Chapter VII

1.5K 218 35
                                    


Taehyung merenung dalam diam. Ingatannya terfokus pada nasehat yang Oh Sehun berikan padanya beberapa saat yang lalu. Lelaki tampan ini hanya bisa tersenyum remeh. Sudut bibirnya terangkat sedikit, membayangkan bagaimana pedulinya Oh Sehun pada kehidupannya. Mungkin lebih tepatnya pada kondisi mental dan kejiwaan dirinya.

Itu sangat bagus, namun terlalu berlebihan untuk Taehyung. Taehyung merasa kurang nyaman jika hal yang menjadi privasinya dijadikan topik pembicaraan. Terlebih membicarakan kemalangan yang tengah menghampiri kehidupannya.

Taehyung tidak menyalahkan hyungnya untuk sikap care yang sering hyungnya tunjukkan, namun, lebih pada waspada. Lelaki tampan bermata besar ini sangat mewaspadai sifat Oh Sehun yang selalu mampu membaca sesuatu yang bahkan tidak mampu dibaca oleh psikiater pribadinya sendiri.

Flashback on

Sehun menepuk pelan punggung tegap Taehyung. "Buang semua kenangan buruk itu Taehyung. Jalani hidupmu dengan baik." Taehyung sedikit menegang mendengar kalimat tersebut. Taehyung tidak nyaman jika seseorang membahas masalah hidupnya.

"Terlalu larut dalam rasa sakit tidak baik untuk kesehatanmu, Taehyung. Kau sudah berusaha dengan sangat baik untuk mencari keberadaan Jihoonie" Sehun kembali menambahkan.

"Jangan kau korbankan dirimu sendiri atas rasa sakit yang kau alami. Jalani dan nikmati masa mudamu, karena dimana pun Jihoonie berada, dia tidak akan suka melihat kondisimu yang seperti ini." Ucap Sehun final.

Taehyung membenarkan semua yang diucapkan oleh hyungnya -Oh Sehun. Tapi, jika menyangkut Jihoon pujaan hatinya yang hilang entah dimana, ia tidak mampu untuk berpura-pura tenang. Ia terlalu mencintai lelaki mungil itu, hingga saat peristiwa itu terjadi separuh jiwanya melesat pergi. Ia merasa hampa. Jadi, jangan salahkan Taehyung jika ia menjadi uring-uringan tidak jelas dan emosinya pasti akan tersulut dengan sangat cepat.

"Hah..." Taehyung menghela napas.

"Aku tidak berani menjamin hal itu, hyung. Tapi aku akan berusaha." Taehyung menjawab kalem.

"Hyung tidak bermaksud menyuruhmu melupakan Jihoon, karena hyung yakin sampai mati pun kau tidak akan bisa melupakannya." Sehun tersenyum.

"Hyung hanya ingin kau merawat dirimu dengan baik, Taehyung, dan juga kau harus segera mengunjungi dokter pribadimu yang penuh semangat itu."

"Aku rasa hyung lebih mampu menganalisis penyakitku dibandingkan Hoseok hyung, benarkan, hyung?" Sehun merasa tersindir dengan kalimat ringan yang keluar dari mulut Taehyung. Ia mulai menyadari, bahwa mungkin, dirinya sudah mengusik batas kenyamanan dari seorang Kim Taehyung.

"Aigooo, hyung tidak bermaksud seperti itu. Hyung bukanlah psikiater, Taehyung, ha... ha..." Sehun mencoba mencairkan suasana tegang yang perlahan-lahan memenuhi area di sekitar dirinya dan Taehyung. Alarm bahaya mulai muncul di benak Sehun.

"Ya, aku tahu yang kau maksudkan, hyung. Kau menginginkan yang terbaik untukku. Tapi, melihat dari fakta yang ada, bukankah dulu hyung lulusan psikologi terbaik di kampus? Kemampuan hyung menganalisis sesuatu rasanya jauh berada di atas Hoseok hyung. Kupikir hyung mampu melakukan apa yang Hoseok hyung tidak mampu lakukan." Taehyung memberi penekanan pada kalimatnya.

Sehun menelan ludah kasar. Tanda-tanda kehancuran mulai Sehun rasakan. Sehun merasa aura mengerikan mengelilingi tubuh dongsaengnya. Sehun harus menyelamatkan diri sebelum hal yang tidak ia inginkan terjadi pada dirinya. Damn! Sehun mengutuk dalam hati. Tahu seperti ini hasilnya, ia tidak akan memberikan saran pada dongsaengnya yang mengerikan ini. Batinnya penuh sesal.

FATE : PAIN, REVENGE AND LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang