Lala kesepian, dan semakin merasa sendiri
Dia harus tetap jalani hidup, sendiri
Tersisa tiga orang di rumah semegah istana itu
Kini, dia satu-satunya perempuan
Dia memasak
Dia mengurus berbagai keperluan
Namun
Tak ada yang merangkul lala
Tak seorangpun mengerti lala
Lala berjalan sendiri
Paman tak percaya
Kak edo tak percaya
Lala pun juga masih tak percaya
Tapi bagaimana bisa seperti ini ?
Lala lah yang memperjuangkannya
Lala lah yang melakukan semua
Beribu sesak sebenarnya yang ia rasakan, tak dihiraukan
Bulir air tak lagi menetes sebab betapa keringnya
Kini, hanya tersisa kenangan belaka
Hanya nama
Di dalam rumah itu
Tak satupun kembali semula
Tak ada perbincangan
Tak ada saling sapa
Tak ada yang namanya keluarga
Ya, nampak tak ada orang di dalamnya
Masakan di atas meja, seperti dulu kala
Tak sedikitpun dicium aromanya
Rumah tak bernoda
Namun, bak tak pernah dikaca
Semua bagai kelabu
Awan hitam menyelimuti rumah itu
Warna cerah tak lagi ada
Hanya abu saja
Semua tak tahu lala
Tak ada yang mau tahu lala
Tak ada seseorang yang menemaninya
Lala bosan selagi semua berjalan tak berdampingan
Inginnya, hanya duduk terdiam, melihat sekitaran
Itulah lala, dulu
Sudah merasakan apa itu sendu
Sendu yang tak lagi sebatas gurau lagu
Kak edo terlihat tak bersemangat hari ini
Paman terlihat tak bersemangat hari ini
Aku...
Aku ?
Jangan tanyakan itu
Hari ini aku melihat mereka
Tapi tidak
Sebatas bangun tidur
Dan menghilang kembali
Entah kemana
Aku pun tetap menjalani rutinitasku di sekolah
Aku harus tetap beraktivitas
Aku semakin beranjak dewasa
Seakan dipaksa dewasa lebih awal
Aku tak siap
Aku harus siap
Mengerti akan kondisi dan menjalani kehidupan tak sama dengan kawan lain, bukanlah hak yang ingin aku terima, namun kewajiban yang dipaksakan, sekaligus harus ku jalani sebagai "anak perempuan almarhumah bibi".
Akulah sebenarnya momongan mereka
Namun, sekarang akulah ibu rumah tangga
Aku tak mengindahkan mereka lagi
Biarlah semua berjalan adanya
Aku tak menghiraukannya lagi
Semakin dirasa semakin menyayat hati
Aku sudah mencapai puncak perjuangan
Semakin mereka tahu semakin aku terbiasa
"kak, besok ada penerimaan rapor sekolah." Ucapku pada kak edo.
"biar kakakmu yang datang." Jawabnya.
Ya, istrinya lah yang dimaksud, istrinya yang baru. Dia memang telah menikah lagi. Syukurku karena dia memilihnya atas kehendakku. Keberadaannya membuatku semakin tak menanggung beban sendiri. Dia wanita sholeha, menurutku. Asalnya pun sesuai keinginan bibi kala itu. Wanita dari pondok pesantren itu memang lembut nan cantik parasnya, bagai bobot yang mengimbangi kak edo. Kak edo kasar dan nakal kataku dulu, tapi sekarang bukan itu kataku. Dia juga mengimbangi istrinya, dia berubah, dia pengertian dengan keluarga, peduli dengan hal sekecil apapun, namun yang tak hilang hanyalah ego yang begitu besar.
Berlalunya waktu, berlalu pula beban itu terasa. Tak dapat dipungkiri tetap membekas di dada, bahwa keluarga tak utuh seperti semula. Kita memang berempat lagi, namun seharusnya berlima, berenam, bertujuh, dan bertambah banyak lagi.
Ya, itu sekedar anganku.
Namun...
Suara itu
Suara itu terdengar kembali
Gemuruh yang buatku tak tenang
Aku benci
Aku membencinya
Aku akan tetap terus benci
Bentakan
Cacian
Suara keras, aku tak suka
Pecahan kaca ada di sudut ruang
Aku lihat
Benar-benar ku lihat
Mereka
Mereka melotot
Beradu kata
Ego, ego, ego andalannya
Beribu linangan sudah
Tak terhitung jumlahnya
Banyak luka
Tak terukur dalamnya
Semua tak ada habisnya
Cerita tak ada ujungnya
*fiuhhhh
Selesai sudah part ini, Alhamdulillah.
Begitu berat yang dirasakan Lala sehingga author sebenarnya belum mampu memunculkan part ini.
Hanya sebatas ini yang bisa author sampaikan rasa Lala kala itu, oleh karena itu author memohon maaf pada Lala dan pembaca jika apa yang ditulis tak sebermakna kisah Lala sebenarnya.
Namun akhirnya bisa mencurahkan isi kisah Lala pun author sudah senang.
Sampai menulis ini, author tetap ikut tersayat hatinya sampai-sampai sebaper ini, hehe
Pokoknya Keep smile ya temen-temen pembaca jalani dan syukuri semua yang telah ada (terjadi) pada kehidupanmu
Jangan lupa vote dan comment nya ya
Author bener-bener tersentuh jika banyak komen yang bermunculan, tersentuh karena senang loh ya, hehe
Terimakasih semuaaaaa

YOU ARE READING
"Inilah Kehidupan"
Cerita PendekNamanya Lala. Anak lemah yang hidup di keluarga megah. Megah, itu pandangan orang. Ditimangnya dia oleh keluarga bak permata. Itu dulu. Semakin berlalunya waktu, semakin berbeda pula sosok Lala. Lala yang pendiam, Lala yang penyendiri, Lala yang ta...