Alarm Atia berdering tepat pukul empat dini hari. Kantukku belum tuntas. Tiga jam belum cukup untukku melepas penat. Tapi, mau bagaimana lagi?
Selepas shalat subuh, aku punya sekitar lima belas menit sebelum turun ke ruang makan. Kalian tahukan apa yang aku lakukan sekarang? Yap, main HP.Atia masih berada di kamar mandi. Gadis itu memutuskan untuk tidur lagi setelah mematikan alarm-nya, sekitar setengah jam kemudian baru ia shalat dan mandi, sampai sekarang.
Drrrttt drrt
Bu Wid is calling...
"Assalamualaikum, Buk."
"Waalaikumsalam, Reeca sudah bangun?"
"Sudah, Buk."
"Syukurlah, tadi Ibu pikir kamu belum bangun. Jangan sampai telat ya nanti ke acara pembukaannya."
"Baik, Bu."
Atia keluar dari kamar mandi dengan kepala terbungkus handuk putih. "Kamu gak langsung ke ruang makan?"
"Nanti aja deh, barengan sama temenku."
"Aku duluan ya, mau mampir ke kamar temen. Kamu gak pa-pa sendiri kan?" Atia menggosok kepalanya yang masih basah setelah keramas.
"O...gak pa-pa," aku tersenyum kaku. Memandangi sekeliling kamar, gak pa-pa deh sendirian. Aman kayaknya.
Aku memperhatikan gadis itu bersiap. Memakai hijab putih segiempat dan jam tangan branded di pergelangan kirinya. Tampilan sederhana tanpa polesan bedak namun tetap modis. Aku rasa Atia termasuk gadis yang cuek.
Ia mengetik sesuatu di ponselnya sebagai balasan dari messages seseorang, mungkin temannya yang Atia ceritakan tadi.
"Ree, aku duluan. Kartu kamar punyamu mana?"
Kuserahkan kartu milikku. "Ini,"
Atia mencabut kartu miliknya dari card stopkontak dan menggantinya dengan kartu milikku. Kalian tahu kan kenapa? Agar lampu di kamarku tetap menyala.
"Bye, Ree!"
"Bye!"
Hening.
"Nyalain TV deh biar ramean." Aku mengotak-atik remote, mencari siaran yang menarik untuk ditonton.
Drrrttt
Sebuah notifikasi dari ponselku sukses membuatku kaget. Entah kenapa aku parnoan pagi ini.
Syifa: Kamu udah ke ruang makan?
Reeca: Belum, masih di kamar. Barengan yuk!
Syifa: Aku baru selesai mandi
Reeca: yah
Aku mencebik. "Jam segini si Syifa masih belum kelar? Waduh!"
Kamar terasa begitu sunyi. Volume televisi yang sengaja kukeraskan nyatanya tidak mampu mengusir atmosfer ganjil berada sendirian di kamar yang cukup luas ini.
"Tenang, Ree! Relaks!" Ujarku menyemangati diri sendiri.
Ting tong ting tong
Jlep!
Bahuku menegang, "Siapa?"
✈✈✈
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Science ✅[END]
Teen Fiction#3 osn 130719 OSN Palembang 2016 Based on True Story Ini bukan ceritaku, tapi cerita kami. Hanya ingin bernostalgia lewat kata-kata bersama memori di ruang ingatan. Kupersembahkan cerita ini untuk kalian, DUA BELAS MERPATI yang mengajariku arti per...