"Aeera..." teriak prisia bahagia berlari keara Aeera kemudian bemeluknya."Lo kenapa sih Ya, kayak bahagia gitu pagi-pagi." Sahut Aeera.
"Bukan kayak lagi, memang bahagia dia." Tanggap Tari malas melihat prisia senyum-senyum nggak jelas.
"Apa sih lo, nyahut aja." Kesal Prisia. Prisia duduk disamping Aeera, karena Amita belum datang. "Aeera gue lagi bahagia. Aaaa." Teriak Prisia lagi.
"Bahagia kenapa sih lo?" Tanya Aeera
"Lo ingatkan yang gue ceritain kemaren."
"Kemaren? Yang mana?"
"Itu loh, orang yang gue suka." Prisia berbisik agar tidak ada yang mendengar.
Aeera mengangguk "Iya terus."
"Lo tau gak, tadi..." Prisia berhenti bicara membuat Aeera jadi penasaran."...gue bareng sama dia " sambung prisia cepat
"Apa!! beneran sama dia yang lo suka itu kan, kok bisa?"
"Yaa maksud gue cuma bareng masuk gerbangnya doang sih." Tersenyum
"Gue kira dia jemput lo dirumah." Sahut Tari.
"Mau nya sih gitu... Tapikan, gue belum terlalu dekat sama dia, dia juga belum tau kalo gue suka sama dia." Ucap Prisia dengan wadah sedih. "Eh lo nguping pembicaraan gue ya." Prisia baru sadar bahwa Tari lah yang berbicara padanya tadi.
Tari hanya cengengesan sambil menunjukkan jadi telunjuk dan jari tengahnya.
+++++
Jam pelajaran hampir selesai. Bentar lagi bel istirahat berbunyi.
Aeera merasa ada yang aneh dari Prisia, ia pun berbalik. Entah bagaimana Aeera merasa ada yang disembunyikan dari sahabatnya yang satu itu. Aeera berusaha untuk menyimpan perasaan itu dan membiarkan Prisia untuk jujur siapa cowo yang baru-baru ini dia suka.
"Aeera temenin gue ke toilet yuk." Aeera tersadar dari lamunan. "Gue mau cerita nih." Bisiknya lagi memecah keheningan.
"Cerita tentang tu cowo?" Tanya Aeera.
"Hm. Ayolah. Ya! Ya!" Mohon Prisia
Mereka berjalan menuju toilet. Aeera menengok ke arah Prisia dan mendapatinya tengah tersenyum sambil menatap kedepan.
Hingga sampai didalam toilet pun Prisia masih tersenyum. Aeera hanya menggeleng kepalanya merasa aneh dengan kelakuan Prisia.
"Ra!" Prisia mulai bersuara. "Gue ngerasa nyaman kalo ada dia."
"Lo udah suka banget ya sama dia?" Tanya Aeera, menatap ke wajah Prisia.
"Iya sih kayanya. Apa lagi pas kemarin gue ga sengaja ketemu dia dijalan."
"Terus lo jalan berdua sama dia." Dengan nada datar.
"Gak jalan sih, cuma ngobrol sebentar."
"Ngobrolnya dimana, ditengah jalan?"
"Ye lo mah, ga bisa liat teman seneng dikit." Jawab Prisia jengkel, karena temannya telah mengolok-olok dia. "Gue sama dia itu ketemunya ditaman, jadi ngobrolnya disana."
"Teru..." Belum selesai Aeera berbicara, Tari datang dan langsung memotongnya.
"Woy! lama lo berdua." Teriak Tari dari depan pintu toilet.
"Kantin yuk." Ajak Amita, ikut berbicara.
Mereka berjalan menuju kantin. Aeera kembali memperhatikan Prisia yang tiba-tiba kembali tersenyum.
Aeera mengikuti arah pandang Prisia, yang mengarah ke kumpulan laki-laki duduk di pojokan kantin. "Ada beberapa laki-laki disana, mungkin kah dia." Gumam Aeera dalam hati.
Mereka menuju tempat duduk yang kosong setelah selesai memesan makanan.
"Sore kita jalan yuk?" Ajak Tari. "Gimana kalian bisa gak?" Sambunganya lagi."Gue sih ayo aja." Sahut Amita. Disetujui Aeera dengan mengangukkan kepala.
"Lo gimana Ya, ikut gak?" Tanya Tari ke Prisia.
"Gu..gue kayanya ga bisa deh." Prisia terlihat gugup.
"Yah kok gak bisa, kenapa sih."
"Soalnya... gue ada janji." Jawan prisia agak aneh.
"Mm... ya udah deh" Tari menyetujuinya ragu karena merasa aneh meliat kelakuan Prisia. "Kalo berubah pikiran chat kita ya." Prisia hanya mengangguk.
Prisia tiba-tiba berdiri, membuat yang lain --Amita, Tari dan Aeera-- langsung menatap Prisia bingung. "Gue balik kekelas duluan ya, dah."
Prisia langsung pergi. Tari menatap ke Aeera dan Amita secara bergantian tanda bertanya, yang hanya dibalas gelengan kepala.
________
To Be continuedVote & comment ⛄ 🐋
KAMU SEDANG MEMBACA
In Class
Teen FictionCerita tentang keluarga, persahabatan, cinta, penghianatan, rasa sakit dan kekecewaan "Sudah dibilang, dia nggak bakal mau dengerin" "Tapi dia teman kita, dia salah dan harus kita bilangin yang bener" +++++ "Sayang mama minta maaf ya, gak pernah mau...