#7# Cool or Kulkas

478 51 25
                                    

Burung gereja sibuk bersiul di luar jendela. Cahaya matahari yang menyusup lewat tirai menyapa pipiku. Terasa hangat. Mataku mengerjap beberapa kali untuk menyesuaikan cahaya sekitar. Kulirik jam beker berbentuk hati di atas nakas, sudah menunjukkan pukul 07.10 WIB. Buku bersampul cokelat di sampingnya mencuri perhatianku. Seolah ia berkata, "Ayo, lanjutkan ceritamu!"

Tampaknya aku termakan oleh bujuk rayunya. Kuraih buku itu, "Baiklah jika itu maumu."

•••

Di hari ketiga latihan, kami tidak lagi belajar dengan Bu Erna karena jadwal pelajaran kali ini adalah adalah sosiologi bukan geografi. Kami belum tahu siapa yang akan menjadi narasumber nantinya.

"El, semalam kok TV gak kamu matiin?" Aku membaca buku Get Medal Olimpiade IPS di sofa single dekat jendela. Jendela besar itu aku biarkan menganga agar sinar matahari pagi bisa masuk ke setiap sudut kamar.

"Ketiduran," sahutnya santai. Gadis itu masih disibukkan dengan menyisir mahkota kepala yang menjuntai hingga ke pinggang.

"Oh, besok-besok jangan sampe ketiduran lagi! Ingat, sebelum tidur TV dimatiin dulu!"

"Iya-iya,"

Ting tong ting tong

"Eh, Syifa! Hanna mana?" Tanya Ella yang kali ini membukakan pintu.

"Masih di kamar, katanya nanti mau nyusul ke bawah." Syifa melirikku yang masih sibuk di depan cermin. "Udah siap, Re?"

"Dikit lagi,"

"Jadi," Ella menyandang ranselnya, "duluan aja nih?"

"Ya udah yuk!" Kumatikan televisi terlebih dulu sebelum meninggalkan kamar. Jangan sampai keteledoran Ella semalam terulang untuk kedua kalinya.

Sesampainya di ruang makan, kami duduk di tempat yang sama.

"Di sini lagi?" Tanyaku. "Kenapa gak di tempat lain?" Ternyata semua meja sudah penuh, apa boleh buat?

"Makan siang nanti kita duduk di sana, yuk!" Aku menunjuk ke sebuah meja berukuran besar di dekat dinding kaca yang menghadap langsung ke luar.

"Oke,"

"HEI! TEGA YA NINGGALAIN HANNA SWIFT!" Protes Hanna yang tiba-tiba datang.

"Kata Syifa kamu bakal nyusul," Seru Ella.

"Eh, sorry Hanna. Aku lupa kalau kamu mau nyusul ke kamar, bukan kemari!" Syifa menggaruk kepalanya yang sama sekali tidak gatal.

"Oalah, Syifa!"

"No problem, ane mau ngambil sarapan dulu." Pamit Hanna.

Indera pendengaranku menangkap kebisingan dari meja cowok yang berjarak tiga meter dari tempat kami. Informasi yang berhasil aku dengar, mereka tengah membahas pertandingan sepak bola semalam. Pandanganku menyapu setiap ekspresi bahagia mereka. Tunggu! Apa itu dia? Aku terkejut lantas melirik Ella.

"Itu Fero kan, El?"

"Mmm," Ella mengangguk.

"Dia senyum, El!" Ujarku histeris bukan main.

"Apa salahnya? Suka-suka dialah!" Ella memutar bola matanya malas.

Aku melahap sarapanku dengan mata masih tertuju kepada cowok kacamata itu. "Kirain dia gak punya ekspresi lain selain tampang datarnya."

"Anak ni ada-ada aja! Dia manusialah, Re! Kamu pikir dia apaan?"

"Kirain," Aku mengangkat bahu.

Sweet Science ✅[END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang