10

19.1K 462 6
                                    


.

.

.

Semua yang berada di depan ruang operasi tampak gelisah. Mami Saira menangis di pelukan Husein sejak datang kerumah sakit, ibu Arya pun sama sedang menangis di pelukan Marco. Saira dari 5 jam yang lalu hanya mondar mandir menunggu dokter keluar, sedangkan Arya duduk diam dengan tatapan kosong.

Tiba2 dokter keluar dan membuat mereka menghampiri dokter itu Sarra yg paling awal, karena dia sedang berada di depan pintu ruang operasi.

"Gimana keadaan kakak saya dok? Dia gak papa kan? Semuanya baik2 aja kan? Dia selamatkan dok?!" tanya Sarra bertubi2 sambil menangis lalu ia di tarik kedalam dekapan sang papi untuk di tenangkan.

"Gimana keadaan istri saya dok?" sungut Arya.

"Gimana keadaan anak saya dok?" ucap Maria dan Marsya, barengan.

"Tenang dulu, keadaan pasien sudah sedikit membaik, karena sudah kehabisan banyak darah, untung saja di sini banya stok darah, tapi ..." ucap sang dokter menjelaskan, tapi di akhir menggantungkan kata membuat mereka semua geram.

"Tapi apa dok?!" tanya Arya dan Sarra barengan dengan suara agak meninggi.

"Tapi pasien sedang mengalami koma, kita hanya memohon kepada tuhan yg maha esa untuk meminta keajaiban kepada tuhan, agar pasien bisa segera sadar." ucap sang dokter. "Saya permisi dulu," lanjut sang dokter.

Semua orang syok mendengar perkataan dokter, bahkan Sarra dan Maria sudah pingsan dan di bawa ke UGD untuk di periksa.

Arya memasuki ruangan Saira dengan tertatih.  dulu dia berjanji akan slalu menjaga Saira, tapi kenapa sekarang Saira berada dalam rumah sakit, ucapnya dalam hati.

Arya POV.

"Sayang. , bangun .. Aku disini untuk menunggumu bangun. Dan meminta maaf"

"Kamu apa gak kangen sama aku, dan yang lainya?"

"Kita semua sayang sama kamu"

"Bangun ya?.. Aku rindu,  kamu inget kan kata Dilan,? Katanya rindu itu berat, dan itu memang berat dan aku gak kuat. Aku mohon kamu bangun sayang"

" aku janji,, kalau kamu bangun nanti aku bakalan membuatmu bahagia sayang"

Kulihat wajah Saira tersenyum, namun matanya tetap terpejam, dan membuatku tambah frustasi, aku merasa manusia paling bodoh karena membuat Saira seperti ini, dan air mataku sudah menetes.

"Kenapa kamu cuma senyum aja? Buka matamu sayang. katanya kamu cinta sama aku kenapa kamu buat aku frustasi kayak gini? Bangun sayang..."

Aku memeluk Saira erat dan tiba2 pintu terbuka, lalu aku menoleh ternyata orang tuaku dan mertuaku yg masuk, ku melihat mami dan ibu sudah kebanjiran air mata, karena melihat putrinya terbaring lemah.

"Kakak! Bangun kak, katanya mau traktir aku makan? Kakak bohong, kakak kan gak pernah bohong, kenapa sekarang kakak bohongin Sarra?" ucap Sarra dengan tangisan pilu, lalu aku mendekapnya dan dia menangis di dekapanku. Dan aku melihat mami mendatangi Saira .

"Nak. Bangun dong, kamu masa tidur terus. Kita masa di anggurin gini, biasanya kan kamu slalu sibuk nyiapin makanan kalau kami berkunjung. Kamu kapan bangun? Mami udah beliin hadiah buat kamu. Bangun ya? Nanti mami marah lo kalok kamu gak mau bangun." ucap mami sambil menangis lalu di dekap papi, kulihat ibu juga menangis di dekapan ayah.

Author POV

1 bulan kemudian.

Satu bulan sudah Saira tak membuka matanya dan satu bulan pula Arya seperti mayat hidup. Tidak pernah kekantor, jarang makan, kurang tidur, ia slalu di samping Saira, untuk memastikan keadaanya.

My Cold HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang