5. If

517 92 10
                                    

Happy Reading...

Walaupun tadi hampir terkena serangan jantung mendadak, Jisoo bersyukur ia bisa kembali ke rumah dengan selamat. Bagaimana tidak, sebuah mobil yang melaju kencang dari arah yang sama dengannya hilang kendali dan hampir menabrak pejalan kaki yang tak lain adalah dirinya yang saat itu sedang berjalan dengan santai di trotoar.

Mobil mewah yang Jisoo tak tahu namanya itu hampir menyeret tubuhnya ke tengah jalan jika saja tak ada seseorang yang menariknya menjauh. Jika pada akhirnya Jisoo selamat, lain halnya dengan mobil itu yanh sudah ringsek bagian depannya karena menabrak mobil lainnya.

Oh, Jisoo harus berterimakasih pada pria bermasker yang sudah menolongnya karena menariknya menjauh ketika mobil yang datang tak di undang itu hampir menghantamnya dalam jarak beberapa meter lagi.
Tapi pria itu tiba-tiba menghilang sesaat setelah Jisoo mendapat pertolongan dari orang-orang sekitar yang melihatnya.

"Aku akan mencarinya besok, jika memungkinkan," ucapnya pada diri sendiri.

Jisoo lebih memilih langsung pulang dan tidur di kasur empuknya setelah ini, melupakan rencana awalnya yang ia susun untuk menyambut hari libur besok pagi.

Rencana menonton televisi, makan cemilan dan tidur larut sudah berganti menjadi rencana tidur awal yang membawa kedamaian.

"Aku pulang..." ujar Jisoo sambil menutup pintu rumahnya dan melepas sepatu, menggantinya dengan sandal rumah.

"Kau sudah pulang, kau baik-baik saja?" Tiba-tiba ibunya datang langsung memeluk Jisoo.

"Aku tidak apa-apa, eomma. Ada apa?"

"Katanya kau hampir tertabrak mobil, benarkah itu?"

"Darimana eomma tahu?"

"Dari..." gerakan telunjuk Nyonya Kim terhenti dan mengambang di udara ketika dirinya merasa mengingat sesuatu.

"Dari siapa, eomma?" tanya Jisoo tak sabar.

"Eoh bukan siapa-siapa. Bersihkan dirimu setelah itu makan malam," ujar Nyonya Kim setelah itu berbalik menuju dapur.

"Eomma," panggil Jisoo hingga membuat langkah ibunya terhenti.

"Ada apa, sayang,"

"Setelah makan malam apa aku boleh istirahat?"

Nyonya Kim tersenyum. "Boleh, sayang,"

Jisoo balas tersenyum setelah itu melangkah menuju kamarnya.

**

Setelah kejadian tadi sore yang membuatnya hampir terkena serangan jantung dan patah hati akut, Sehun bisa menormalkan deru nafasnya yang sempat memburu. Memang kenyataannya begitu.

Bukan bermaksud apa-apa, tapi Sehun memang berniat menyelamatkan hidup seseorang dan menyelamatkan masa depannya begitu melihat kejadian yang berlangsung cepat di depannya.

Jisoo hampir tertabrak mobil.

Itulah yang menyebabkan nafasnya memburu selama beberapa saat.
Ia bahkan tak bisa membayangkan apa yang terjadi jika saja ia tak cepat menarik Jisoo menjauh dari sana.

Terseret ke tengah jalan? Berlumuran darah? Gagar otak? Hilang ingatan? Atau yang paling parah meninggalkannya?
Mengingat laju mobil dengan kecepatan di atas normal tadi sudah membuatnya merinding, apalagi jika sampai karena mobil itu semuanya harus berkorban.

Karena berpikir terlalu keras, keringat pun mengalir dari pelipisnya. Sehun memejamkan mata guna mendapat ketenangan.

Apa yang kulakukan jika kau pergi, Jisoo. Aku belum mengatakan apapun padamu jadi jangan pergi dariku.

Will You...Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang