Shani Indira
Kamu di mana? Aku di depan rumah.
Tolong buka pager ya.Chat singkat dari Shani, Gracia berlari menuruni tangga untuk membukakan gerbang.
"Kok kamu ngga telepon dulu kalo mau kesini, Shan? Aku belum mandi."
Shani memarkirkan motornya di dalam garasi rumah Gracia.
"Kebetulan lewat aja, abis dari rumah kak Kinal," Shani membuka sepatunya. "Kok sepi?" Lanjutnya.
"Pada pergi ke mall, aku males ngikut." Gracia duduk di kursi, memperhatikan Shani.
"Ohh, kamu ngga mau kasih aku minum? Aku tamu loh, Gre." Canda Shani, mengambil duduk di kursi sebelah Gracia.
"Kita masuk aja ya, ambil minum sendiri. Biasanya juga gitu."
"Disini aja lah, bosen di dalem terus."
Hening, tidak ada yang memulai pembicaraan lagi.
Shani beranjak, berjalan ke garasi. Mengambil kantong plastik dalam box motornya.
"Oh iya, nih buat kamu. Maap telat kasihnya, baru ada uang." Shani menyerahkan plastik itu pada Gracia.
Gracia membuka kantong plastik itu, terkejut.
"Shani kamu ngga harus beliin aku ini, aku waktu itu cuma becanda. Kok kamu malah nanggepinnya serius?" Gracia tak enak.
Shani tersenyum, mengacak rambut Gracia.
"Ngga apa-apa, anggap aja itu kado anniversary kita."
"Tapi ini kan mahal, Shani."
"Sekali-kali. Aku ngga pernah beliin kamu sesuatu, kan? Pokoknya di terima ya, sayang. Aku ngga suka penolakan."
Gracia tersenyum haru, buru-buru memeluk Shani.
"Makasih ya, Shan. Kamu harusnya ngga perlu ngelakuin ini, uangnya kan bisa kamu simpen."
"Udah deh. Mending bikinin aku minum aja, haus nih. Abis basket sama temennya kak Kinal."
Gracia meletakan kantong plastik itu di atas meja, lalu pergi ke dapur membuatkan Shani minuman.
Tak sampai sepuluh menit, Gracia kembali ke teras sambil memegang nampan. Dia membawa dua gelas sirup dan beberapa toples camilan.
"Nih, kuenya aku yang buat loh, Shan. Cobain deh." Tawar Gracia.
Shani mengambil beberapa potong kue, lalu menyicipinya.
"Not bad. Cuma rasanya sedikit kemanisan, nanti bawain aku ya, masukin toples."
Lalu mereka kembali diam, kepala mereka mendongak melihat langit senja.
"Shani." Panggil Gracia.
Shani menoleh, menatap Gracia.
"Kenapa, Gre?" Tanya Shani.
"Aku mau tanya sesuatu, tapi kamu jawab jujur ya?"
"Apapun, pasti aku bakal jawab jujur kok."
"Kalo misalnya aku ngebosenin buat kamu, apa kamu bakal cari orang lain. Orang yang menurut kamu lebih mengasyikkan?" Tanya Gracia lirih.
Shani menatap lekat kearah Gracia. Tertawa sedikit.
"Engga. Aku orangnya ngga gampang bosan kok, Gracia. Aku juga bukan tipe manusia yang gampang buat suka sama orang, gimana bisa aku cari yang lain? Mau kamu asyik atau ngebosenin sekalipun, aku ngga akan kemana-mana. Kamu cukup jadi diri kamu sendiri aja, aku udah senang." Jawab Shani.
Gracia menatap kedua netra cokelat itu, mencari kebohongan disana. Namun nihil, hanya ada ketulusan dalam mata itu.
"Terus kalo misalnya aku ngga bisa jadi apa yang kamu, apa kamu bakal pergi ninggalin aku juga?" Gracia bertanya kembali.
Shani menarik napas, lalu mengembuskannya.
"Ngga mungkin aku bisa jadi sesuatu yang kamu mau, sebaliknya juga begitu, kamu ngga akan bisa jadi apa yang aku mau. Udah kubilang kan, kamu cukup jadi diri kamu sendiri, itu udah bikin aku bahagia. Asal sama kamu terus, mau kamu nyebelin kaya gimanapun, aku bakal tetap ada di samping kamu. Kita nikmati aja semua yang udah ada," Shani menarik napas lagi.
"Kita cukup saling menyesuaikan diri satu sama lain, mencoba untuk menghargai yang udah ada. Menjalani yang udah jelas ada, memperjuangkan yang udah pasti ada." Jelas Shani.
"Tapi, aku takut. Aku takut suatu saat kamu bakal pergi, Shani." Suara Gracia parau, menahan sesak.
"Pergi yang gimana dulu nih? Kalo pergi ninggalin dunia, ya itu mah pasti. Udah takdir. Cuma kalo yang menurutmu itu pergi ninggalin kamu, itu ngga bakal terjadi. Emang sih, apa-apa yang sekarang bersatu, belum tentu nantinya ngga akan berpisah. Tapi, seenggaknya kita menikmati waktu kebersamaan ini." Shani mengelus tangan Gracia.
"Soal berpisah atau bahkan kehilangan sekalipun, itu biar kita urus belakangan. Kamu tenang aja, selama takdir ngga jahat sama kita, aku bakal selalu ada buat kamu. Selalu mencintai kamu, menyayangi kamu, menjaga kamu semampu yang aku bisa." Lanjut Shani.
Gracia mengangguk.
'semoga kita selamanya begini. Aku tidak sanggup untuk kehilangan kamu, pun, aku tidak sanggup mencari penggantimu nantinya. Yang lebih dari segala kamu.' batin Gracia.
Sj.
Weh, udahan ah. Ini beneran jadi update terakhir, buat genapin 20 part aja. Gatau nyambung apa engga, HEHEHE.
Btw, ku ada rencana mau bikin ff greshan. Tapi salah satunya danso. Nah, mending siapa nih yang danso? Gre apa shani? Bantu jawab ya!