10• Masih Hidup?

653 116 182
                                    

Dengan mencintaimu saja
aku sudah bahagia.
Apalagi jika kau menjadi milikku.

----------------------------------------------

Hingga pagi ini Ara terus memikirkan Alby, ingin mengirim pesan namun dia takut Alby sedang marah. Rasa bersalah masih menghantui pikirannya, Alby membawa makanan untuknya di saat dia sedang tertawa bersama laki-laki lain, mungkin itu menyakitkan.

FaranisaFrdl : Alby?

Entah mengapa saat mengirim pesan untuk laki-laki itu, jantungnya berdetak kencang.

Tring!!

Sekitar dua menit, pesan Ara sudah dibaca dan dibalas oleh Alby.

AlbyJz : Y.

Sangat singkat, satu huruf yang sangat menyebalkan.

FaranisaFrdl : Maafin gue, ya.

AlbyJz : GA. LU BAU.

Demi apapun, kini Alby sangat menyebalkan. Sebenarnya Ara sangat malas harus mengirim pesan dan meminta maaf kepada lelaki itu, namun itu memang sebuah keharusan.

AlbyJz : Lo punya kaki?

FaranisaFrdl : Punya lah-,-

AlbyJz : Bisa jalan?

FaranisaFrdl : Bisa.

AlbyJz : Gue jemput lo jam 10. Ga perlu dandan, lo udah cantik.

AlbyJz : Tarik pesan. Lo ga cantik.

Menyebalkan. Gadis itu harus merelakan hari Minggu yang berharga miliknya demi menebus kesalahan kepada laki-laki itu.

Jam dinding Ara menunjukkan pukul 09.10 ia masih mempunyai waktu untuk bersiap-siap sebelum Alby datang menjemputnya. Setelah keluar dari kamar mandi, ia melangkahkan kakinya menuju lemari berwarna putih yang dilengkapi cermin berukuran besar yang melekat pada salah satu pintu lemari.

Pukul 09.50 Alby tiba di rumah Ara, namun gadis itu masih berdiri di depan cermin. Entahlah, ia merasa gugup bertemu Alby setelah kejadian kemarin malam.

Alby yang sibuk bermain Pou mengalihkan pandangannya ke arah derap langkah yang semakin terdengar. Cantik dan menarik, itu yang terlintas dalam pikirannya saat ini.

"Maaf." Hanya itu yang sanggup diucapkan oleh Ara. Ia bingung harus mengatakan apa lagi.

"Lupain aja. Kita pergi sekarang."

Setelah berpamitan pada orang tua Ara, Alby segera melajukan motornya menuju salah satu tempat yang menurutnya pas untuk berkencan. Kencan? Hanya Alby yang mengharapakannya, tidak dengan Ara.

"By? Ngapain kita ke taman bermain gini? Banyak bocah, ih."

"Bodo. Gue ga denger."

"Itu lo denger kampret," geram Ara kemudian memukul bagian atas helm yang dipakai Alby.

Alby tidak menghiraukan keluhan Ara, ia sibuk mengedarkan pandangannya mencari tempat parkir.

"Ra, lo duduk aja dulu. Kalo mau main perosotan, hati-hati. Kalo mau ayunan, tunggu gue."

"Kenapa harus nunggu lo dulu?"

"Biar lo yang dorong ayunannya dari belakang, gue tinggal duduk manis."

"Dih ogah," ketus Ara kemudian meninggalkan Alby di tempat parkir.

Selama 15 menit Ara menunggu Alby, ia mulai bosan. Baru satu langkah, ada yang menepuk bahunya dari belakang.

RealityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang