Tak terasa sudah hampir setahun sejak dari pertama aku berkenalan dengan seorang Irene Bae, selama itu pula aku tidak pernah meluangkan waktuku untuk menyalurkan hobi mendaki gunungku. Minho oppa pernah beberapa kali mengajakku untuk mendaki gunung dan selalu aku tolak dengan halus meskipun hati kecilku menginginkannya. Sampai pada akhirnya Minho oppa berhasil menggodaku ketika aku sedang bekerja dia bercerita akan mendaki mendaki gunung Jirisan yang namanya bermakna sebagai Kebijaksanaan dan Keindahan. Gunung Jirisan membentang di wilayah 4 kabupaten Hadong, Gurye, Sancheong dan Namwon memiliki pemandangan yang sangat indah, anggun, mistik sekaligus galak terutama di musim gugur. Terletak di daerah pedesaan nan asri memukau dan satu-satunya kawasan yang dihuni oleh beruang asli di negara Korea Selatan. Akupun menyanggupi untuk mendaki gunung Jirisan bersama Minho oppa seminggu lagi sebelum musim gugur ini berlalu.
Tanpa kusadari sepasang mata memandangku dan Minho oppa dengan pandangan kesal dan marah. Irene berbalik dan keluar dari coffee shop dengan tergesa-gesa, aku yang melihatnya mengejar Irene dan bertanya mengapa tiba-tiba tidak jadi mengunjungi coffee shop. Rupanya dia mendengarkan percakapan antara aku dan Minho oppa tentang rencana mendaki gunung Jirisan. Irene menangis dan memukul-mukul bahuku sambil memohon supaya aku mengurungkan niatku untuk pergi mendaki gunung Jirisan. Aku memeluk Irene dan berusaha menenangkannya, kugandeng tangannya dan kubawa ke taman di dekat coffee shop milik Minho oppa. Sambil mendudukan Irene di kursi taman aku menghapus lembut airmatanya dengan kedua tanganku, kubelai rambutnya dan dengan tersenyum aku berkata bahwa
wajahnya akan tampak menjadi jelek apabila menangis terus. Irene memukul pelan bahuku sambil tersenyum malu.Aku mencoba menjelaskan kepada Irene tentang keinginanku untuk mendaki gunung Jirisan yang indah dan misterius. Irene membuatku berjanji untuk kembali dengan selamat dan juga untuk selalu meneleponnya ataupun videocall setiap hari mengabarkan tentang keadaanku selama nanti berada di sana. Dengan cerewet Irene memintaku untuk tidak terlambat makan dan tidak banyak memakan ramen instant ataupun pringles kesukaanku. Aku hanya tertawa dan tersenyum mendengarnya, seperti ibuku saja kataku dan hasilnya Irene memberikan death glarenya kepadaku.
Satu hari sebelum berangkat mendaki gunung Jirisan, aku sedang di kamar membereskan segala keperluanku yang harus dibawa untuk mendaki gunung. Kepergianku kali ini akan memakan waktu seminggu dan Irene merajuk, dia membatalkan ijinnya agar aku bisa mendaki gunung. Dengan susah payah aku mencoba membujuknya agar mengijinkanku untuk mendaki gunung Jirisan dengan berjanji akan meluangkan waktuku lebih banyak lagi untuknya sebelum aku pergi selama seminggu. Tiba-tiba pintu kamarku terbuka dan masuklah Irene yang membawa beberapa kantung plastik.
Dia meletakkan kantung-kantung plastik tersebut di lantai dan mulai mengeluarkan isinya, terdapat beberapa obat-obatan, sebuah hammock, kaus kaki, pelindung kepala, syal, masker, gaiter dan membawakan beberapa makanan seperti oatmeal, coklat bar, madu, permen.
Akupun tersenyum sambil menggelengkan kepalaku, rupanya seorang Irene Bae bertanya ke sebuah toko yang menjual peralatan mendaki gunung tentang perlengkapan dan makanan yang diperlukan untuk mendaki gunung. Hal itu menjawab kebingunganku mengapa seorang Irene Bae bisa mengetahui tentang hammock yaitu sebuah tempat tidur gantung yang bisa dipakai oleh para pendaki gunung untuk menghindari binatang-binatang yang merayap di tanah atau biasa dipakai untuk sekedar beristirahat sambil menatap bintang di langit ataupun gaiter yaitu pelindung sepatu dan kaki yang berfungsi untuk menjaga sepatu dari masuknya kerikil, batu, debu maupun lumpur.
To Be Continue......

KAMU SEDANG MEMBACA
Mencintai Dalam Diam
FanfictionLangit terlihat biru bersih tanpa awan...... Hening..yang terdengar hanyalah suara angin yang bertiup Lelah dan mengantuk, itu yang kurasakan saat ini Apakah ini rasanya menghadapi kematian Tapi tidak ada penyesalan dalam diriku menghadapi kematian...