gara-gara Dilan

4.6K 338 22
                                    

Shani menatap Gracia dengan sebal, sementara yang di tatap justru dengan cueknya memainkan game.

Tak terima di abaikan, Shani menghentakkan kakinya, atau, sesekali menyenggol kaki Gracia.

"Kenapa sih, Shan? Ga bisa diem deh, heran." Gracia tidak mengalihkan pandangannya.

"Kamu tuh ya, main handphone terus. Akunya di anggurin. Tahu gitu mending kamu ngga usah kesini." Ketus Shani.

Gracia menatap aneh pada orang di sebelahnya, keningnya berkerut.

"Loh, biasanya, kan, emang gini. Kamu aneh banget deh." Gracia kembali memainkan handphonenya.

Lagi, Shani menghentakkan kakinya. Beranjak dari duduknya.

"Mau kemana,deh? Sini aja." Cegah Gracia.

"Cari pacar baru, bosen sama pacar lama." Jawab Shani ketus.

Gracia menggelengkan kepalanya. Tidak habis pikir dengan kelakuan Shani. Dia meletakkan ponsel diatas meja, menarik Shani untuk kembali duduk.

"Kenapa, Shani? Hmm?" Tanyanya lembut.

"Kamu tuh, main game mulu. Udah tahu kita jarang ketemu. Aku kangen, Gre. Kamu ngga mau bilang gitu 'jangan rindu, Shan, berat. Kamu ngga akan kuat. Biar aku saja' ini malah cuek. Huh."

Gracia tertawa, suaranya menggelar.

"Ya aku kangen. Kamu juga kangen kan? Nah makanya aku kesini, apanya yang malah cuek?." Jawab Gracia lembut.

"Lah, buktinya kamu malah pacaran sama game kamu. Bukan sama aku, kesel tau!" Shani cemberut.

"Terus aku harus gimana? Ngomong kaya tadi? Apa tuh, yang berat-berat. Lebay banget deh." Jawab Gracia malas.

"Ngga romantis banget sih. Ngga kaya Dilan."

"Ya ngga sama lah, Shan. Dilan cowok, aku cewek." Gemas Gracia.

"Tau, ah." Shani beranjak meninggalkan Gracia, naik ke lantai dua menunju kamarnya.

Tak lama, Suara ponsel Shani berdering. Gracia menelepon.

"Apa?." Ketus Shani

"Kok malah pergi? Sini sih."

"Bodo"

"Jangan jauh-jauh, Shan." Ucap Gracia.

Shani merasa tersipu, Gracia memang tidak bisa jauh-jauh darinya. Lalu Shani mematikan telepon, turun kelantai bawah.

"Kangen ya, Gre? Makanya jangan cuekin aku!." Goda Shani.

Gracia menatap horor, ada apa dengan Shani?

"Engga. Kamu jangan jauh-jauh. Hotspotmu ngga sampe nih, aku lagi up rank juga."

Sungguh, jawaban dari Gracia mampu membuat Shani naik pitam. Di rampasnya ponsel milik Gracia. Lalu menatap sengit pada sosok yang sedang duduk di sebelahnya.

"Kamu kapan sih romantis sama aku? Beneran deh. Kamu ngga kaya Dilan. Dilan tuh sweet, peka sama Milea. Ngga kaya kamu." Cecar Shani.

Gracia lagi-lagi tertawa.

"Kamu mau punya pacar kaya Dilan? Aku ngga bisa. Aku ya aku, Dilan ya Dilan. Jangan samain lah, aku ngga suka." Jawab Gracia santai.

"Kok ka---" ucapan Shani terputus.

"Gini ya, Shani. Tingkat romantis orang itu berbeda-beda. Kalo tiap kamu nonton film yang lagi booming, kamu selalu ngeluh soal sifat cowonya," Gracia menarik napas.

"Contohnya pas kamu nonton film Mika, kamu pernah berharap aku bisa kaya Mika. Terus pas kamu nonton Dear Nathan juga. Sekarang Dilan." Gracia menggeleng.

"Ya tapi kan, mereka emang sweet." Shani terus mengelak.

"Gini deh. Dilan pernah ngga nungguin Milea yang lagi sakit? Aku pernah nungguin kamu pas kamu lagi sakit. Atau, Dilan pernah di semprot Milea gara-gara Milea lagi PMS terus Dilan tiba-tiba dateng kerumah Milea karena Milea bilang rindu? Aku sering banget kena imbas keganasan PMS kamu, terus aku suka batalin janji bahkan bolos kelas pas kamu bilang kamu kangen pengen ketemu."

Shani terdiam, mencerna ucapan Gracia.

"Dilan pernah malem-malem ke rumah Milea pas lagi hujan cuma buat nganterin martabak? Dilan pernah waktu liburan bareng keluarganya, dia tiba-tiba pulang mendadak karena dapet kabar Milea jatuh dari atas motor? Emangnya Dilan pernah batalin janji buat latian basket bareng cuma karena Milea ngambek soalnya ada susi disana? Padahal jelas-jelas Dilan ngga suka susi." Jelas Gracia panjang.

"Ngga pernah, Shan. Cuma aku yang lakuin itu. Dilan engga." Ucap Gracia tenang.

Shani terdiam. Merutuki kebodohannya.

Benar kata Gracia, tiap orang punya sisi dan tingkatan romantis yang berbeda. Tidak bisa disamakan.

"Maap, aku cuma kesel aja sama kamu." Lirih Shani.

"Kalo aku mau jujur, aku juga kesel loh sama kamu. Cuma aku diem, karena aku ngga mau bikin kamu sedih. Aku ngga suka di banding-bandingkan sama orang lain. Mau aku lanjutin perbandingan aku sama Dilan?" Gracia berkata serius.

"Ngga gi--" lagi-lagi ucapan Shani terpotong.

"Aku emang ngga bisa jadi Dilan. Dia juga ngga bisa jadi aku. Dilan bisa aja nyamar jadi utusan kantin cuma buat nyamperin Milea dirumahnya, dan ketemu bapaknya. Tapi aku dateng sendiri kesini, jadi diri aku sendiri dan ketemu papa kamu cuma buat minta izin bisa pacaran sama kamu. Dilan ngga pernah ketemu ibunya Milea, ibu Milea tahu Dilan juga dari cerita anaknya. Sementara mama kamu, tahu aku ya dari aku sendiri. Kamu ngga pernah tuh cerita soal aku ke mama kamu, kamu berani cerita ke mama kamu pas aku udah nemuin papa kamu." Gracia beranjak dari tempat duduknya, berjalan ke dapur untuk mengambil minum.

Shani menyusul Gracia, duduk di kursi makan. Memperhatikan gerak-gerik Gracia.

"Aku emang ngga bisa lenyapin orang yang bikin kamu sakit hati, aku bukan Dilan. Aku ngga mau senekat itu, aku masih punya hati kali. Bandelku cuma sebatas malakin temen pas di kantin aja, engga ikut tauran ala-ala." Ocehan Gracia masih berlanjut.

"Maaf." Hanya itu kalimat yang dapat Shani ucapkan.

"Aku maafin kok. Tenang aja. Oh ya, aku engga pernah larang kamu buat deket sama orang, narik spekulasi negatif sesukaku. Aku ngga pernah, kan, marah sama kamu. Kamu mau jalan sama siapa, atau di deketin sama siapa. Aku ngga pernah ngejauh. Engga kaya Dilan. Milea baru di deketin cowok cupu aja, udah mundur. Apaan tuh." Gracia jadi geli sendiri.

Shani beranjak, langsung memeluk tubuh Gracia dengan erat. Sampai-sampai Gracia sulit bernapas. Setelah dirasa cukup, Shani melepas peluknya.

"Nah, jadi, aku ngga harus kayak Dilan, kan? Aku sayang, aku cinta sama kamu. Ya aku tunjukin. Ngga kaya Dilan. Cemen." Gracia menusuk pipi Shani dengan gemas.

"Iya. Ngga perlu kok. Mungkin aku harus bikin film sendiri." Jawab Shani serius.

"Wah, film apa tuh?" Gracia penasaran.

"Dia adalah Graciaku. 2k18." Canda Shani.

"Bisa aja, deh, Indira ini. Yuk ke depan lagi." Gracia menarik tangan Shani.

"Nah, aku, kan, udah ngeluarin uneg-uneg. Kamu kan udah tahu ya harusnya. Siniin hp punyaku, aku mau lanjut up rank lagi."

Shani hendak protes, tiba-tiba bibirnya di kecup oleh Gracia.

"Jangan protes. Oh ya, kamu jangan buka Instagram selama ku main. Nanti koneksi jelek."

Dengan fokusnya Gracia bermain game, maka berakhirlah part ini.

Arigatou.

Story GrshnTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang