Part 4

37 4 3
                                    

Lala kesepian, dan semakin merasa sendiri

Dia harus tetap jalani hidup, sendiri

Tersisa tiga orang di rumah semegah istana itu

Kini, dia satu-satunya perempuan

Dia memasak

Dia mengurus berbagai keperluan

Namun

Tak ada yang merangkul lala

Tak seorangpun mengerti lala

Lala berjalan sendiri

Paman tak percaya

Kak edo tak percaya

Lala pun juga masih tak percaya

Tapi bagaimana bisa seperti ini ?

Lala lah yang memperjuangkannya

Lala lah yang melakukan semua

Beribu sesak sebenarnya yang ia rasakan, tak dihiraukan

Bulir air tak lagi menetes sebab betapa keringnya

Kini, hanya tersisa kenangan belaka

Hanya nama

Di dalam rumah itu

Tak satupun kembali semula

Tak ada perbincangan

Tak ada saling sapa

Tak ada yang namanya keluarga

Ya, nampak tak ada orang di dalamnya

Masakan di atas meja, seperti dulu kala

Tak sedikitpun dicium aromanya

Rumah tak bernoda

Namun, bak tak pernah dikaca

Semua bagai kelabu

Awan hitam menyelimuti rumah itu

Warna cerah tak lagi ada

Hanya abu saja

Semua tak tahu lala

Tak ada yang mau tahu lala

Tak ada seseorang yang menemaninya

Lala bosan selagi semua berjalan tak berdampingan

Inginnya, hanya duduk terdiam, melihat sekitaran

Itulah lala, dulu

Sudah merasakan apa itu sendu

Sendu yang tak lagi sebatas gurau lagu

Kak edo terlihat tak bersemangat hari ini

Paman terlihat tak bersemangat hari ini

Aku...

Aku ?

Jangan tanyakan itu

Hari ini aku melihat mereka

Tapi tidak

Sebatas bangun tidur

Dan menghilang kembali

Entah kemana

Aku pun tetap menjalani rutinitasku di sekolah

Aku harus tetap beraktivitas

Aku semakin beranjak dewasa

Seakan dipaksa dewasa lebih awal

Aku tak siap

Aku harus siap

Mengerti akan kondisi dan menjalani kehidupan tak sama dengan kawan lain, bukanlah hak yang ingin aku terima, namun kewajiban yang dipaksakan, sekaligus harus ku jalani sebagai "anak perempuan almarhumah bibi".

Akulah sebenarnya momongan mereka

Namun, sekarang akulah ibu rumah tangga

Aku tak mengindahkan mereka lagi

Biarlah semua berjalan adanya

Aku tak menghiraukannya lagi

Semakin dirasa semakin menyayat hati

Aku sudah mencapai puncak perjuangan

Semakin mereka tahu semakin aku terbiasa

"kak, besok ada penerimaan rapor sekolah." Ucapku pada kak edo.

"biar kakakmu yang datang." Jawabnya.

Ya, istrinya lah yang dimaksud, istrinya yang baru. Dia memang telah menikah lagi. Syukurku karena dia memilihnya atas kehendakku. Keberadaannya membuatku semakin tak menanggung beban sendiri. Dia wanita sholeha, menurutku. Asalnya pun sesuai keinginan bibi kala itu. Wanita dari pondok pesantren itu memang lembut nan cantik parasnya, bagai bobot yang mengimbangi kak edo. Kak edo kasar dan nakal kataku dulu, tapi sekarang bukan itu kataku. Dia juga mengimbangi istrinya, dia berubah, dia pengertian dengan keluarga, peduli dengan hal sekecil apapun, namun yang tak hilang hanyalah ego yang begitu besar.

Berlalunya waktu, berlalu pula beban itu terasa. Tak dapat dipungkiri tetap membekas di dada, bahwa keluarga tak utuh seperti semula. Kita memang berempat lagi, namun seharusnya berlima, berenam, bertujuh, dan bertambah banyak lagi.

Ya, itu sekedar anganku.

Namun...

Suara itu

Suara itu terdengar kembali

Gemuruh yang buatku tak tenang

Aku benci

Aku membencinya

Aku akan tetap terus benci

Bentakan

Cacian

Suara keras, aku tak suka

Pecahan kaca ada di sudut ruang

Aku lihat

Benar-benar ku lihat

Mereka

Mereka melotot

Beradu kata

Ego, ego, ego andalannya

Beribu linangan sudah

Tak terhitung jumlahnya

Banyak luka

Tak terukur dalamnya

Semua tak ada habisnya

Cerita tak ada ujungnya



*fiuhhhh

Selesai sudah part ini, Alhamdulillah.

Begitu berat yang dirasakan Lala sehingga author sebenarnya belum mampu memunculkan part ini.

Hanya sebatas ini yang bisa author sampaikan rasa Lala kala itu, oleh karena itu author memohon maaf pada Lala dan pembaca jika apa yang ditulis tak sebermakna kisah Lala sebenarnya.

Namun akhirnya bisa mencurahkan isi kisah Lala pun author sudah senang.

Sampai menulis ini, author tetap ikut tersayat hatinya sampai-sampai sebaper ini, hehe

Pokoknya Keep smile ya temen-temen pembaca jalani dan syukuri semua yang telah ada (terjadi) pada kehidupanmu

Jangan lupa vote dan comment nya ya

Author bener-bener tersentuh jika banyak komen yang bermunculan, tersentuh karena senang loh ya, hehe

Terimakasih semuaaaaa

"Inilah Kehidupan"Where stories live. Discover now