4

75.3K 3.7K 51
                                    

Kayla sangat terkejut ketika malam itu ia mendapat email dari sebuah perusahaan yang mau membeli lukisan-lukisannya. Dia tidak menyangka responsnya akan secepat ini. Baru tiga hari yang lalu dia mengunggah hasil-hasil karyanya di Instagram, dan sudah ada yang mau membeli.

Sudah lima tahun terakhir ia berkutat dengan dunia seni. Ia terjun ke dunia itu pun bukan sengaja. Setelah ia melahirkan, pamannya yang punya pekerjaan sebagai makelar (tidak spesifik benda apa saja yang dapat ia tawarkan-apapun bisa dijadikan uang oleh pamannya), memintanya untuk menuangkan idenya di sebuah kanvas. Oom Hardi memang sudah melihat bakatnya sejak ia SMA. Dan menurutnya bukan ide yang buruk untuk memperdagangkan imajinasi yang ada di kepalanya.

Penghasilannya dari melukis memang tidak tetap, tapi Kayla berusaha semampunya untuk tetap kuliah. Ia tidak mengambil banyak waktu untuk beristirahat pasca melahirkan. Dua bulan setelahnya ia belajar sangat keras agar diterima di universitas negeri. Dengan pertimbangan biaya kuliah di universitas negeri tidak semahal di swasta. Dia pun bekerja dengan giat, apapun ia lakukan untuk biaya sehari-harinya dan kuliah. Ia melukis, bekerja part-time sebagai barista di kedai kopi, hingga mengajar seni di sebuah sanggar dekat kontrakan pamannya. Dia sadar, dia harus menghasilkan uang. Bukan hanya untuknya dan bayinya saja. Tapi juga untuk paman dan istri pamannya yang telah berbaik hati padanya dengan membiarkannya dan Isabella tinggal di kontrakan mereka.

Paman dan bibinya bukan hanya memberi tumpangan, tapi bibinya juga merawat Isabella saat Kayla harus keluar untuk kuliah dan bekerja. Setelah lulus kuliah, Kayla harus berjuang mendapat pekerjaan. Tidak mudah baginya mendapat pekerjaan tetap walaupun IPK nya di atas tiga koma lima. Di Fakultas Ekonomi Pembangunan di uninya, dia lulusan terbaik. Namun statusnya yang sudah pernah menikah dan punya anak pun menghambatnya untuk diterima di perusahaan. Tapi ia tidak menyerah. Seperti masa-masa kuliah dulu, ia selalu siap untuk bekerja serabutan.

Dan kali ini ia memilih untuk menjadi pelukis.

Memang pendapatannya tidak tetap, tapi jumlahnya beragam. Ia bahkan bisa mendapat seratus jua perbulan atau malah pernah lima juta per bulan saja, tergantung permintaan klien. Kliennya pun macam-macam, ada yang dokter, psikolog, landlord, dan lain-lain. Mereka selalu puas dengan hasil kerja lukisannya yang sesuai dengan permintaan mereka. Jenis lukisannya pun juga berbagai jenis seperti surrealism, klasik, pop art, yang tujuannya hanya untuk dipajang di kantor klien. Kayla bisa memenuhi permintaan itu semua walaupun ada yang juga membutuhkan waktu lebih lama.

Tapi rejeki kan sudah ada yang mengatur, dan tidak selalu mengalir. Kalau sudah begitu, Kayla tidak bisa berharap banyak selain berdoa dan mencari-cari kerja di internet.

Karena itu ketika ada sebuah perusahaan hendak membeli lukisannya, ia sangat bersyukur. Diciumnya dahi anaknya yang sedang tertidur. Anaknya terbangun, "Mama kok cium-cium Bella?" tanya anaknya setengah sadar.

Banyak sekali yang Mama syukuri, Bella, katanya dalam hati sambil diusap-usapnya rambut anaknya. Mama memang tidak punya suami untuk menunjang hidup Mama, tapi Mama sangat senaaang sekali bisa menjadi ibu Bella. Bella anak yang periang dan pintar di sekolahnya. Dia pun sudah sering dimasukkan ke perlombaan kecantikan karena wajahnya yang manis. Wajahnya yang sangat mirip Orlando. Rambutnya yang hitam dan matanya yang belo sudah pasti diturunkan oleh ayahnya, karena rambut Kayla berwarna coklat gelap dan matanya tidak sebesar Orlando. Setiap malam, setiap Kayla memandangi anaknya yang tidur bersamanya, dia selalu ingat pada Orlando.

EX-HUSBAND (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang