Pagi hari ini terasa indah, langit biru tak berawan, terdengar suara burung berkicau ataukah itu suara hatiku yang bernyanyi bahagia. Aku memandang wajahnya yang sedang tertidur, terlihat begitu cantik, damai dan indah. Aku berterima kasih kepada Tuhan yang telah menciptakan makhluk yang sangat indah ini dan makhluk indah ini menyayangiku.
Sepasang mata terbuka dan memandangku, dia berkata "selamat pagi seulbear" sambil mengecup bibirku. Aku pun membalas mencium bibirnya lebih lama. Bahagianya apabila kita bisa bersama terus bersama selamanya, saling menyayangi sampai maut memisahkan kita berdua.
Sebelum melepasku di stasiun kereta api, Irene memelukku dan menangis karena berat melepasku. Aku hanya bisa memeluk tubuhnya erat dan mengusap-ngusap rambut hitam panjangnya. Aku berjanji akan selalu meneleponnya, mengabari keadaannya ataupun bervideocall kepadanya. Dengan perasaan berat kami melepaskan pelukan dan aku berjalan menuju kereta api yang akan membawaku ke kota Namwon.
Pemandangan di balik jendela kereta api menampilkan landscape abu-abu Seoul berganti menjadi langit yang berwarna biru dan sawah yang mengkilap berwarna emas. Aku begitu menikmati suasana ini selama kurang lebih tiga jam perjalanan dari Seoul menuju Namwon. Sesampainya disana kami disambut oleh pemilik minbak (guesthouse) tempat kami akan menginap. Pemilik penginapan yang bernama Choi Si Won ini adalah mantan warga Seoul yang jenuh dengan kehidupan metropolitan dan memutuskan untuk mengelola guesthouse serta menciptakan beberapa rute untuk mendaki gunung Jirisan. Daerah ini tergolong paling konservatif di Korea sehingga terasa lebih sepi dan banyak disuguhi dengan pemandangan alam yang indah serta rumah-rumah tua.
Selama beberapa hari menyusuri rute mendaki gunung Jirisan, aku selalu mengabari mengenai keadaanku kepada Irene. Kami berjalan tertatih karena medan yang menyiksa, akan tetapi panorama yang disuguhkan sungguh spektakuler, lereng yang berbalut hutan, karpet yang ditumbuhi bunga-bunga serta irisan laut dan batas cakrawala.
Akhirnya sampai juga aku di puncak gunung Jirisan, terlihat langit berwarna kuning oranye keemasan mengiringi matahari yang baru terbit. Udara yang dingin tidak mengurangi kekagumanku melihat hasil ciptaan Tuhan ini. Ingin rasanya membawa Irene dan memperlihatkan indahnya melihat matahari terbit diatas gunung Jirisan.
To Be Continue.....
KAMU SEDANG MEMBACA
Mencintai Dalam Diam
FanfictionLangit terlihat biru bersih tanpa awan...... Hening..yang terdengar hanyalah suara angin yang bertiup Lelah dan mengantuk, itu yang kurasakan saat ini Apakah ini rasanya menghadapi kematian Tapi tidak ada penyesalan dalam diriku menghadapi kematian...