2. Heart

924 128 18
                                    

Happy Reading...

Suara ketukan pensil di meja yang tak kunjung berhenti itu membuat konsentrasi Seulgi tak fokus. Gadis itu sudah menutup telinganya untuk meredakan bunyi berisik yang ditimbulkan pensil sialan itu.

"Bisakah kau berhenti, Nona?" gertak Seulgi yang tanpa sadar sudah menggebrak meja.

Seseorang yang awalnya mengetukkan pensil di meja itu terperanjat kemudian memberi cengiran pada Seulgi tanpa rasa bersalah.

"Hehe, apa salahku?"

Seulgi menarik nafas panjang kemudian mengeluarkan dengan berat. "Pikir sendiri, apa maksudmu mengetukkan pensil seperti itu. Berisik, tahu!"

"Kau tak tahu, aku sedang gelisah,"

"Gelisah, kenapa?"
Merasa tertarik dengan pembicaraan, Seulgi meletakkan pensil dan menutup bukunya. Ia menatap gadis yang sedang murung di depannya.

"Yongi sunbae..."

"Kenapa dengannya? Apa masalah itu lagi?"

"Anio, bukan yang itu. Tadi pagi ia menyatakan cinta padaku, aku harus apa?" Jisoo menjatuhkan kepalanya di meja.
"Kalau aku tolak nanti dia marah, tapi kalau aku terima, aku yang tersiksa! Bagaimana ini?"

Seulgi mengulurkan tangannya untuk mengusap ujung kepala Jisoo.
"Kalau kalian jodoh, kau tidak akan merasa tersiksa terlalu lama. Tapi kalau tidak berjodoh ya nasibmu kalau sudah menderita."

Jisoo mendongakkan kepalanya dan memberi tatapan tajam pada Seulgi. "Apa kau tak punya solusi untuk sahabatmu ini, eoh? Perkataanmu itu terkesan mengejekku,"

"Tapi aku tidak merasa mengejekmu jadi sah-sah saja untukku,"

"Cih, kau sama saja seperti Chanyeol sunbae,"

"Jangan bawa-bawa dia, aku muak dengannya,"

"Muak kok masih sering curhat tentangnya," cibir Jisoo yang langsung mendapat cubitan di pipi oleh Seulgi.

"Diamlah,"

Jisoo menjulurkan lidahnya. "Eh Seul, apa kau pernah ditembak seorang..."

"Kalau ditembak berarti aku sudah mati,"

"Aish pernyataan cinta maksudku, apa kau pernah?"

"Tidak pernah secara langsung,"

"Jadi?"

"Pernah ada surat cinta di lokerku tapi aku tak tahu siapa pengirimnya, sudahlah lupakan. Itu sudah setahun yang lalu,"

"Pengagum rahasia rupanya,"

Setelah tidak mendapat respon lagi dari Seulgi, Jisoo mengedarkan pandangannya ke penjuru kantin yang saat ini sedang ramai karena menginjak jam makan siang.

Lagi-lagi di meja kantin yang terletak pas di tengah-tengah, empat namja populer sedang berkumpul di sana sambil menikmati makan siang mereka. Tapi jangan lupakan para fans yang setia mengambil gambar mereka diam-diam dari meja sebelah, depan maupun belakang.

Dasar pencari kerja gila.

"Hei, jadi kau akan menolaknya?" Kini Seulgi bertanya setelah menghabiskan tteobokkinya.

"Yongi sunbae? Mungkin, kalau aku menerimanya karena kasihan dia juga tersakiti nanti," Jisoo berkata dengan malas sambil sesekali melirik empat namja populer yang sedang menikmati makan siangnya.

"Baiklah, ternyata kau bijak juga. Bagaimana perkembangannya?"

"Mwo?" Kepala Jisoo langsung menoleh cepat ke arah Seulgi yang dengan santainya memangku tangan di dada.

Will You...Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang