21 : Rahasia Steve

185K 8.4K 351
                                    

Seorang anak lelaki berumur sepuluh tahun dengan rambut pirang pucat berdiri di depan batu nisan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Seorang anak lelaki berumur sepuluh tahun dengan rambut pirang pucat berdiri di depan batu nisan. Mata itu senantiasa menatap tulisan di batu dengan dingin.

Rest in Peace.
Roy Keith Russell

"Hanya kau pewaris yang tersisa dari keluarga Russell, Steve."

Anak lelaki itu menoleh dan melihat wanita berambut cokelat tengah mengusap bahunya. Walaupun wanita itu tersenyum, tetapi Steve tahu semua itu hanya topeng. Mata wanita itu menunjukkan adanya amarah dan dendam yang mengakar.

"Setelah putra sulungku Leo tidak memiliki keturunan, aku berharap besar kepada ayahmu, Steve. Harapanku terkabul, kau lahir dari darah keluarga Russell." Wanita dengan keriput senja di bawah matanya itu menatap lekat Steve. "Namun sekarang cucuku harus menutup mata terlebih dulu mendahuluiku."

Steve masih diam. "Sekarang kau akan menanggung beban ayahmu, Steve. Jangan biarkan orang yang membuat ayahmu meninggal, bahagia."

"Siapa orang yang sudah membunuh ayahku, Nek?" tanya Steve datar.

"Erick Rich Alterio."

Nama itu membuat rahang Steve mengeras. Steve akan mengingat nama itu. Mengingatnya. Selamanya.

Kenangan itu kemudian memudar dan kembali jelas. Sosok Steve telah tumbuh dan berubah menjadi pemuda gagah, tetapi sorot matanya masihlah sama. Selalu dingin dan gelap. Steve duduk sembari memainkan bola baseball di tangan.

"Jangan biarkan gadis itu menguasaimu, Steve."

Steve menghentikan permainan, lalu menatap wanita tua yang berdiri tak jauh darinya. "Itu tidak akan terjadi, Nek."

"Jangan terlalu yakin, Steve. Dulu ayahmu tergila-gila dengan ibu kandung si jalang murahan itu. Jangan sampai hal itu terulang kepadamu. Gadis itu sepertinya pintar memanfaatkan perasaan lelaki, seperti ibunya dulu."

"Itu tidak akan terjadi padaku."

***

"Itu tidak akan terjadi padaku. Tidak akan." Steve bergumam ke sekian kali. Steve hampir saja terpengaruh oleh Sarah. Tangisan dan ketakutan di mata gadis itu membuat Steve beberapa saat lalu luluh.

"Jangan memercayai gadis itu. Dia memiliki darah si jalang Shaila."

Ucapan neneknya masih terngiang samar di pikiran. Steve harus bergerak cepat. Sepertinya inilah waktu yang tepat untuk menjauhkan Sarah dari Erick. Steve mendesah dan bersamaan dengan itu suara lembut itu muncul dari arah kamar tidur.

"Steve?" Sarah berdiri di depan pintu dan melihat wajah Sarah kembali bersinar. Mata teduh menatap malu ke arahnya. Tangannya yang lentik memainkan pita ungu yang melingkar di perut. Rona merah di kedua pipi menjadi penghias warna kulit yang putih pucat. Rambut panjangnya pun masih basah. Steve mengalihkan mata dan meremas tepian meja makan.
Jangan sampai Sarah menguasaimu, Steve!

Tears of Sarah [21+] / Repost Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang