Happier

1.3K 112 1
                                    

Di sudut kafe siang itu, seseorang duduk sembari termenung. Lamunannya menerawang jauh, pada beberapa tahun kebelakang. Tersenyum getir, ada rasa sesak yang menyeruak.

Jari telunjuk miliknya menjelajahi bibir gelas yang ada didepannya, sesekali ia menarik napas dalam; meredam sesak dalam hati.

Sudah dua jam berada disana, menanti kedatangan seseorang yang sebenarnya tidak ingin dia temui.

Ponselnya berdering, dengan malas dia mengambil ponsel tersebut.

"Apa? Kalo lo tanya gue masih disini atau udah pergi, jawabannya masih sama dengan satu jam yang lalu, gue masih disini nungguin lo." Cercanya.

Terdengar ringisan diseberang sana, "aku udah didepan cafe, kamu bisa jemput?"

"Kenapa ngga langsung masuk aja sih? Manja banget segala minta jemput." Ketusnya.

"Sam, plis deh, disini tuh rame. Masa aku nyelonong masuk, aku aja ngga tahu kamu ada di meja mana."

Bsrsungut, Sam mematikan sambungan telepon, lalu berjalan keluar. Menjumpai orang yang tadi menghubunginya.

Gracia melambaikan tangannya, sambil tersenyum manis. Senyum yang selalu berhasil meluluhkan hati Sammy, pria yang tengah menundukkan kepalanya.

"Kok kamu ngga pernah mau tatap aku, Sam?" Gracia mengikuti langkah Sammy.

"Ngga, males aja."

"Bisa gitu cuma karena males? Kok aku mencium bau-bau kebohongan ya." Sarkas Gracia.

Keduanya tiba dimeja yang tadi Sammy tempati, lalu duduk berhadapan.

Sammy masih menunduk, kembali memainkan bibir gelas kopinya. Gracia merasakan kecanggungan yang sama, membuang pandangan pada luar jendela kafe.

Keheningan menyelimuti keduanya, tak ada satupun dari mereka yang membuka suara. Gracia akhirnya jengah, menatap Sammy yang masih saja sibuk dengan gelasnya.

"Sam, kalo kamu ajak aku ketemu cuma buat liat kamu nunduk, kamu buang-buang waktu berharga yang aku punya." Cecar Gracia.

Sammy menatap Gracia, sial, Gracia kenapa semakin cantik saja. Batinnya.

"Waktu lo yang berharga? Oh, lo mau pacaran ya, Gre?"

"Bukan gitu, kamu tahu ngga sih, aku rela terima lemburan buat besok demi bisa ketemu kamu? Ya walaupun aku telat dua jam, seenggaknya aku masih ada niat buat ketemu kamu."

Sammy menghela napas, "sorry, gue ngga tau kalo lo berkorban segitunya. Gue cuma pengen ketemu aja,"

Gracia menyandarkan punggung pada kursi, "kalo udah ketemu, ya kamu inisiatif dong. Ajak aku ngobrol kek, sekadar basa-basi masa kamu ngga bisa."

"Lo ngga berubah ya, Gre," Sammy tersenyum samar.

"Iyalah, emangnya aku wonder women. Bisa tiba-tiba berubah."

Sammy tertawa, meskipun Gracia berbicara dengan nada ketus, dia masih terlihat sangat lucu.

"Lo apa kabar?"

Alis milik Gracia naik, "baik kok, kaya yang kamu lihat sekarang."

"Oh baguslah," Sammy memanggil pelayan untuk memesan makanan.

"Saya pesan Macchiato, mbak itu pesan green tea latte," jelas Sammy, "oh iya chicken parmigiana satu mas, udah itu aja."

Gracia menatap lurus, tidak menyangka jika Sammy masih saja hapal menu yang Gracia sukai.

"Lo masih suka sama menu yang tadi gue pesan, kan? Atau mau ganti menu baru?"

"Oh engga, udah mas itu aja. Makasih ya mas," Jawab Gracia. "Kirain udah lupa."

Story GrshnTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang