Chapter X

1.3K 214 37
                                    

Jimin merapatkan tali bathrobe yang membungkus tubuh mungilnya.

Setelah menyegarkan diri dengan mandi air hangat, lelaki cantik nan malang itu berjalan keluar toilet dan melangkah dengan tubuh gemetar. Jimin memang tidak tahan terhadap udara dingin yang menerpa tubuhnya di pagi hari seperti saat ini.

Tubuh mungilnya mungkin memiliki suhu yang hangat bahkan terkadang sangat panas, namun ia selalu merasa sesuatu yang dingin seakan menenggelamkannya pada perasaan aneh yang sering muncul di saat-saat tertentu.

Hah, Jimin menggeleng lemah mengusir pemikiran tersebut. Dengan segera tangan mungil itu membuka tutup lemari sederhana yang terlihat begitu cantik di tengah ketidakberuntungan yang selalu menghiasi hidupnya.

Jika dilihat lebih teliti, isi dari ruangan ini hanyalah tumpukan dari kardus-kardus bekas yang telah tersusun apik. Lemari, nakas, meja semuanya terbuat dari kardus murni yang telah disulap oleh Jimin menjadi barang-barang cantik di dalam kamar tidurnya. Tempat tidurnya pun terlihat begitu sederhana. Kasur tua yang terlihat sudah tidak layak itu selalu menjadi tempat terbaik untuk menghilangkan lelah yang setia menyapa tubuh lemah tersebut.

Tangan mungil Jimin menarik sebuah sweater cantik berwarna cream yang terlihat sangat hangat jika dipakai. Jimin juga mengambil sebuah celana longgar berwarna putih. Tidak lucukan jika dia sampai lupa mengambil celana dan hanya memakai sweater saat keluarga Taehyung mengunjunginya kemari, meski pun pada kenyataannya sweater yang dia kenakan mampu menutup tubuhnya dengan sangat sempurna.

Jimin bukanlah seorang jalang yang memanfaatkan keadaan seperti itu. Bukan, Jimin hanya lelaki lemah yang selalu dikatakan jalang oleh suaminya sendiri.

Flashback on

BRAK!!

Pintu rumah besar itu terbuka dengan sangat keras. Terlihat dua orang lelaki beda tinggi berjalan dengan tergesa-gesa, lebih tepatnya lelaki tinggi tersebut menyeret paksa tubuh mungil lelaki yang satunya.

"Akhh.. T-tae... pelan-pelan t-tanganku s-sakit...." Jimin mencoba menarik sedikit tangannya yang dicengkram sangat erat oleh Taehyung.

Taehyung tidak bergeming sedikit pun. Entah kemana pikirannya sekarang. Ia hanya terus menarik lengan kurus tersebut dan mencengkramnya semakin erat. Mungkin sebentar lagi tangan mungil Jimin akan patah karena kuatnya cengkraman tersebut.

"Sa-sakit Tae... hiks... T-tanganku s-sakit... hiks..." Isak tangis pun terdengar memenuhi ruangan besar yang sangat dingin, sama seperti sifat si pemilik.

Jimin bukanlah lelaki yang mudah meneteskan air mata. Ia lelaki yang tegar. Ia lebih suka menyimpan perasaan sakit yang ia rasakan untuk kemudian ia tangisi saat dirinya sendiri di kamar. Dulu, ia sudah sangat sering tersakiti. Bahkan yang menyakitinya adalah orang yang melahirkannya ke dunia ini. Tetapi saat itu ia mampu menahannya dengan sangat baik.

Namun, entah mengapa, kali ini airmatanya seakan tidak bisa ditahan dan terus mengalir di sekitar pipi miliknya. Entah apa yang mengakibatkan ia menjadi lemah hanya karena cacian yang begitu menyesakkan hatinya. Perasaan ini, Perasaan sakit yang Jimin rasakan sekarang jauh lebih menyiksanya.

"Diam!!" Taehyung berbalik menghadap Jimin. Tangannya yang besar menarik dan memilin lengan kurus Jimin tanpa belas kasihan.

"Akhhh... hiks... hiks. S-sakit.. Sa-kit.. Hiks..." Jimin hanya mampu bergumam lirih. Tangannya yang kurus terasa lepas dari sendinya. Sungguh, apa yang ada di pikiran lelaki tampan di hadapannya hingga mampu melakukan hal sekejam itu.

"Diam kau jalang sialan!! Kau sungguh parasit dalam keluarga Park!!" Taehyung mendesis berbahaya. Tangannya kembali mengeratkan cengkraman tersebut.

FATE : PAIN, REVENGE AND LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang