Chapter XV

2.1K 262 154
                                    

Jimin terlihat sangat pasrah ketika sang mertua menarik tangannya; membawanya ke dalam kamar dan melakukan entah apa itu pada rambut hitamnya.

"Ckckck... rambutmu perlu ditata, sayang." Seokjin berceloteh layaknya profesional hair style.

"Sepertinya aku memiliki banyak proyek jika seperti ini. Kau pernah mewarnai rambutmu sebelumnya, hmm?" Seokjin bertanya penuh minat.

"Aniyo..." Jimin menggeleng lemah.

Jimin memang jarang melakukan perawatan pada rambut dan tubuhnya. Semua hanya ia lakukan sendiri secara manual; tanpa bantuan tangan-tangan profesional.

"Itu bagus sayang. Kau sangat pure dan natural. Appa suka orang yang seperti itu." Seokjin mulai mengambil peralatan make over yang akan membantu rencananya.

"Rambutmu sangat halus..." Seokjin mengungkapkan rasa kagumnya.

Dengan sangat telaten tangan ramping milik lelaki paruh baya tersebut, memotong beberapa helai anak rambut milik Jimin yang mulai tumbuh menutupi matanya.

Tangan Seokjin seakan terlatih dan diciptakan untuk merubah apa yang ia pegang menjadi sangat indah.

Senyum puas tercipta di wajahnya saat melihat wajah cantik Jimin yang tampak mengagumkan karena tatanan rambutnya yang baru.

"Cha... rambutmu sudah rapi. Sekarang, tinggal memberi sedikit warna pada rambutmu." Seokjin kembali membongkar kotak pink besar; tempat semua peralatan make up itu disimpan.

"Kau menyukai warna apa, sayang?" Seokjin terlalu sibuk dengan kesibukannya, tanpa menyadari sepasang mata sayu menatapnya penuh haru.

Jimin menatap haru segala bentuk perhatian dan kasih sayang yang diberikan Seokjin. Ia bahkan tidak bisa menghitung banyaknya kasih sayang yang mertuanya ini berikan untuknya. Tidak hanya Seokjin, bahkan, Namjoon pun begitu menyayanginya. Kedua mertuanya begitu sayang padanya bahkan sedari ia kecil.

"Jihoonie..." Lelaki cantik itu memanggil batita lucu yang terlihat baru bisa berjalan.

Kaki kecilnya terlihat begitu rapuh. Sesekali batita yang bernama Jihoon itu terjatuh dan menimbulkan kegaduhan di ruangan itu akibat aksi lucu Jihoon kecil.

"Anak appa yang paling cantik, kemari."

"Pa... pa... pa..."

"Aigooo... Chanyeol-ah, kau lihat. Jihoonie, anak kita, dia memanggilku. Dia menyebut kata appa. Dia sangat lucu." Baekhyun berseru heboh.

Senyum bahagia tercipta dibibirnya. Pancaran kasih yang sangat besar begitu terlihat dimata Baekhyun. Dia sangat menyayangi Jihoon kecilnya.

"Nde. Ha... ha... aigoo, kemari sayang, peluk ayah." Kali ini terdengar suara berat Chanyeol menggema memenuhi kamar utama keluarga Park.

Jimin tersenyum kecil melihat kebahagiaan yang diperlihatkan kedua orangtuanya ketika adik kecilnya berjalan tertatih-tatih untuk menggapai ayah dan appanya.

Bocah malang berusia lima tahun ini ikut tertawa kecil ketika Jihoon berceloteh lucu khas batita dan hampir bersorak senang ketika adik kecilnya berhasil menggapai kedua orangtuanya.

Ingin sekali Jimin berada diantara kebahagian tersebut. Dia begitu ingin melihat sekali saja senyum cantik dari appanya dalam jarak yang dekat. Namun, kembali angannya harus kandas. Karena, setiap dia memperlihatkan diri di hadapan appanya, appa dan ayahnya akan bertengkar hebat dan berakhir dengan teriakan bernada kasar yang dikeluarkan oleh appanya pada sang ayah.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 15, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

FATE : PAIN, REVENGE AND LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang