalu bersikap hangat padanya. Ando mementingkan keinginannya lebih dahulu daripada keinginan lelaki itu sendiri.
Tidak, aku tidak boleh ingat-ingat dia lagi, tekad Kayla. Dia sudah punya masa depannya di kantor yang megah itu. Melalui kaca mobil Kayla melihat sebuah menara yang berdiri megah, yang mencakar langit di tengah Jalan Jenderal Sudirman. Perusahaan itu mungkin bukan punyamu, Ando, tapi kamu menjabat sebagai direktur di sana. Kamu masih sangat muda. Kamu orang yang sukses sekarang. Dan kesuksesanmu tidak didampingi olehku.
Lama sudah mobil Pak Ikram melewati Karjadi Tower. Kayla terlarut dengan lamunannya. Lamunannya yang terisi oleh kenangan-kenangan indah yang dilaluinya bersama orang yang dicintainya.
"Are you in love with him?" Ikram memecahkan keheningan.
"Pardon?" sahut Kayla, tersadar dari lamunannya.
"Apakah kamu sedang mencintai seseorang? Atau sedang memikirkannya, mungkin?"
"I was thinking of him," jawab Kayla. Lalu ia melihat rahang Pak Ikram mengeras. Dan entah karena alasan apa ia merasa bertanggung jawab untuk menambahkan, "But not in that certain kind of way. Terkadang, saat kita diam, pikiran-pikiran itu datang. Bukan karena kita mau, Pak Ikram." Huh kenapa harus kujelaskan apa maksudku, keluh Kayla. Apakah Pak Ikram ini memang tipe orang yang mendominasi orang-orang di sekitarnya sehingga semua orang berkewajiban untuk memuaskan keingintahuannya?
"Kenapa kamu harus capek-capek memikirkan Orlando?" tembak Ikram. Ia tertawa.
Dahi Kayla mengerut. Matanya menyipit. "Maksud Bapak?"
"Hidup itu harus berjalan maju, Kayla. Nanti lehermu sakit lho harus menoleh ke belakang." Jalanan macet. Ikram menoleh padanya, dan berusaha untuk tetap bersikap ramah, "Saya tidak ada maksud apa-apa. Saya hanya tahu kamu mencintai Orlando."
"Saya tidak mencintai Pak Orlando."
"Saya harap kamu benar-benar honest tentang itu," jawab Ikram, kembali mengemudi saat suasana jalan mulai lancar. Sedikit. "Karena saat kamu bekerja di kantor saya, kamu harus berhadapan dengannya. Dan tadi saat saya melihat kalian bicara di kedai, saya bisa melihat matamu yang berkata lain pada Orlando."
"Saya akan bersikap profesional, Pak. Bapak tidak perlu khawatir."
"Kayla," desis pria itu. "You're not a good liar."
"Kalau Bapak meragukan hasil kerja saya di kantor Bapak, kenapa Bapak memilih saya dari awal?"
Karena kamu mantan istri Orlando.
Bukan karena alasan lain. Apalagi karena bakatmu.
Terang Ikram tidak mengatakan hal itu. Dia hanya tertawa sumir. "Saya tidak meragukan kamu. Saya hanya tidak suka ada orang yang menyukai kekasih adik saya."
Mendengar kata 'kekasih adik saya', wajah Kayla berubah murung. Tidak, Kayla, tidak, ia berusaha meyakinkan dirinya dalam hati. Kamu tidak boleh mengatakan kamu pernah punya hubungan dengan Ando. Hubungan itu sudah berakhir. Dan bisa saja jika aku memberitahu Pak Ikram, kesempatanku untuk bekerja di tempatnya akan hilang. Selain itu aku khawatir masa depan Orlando pun terancam.
Kayla menggeleng perlahan.
"Saya tidak suka dengan kekasih adik Bapak," Kayla mengulang kata-kata pria itu. Dengan nada yang lebih tegas.
"Lalu mengapa tadi kamu bicara dengannya di kedai?"
"Pak Orlando menghampiri saya, bertanya lagi tentang lukisan yang dimintanya," jawab Kayla asal saja. Jujur ia tidak nyaman dicurigai seperti ini. "Saya bisa buktikan bahwa saya tidak menyukai Pak Orlando, Pak Ikram. Tapi saya mohon, jangan..."
"Jangan mengemis sekali pun kamu butuh uang, Kayla," potong Ikram mulai marah. "Saya hanya mengujimu saja."
Lalu ia tersenyum. Lagi! Kayla tidak habis pikir dengan sikap Pak Ikram padanya.
"Kayla, mungkin ini terdengar aneh," kata Pak Ikram kemudian. "Tapi saya ingin mengajakmu makan siang di luar. Saya ingin mengenalmu lebih jauh. Tentu saja, karena kamu akan bekerja di ruangan saya, dan saya harus tahu seperti apa orang yang akan menghabiskan waktu bersama saya."
Kayla tidak punya pilihan. Pak Ikram mungkin orang yang sulit percaya pada orang karena itu ia ingin mengenalnya karena Kayla akan melukis di ruang pribadi pria itu.
Dalam hati Ikram hanya berpikir, bagaimana perempuan polos seperti Kayla pernah mencintai seseorang seperti Orlando? Siapa yang mengejar di masa lalu? Ikram penasaran. Dia akan mencari tahu... dari mulut Kayla. Ya, suatu hari ia akan mengetahuinya.
Perempuan itu terlihat baik. Dia juga sangat manis dengan alisnya yang tebal, matanya yang bening, dan bibirnya yang tebal. Mungkin itu kenapa Orlando bisa jatuh hati padanya.
Namun suatu waktu Ikram melihatnya melamun, dan ia bisa merasakan kesedihan dari mata perempuan itu. Masih patah hatikah perempuan itu karena perceraiannya?
Ikram akan mencari tahu. Ikram akan tahu apa yang ingin diketahuinya tentang perempuan ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
EX-HUSBAND (COMPLETED)
Romance"Aku tidak percaya dia anakku. Kita selalu menggunakan protection, Kayla! Tidak mungkin kamu bisa hamil.... Tidak mungkin anak yang kamu kandung itu anakku!" "Dengar, Ando, aku tahu kamu belum siap. Aku juga belum siap. Tapi anak ini datang, anak in...