13• Perubahan

503 34 3
                                    

Ga perlu sedih dianggap temen,
nanti juga dia demen.
-AlbyJz

-----------------------------------------------------

Krining... Krining... Krining...

Alarm berbentuk monyet itu terus berdering menunggu sang pemiliknya terbangun. Terlihat wajah gadis yang sangat kelelahan, mata sembab, bibir yang pucat menghiasi pagi hari ini.

Salah satu lengannya beralih mengambil alarm di atas meja, dilihatnya jarum jam yang sudah menunjukan pukul 06.40

"Ah! Mampus kesiangan."

Tok... Tok...Tok....

"Ara, kamu gapapa nak? Mau berangkat sekolah ga?" Suara Rina terdengar dari luar pintu kamar Ara.

Ya, gadis itu ialah Faranisa. Ara menoleh ke arah pintu dan mengacak rambutnya. Beranjak dari kasur kemudian membuka pintu kamarnya.

"Bunda kenapa ga bangunin Ara? Ah Ara pasti dihukum gara-gara kesiangan, " cerocos Ara tergesa-gesa berlari ke kamar mandi.

Rina menggeleng-gelengkan kepalanya melihat tingkah Ara, dia sudah mengetahui apa saja yang telah terjadi kemarin hingga membuat anak angkatnya ini menangis semalaman.

Baru saja Rina melangkah kembali ke dapur, Ara sudah keluar dari kamar mandi.

"Loh? Kamu ga mandi, Ra?" tanya Rina bingung.

Ara menggelengkan kepalanya disertai cengiran khasnya, "Kapan-kapan aja mandinya, Bun. Besok juga bisa."

Rina berdecak, "Ada-Ada aja kamu ini. Yuk, sarapan dulu."

"Ngga deh, Bun. Ara langsung berangkat aja. Assalamualaikum, Bunda!" Ara berlari meninggalkan Rina yg masih berada di kamar miliknya.

Setelah berhasil membujuk supirnya agar mengemudi dengan cepat mengantarnya ke sekolah, malah terjebak macet.

"Pak, buka gerbangnya yaa, please...." mohon Ara kepada Pak satpam sekolahnya.

"Kamu kenapa datang terlambat? Pulang saja sana!"

Ara menghela napasnya kasar, "Saya rela dihukum deh, Pak. Buka gerbangnya, ya?" Ara menggigit bibir bawahnya gelisah.

"Lari 25 keliling lapangan sebelum kamu masuk kelas!"

Ara mengangguk lalu berlari menuju lapangan setelah pintu gerbang dibuka untuknya.

Sementara itu, Alby yang sudah di dalam kelas memikirkan Ara yang belum membalas pesannya. Sudah pukul 8 saja Ara belum berada di dalam kelas.

Pelajaran terasa membosankan, biasanya Alby selalu melempar gulungan kertas ke meja Ara mengganggu Ara yang dilihatnya terlalu serius memperhatikan guru yang mengajar

"Lo kenapa sih? Tuh muka kusut amat? Sang pujaan hati lo ga sekolah, ya? Jangan-jangan dia udah males sama lo terus jadi benci, jijik, bosen dan akhirnya dia bahagia dipelukan Pangeran Bian."

Alby hanya berdecak mendengar ocehan Adit yang menggodanya.

"Makanya, kalo suka sama orang tuh kejar, bukan cuma ngode ga jelas."

"Bacot anjing."

Alby beranjak dari kursinya, melangkah santai keluar kelas tanpa menghiraukan teriakan dari guru yang sedang mengajar dikelasnya.

Matahari sudah semakin naik, Ara masih terus berlari mengelilingi lapangan. Keringatnya bercucuran membasahi seluruh wajahnya yang menjadi pucat, napasnya terengah-engah, pandangannya mulai berbayang dan larinya semakin pelan

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 27, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

RealityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang