12- Terasingkan

148 11 1
                                    

(ASIA POV)

"Ranz, handphoneku"

Aku langsung menagihnya, bahkan ranz belum sempat menyentuh makanannya.

"Here"

Dia mencari cari di-saku jasnya dan memberikan handphoneku.

"As, kemarin ada hoax yang menyebar, tentang aku kamu dan viel, maaf ya."

"Ha?"
Sumpah aku gatau apa-apa dan rasanya blank banget.

"Viel bilang kalau aku selingkuh sama kamu, dan kamu menggodaku

"Ha? Yaampun"

"Maaf ya as, semua ini salahku"

"Gpp ranz"

Menurutku hal seperti ini biasa, mungkin kalau aku mengepos di twitter dan mengeluarkan statement aku bertemu dengan ranz disebuah acara, mereka akan menganggap aku seperti fans biasa.

Ranz mulai melahap nasinya, dan kini aku malah sibuk mengecek notifikasi twitter yang hampir 1000.

Aku membacanya perlahan dan rasanya mau muntah, aku tidak menyangka kalau masalahnya akan separah ini, mereka mengatakan kalau aku tidak tau diri, tidak sopan, bukan hanya mengatai-ku mereka bahkan memintaku untuk pulang ke negaraku, mereka bilang aku hama yang bisa merusak filipina.

Aku terdiam, rasanya seperti dicabik cabik dari dalam, Tubuhku utuh tapi rasanya nyawaku bertebaran.
Mungkin memang benar aku tidak tau diri, lihat saja anak yang punya jutaan penggemar ini kini makan dihadapanku, mandi ditempatku, dan aku masih berharap lebih darinya.

Aku memang munafik dan pengganggu, mungkin lebih baik aku benar-benar pergi dari negara ini dan segera menghilangkannya dari hidupku.

"As, ayo kita makan"

"Oh, iya"

Aku meletakan handphoneku dan mengambil nasi dan lauk kepiringku.

Satu, dua, tiga sendok saja yang bisa kulahap, padahal aku belum makan sejak pagi.
Aku tidak kuat, melihat ranz yang ada dihadapanku, rasanya hatiku membeku memikirkan kalau aku harus melupakannya, mataku tidak berhenti menatapnya dan otakku terus memikirkannya, aku ingin dia tau kalau aku mencintainya, bodoh asia, kamu bodoh, kamu harus belajar melupakannya

Aku mulai menangis lagi dan lagi
Menjatuhkan sendokku dan mulai merintih, tangisanku tak bisa kutahan, rasanya ingin berteriak dan menangis tersedu-sedu didepannya, setidaknya untuk terakhir kalinya, biarkan aku mengaku padanya.

"Asss"

Ranz bangun dari tempat duduknya, menarikku dari bangku dan memeluk tubuhku, tubuhnya yang masih lembab dan dingin kini bersentuhan dengan kulitku.

"Maafkan aku as, maaf"

Aku memeluk balik tubuhnya dengan erat, seperti tidak mau melepaskannya.

"As, maaf"

Ranz terus meminta maaf, padahal aku tidak tau dimana letak salahnya.

"As tolong jangan menangis lagi, itu melukaiku"

Aku terdiam sejenak, walau air mataku masih mengalir.

"Aku tidak mau kamu bersedih, itu membuatku seperti tidak berguna"

"Bukan begitu ranz"

"As"

Ranz menaruh dagunya diatas kepalaku, sepertinya ia menangis, dan tak lama bibirnya yang hangat itu mencium dahiku yang tepat ada didepannya sambil terus menerus meminta maaf, aku bisa merasakan bibirnya yang  basah karena air mata.

Ranz, I'll Be Gone SoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang