tujuh belas

2.1K 258 9
                                    

Irene pov

Suara deru baling-baling helikopter terdengar dengan nyaring, aku memandang ke arah gunung untuk mencari Seulgi. Aku berharap dapat menemukan Seulgi diantara hamparan salju yang begitu luas ini, aku berharap Seulgi bisa bertahan karena aku bisa merasakan dinginnya udara gunung Everest ini sangat menusuk.

Para regu pencari berpacu dengan waktu karena setiap detik, setiap menit, setiap jam adalah penting untuk kelangsungan hidup para pendaki yang terjebak longsor. Mereka bisa terkena Edema paru yaitu kelebihan cairan di paru-paru yang membuat sesak nafas apabila tertidur di dalam kondisi suhu ekstrem ataupun bisa terkena hipotermia akut karena kedinginan yang menyebabkan kegagalan sistem pernafasan dan sistem sirkulasi jantung sehingga akhirnya menyebabkan kematian.

Aku mendapatkan kabar dari regu jalur darat bahwa mereka menemukan seorang pendaki laki-laki yang terjebak longsor dalam keadaan telah menjadi mayat karena tertimbun salju. Aku merasa khawatir dan cemas memikirkan kondisi Seulgi dan hanya bisa berharap aku dapat menemukannya secepat mungkin.

Helikopter terbang semakin rendah untuk memudahkan pencarian para pendaki yang hilang, aku berusaha membuka mataku lebar-lebar agar tidak melewatkan sedikitpun hamparan salju yang luas ini. Terbayangkan bagaimana penderitaan Seulgi dalam menghadapi kondisi ini.

Terlihat dari kejauhan satu titik kecil yang berwarna orange, helikopter segera mendekati titik tersebut yang makin lama terlihat makin membesar dan aku berteriak "itu Seulgi......itu Seulgiiiiii.....cepat kita harus segera mendarat".

Setelah helikopter mendarat aku berlari mendekati Seulgi yang terbaring dan terlihat mengangkat tangan kanannya akan tetapi begitu aku sampai terlihat mata Seulgi sudah terpejam. Aku adalah seorang dokter profesional yang biasanya selalu bersikap tenang dalam menangani segala permasalahan pasien, akan tetapi melihat kondisi Seulgi saat ini aku panik dan histeris. Badan Seulgi sangat dingin, aku meraih wajahnya dengan kedua tanganku dan berusaha membangunkan Seulgi. Masih terasa nafasnya keluar dari hidungnya meski agak lemah, yah Seulgiku masih hidup....dia masih hidup....kupeluk tubuhnya...serasa ingin kubagi kehangatan tubuhku kepadanya.

Para regu pencari mengangkat Seulgi dengan memakai tandu untuk dibawa menuju helikopter, aku mendampingi di samping Seulgi dan menggenggam tangannya yang terasa dingin. Sesampainya di helikopter aku melakukan pemeriksaan dasar terhadap Seulgi, langkah pertama yang harus dilakukan adalah membuat badan Seulgi hangat kembali maka dari itu aku mengompres badannya dengan air hangat yang tersedia di dalam helikopter.

Melihat kondisi Seulgi membuatku meneteskan airmata, aku tidak bisa membayangkan penderitaan yang dialaminya selama menunggu bantuan tiba. Aku rasa apabila kami datang terlambat 1jam pun nyawa Seulgi sudah melayang, kondisinya sekarang termasuk gawat karena sudah terkena hiportemia dan aku harus memeriksa lagi secara detail kondisi keseluruhan tubuh Seulgi.

Helikopter langsung membawa Seulgi dan Irene ke rumah sakit di Kathmadu dikarenakan Seulgi membutuhkan perawatan intensif. Di sepanjang perjalanan Irene memeluk beruangnya dengan menambahkan selimut dan kompres hangat agar suhu tubuh Seulgi menjadi lebih hangat.

"Bangun Seul....ayo bangun sayangku....Hyunnie sudah datang dan tidak akan meninggalkanmu lagi....." kata Irene sambil memeluk erat tubuh Seulgi yang dingin.

"Berapa lama lagi kita akan sampai ke rumah sakit?" tanya Irene kepada regu penyelamat.

"Sebentar lagi kita sampai Irene-shii, bersabarlah....Seulgi akan selamat karena dia orang kuat, terbukti dia merupakan satu-satunya yang ditemukan dalam keadaan hidup sampai saat ini" ucap regu penyelamat sambil tersenyum.

To Be Continue......

nb: mohon maaf atas cerita yang ngebosenin ini.....maklum thor lagi belajar mengarang

Mencintai Dalam DiamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang