CHAPTER 7 : THE DAY II

896 82 16
                                    


Ku bisa apa (?)
Hanya bisa berharap dan berharap.

Ren







HAPPY READING

          Acara akad nikah Alvin dan Renita telah usai beberapa jam yang lalu. Renita maupun Alvin masih diambang percaya atau tidak, peristiwa yang beberapa jam lalu telah usai adalah kenyataan, benar-benar terjadi.

          Setelah acara usai tadi, masing-masing masuk kedalam kamar hotelnya, tidak terkecuali dengan Renita dan Alvin. Begitu Renita sampai didalam kamarnya tanpa basa-basi Renita berganti pakaian kemudian mandi yang sebelumnya membersihkan wajahnya terlebih dahulu dari make up.

           Renita tidak bisa istirahat, mata enggan untuk dipejamkan dan tubuhnya terasa begitu enggan menyentuh ranjang. Akhirnya renita memutuskan untuk menonton Televisi yang sudah terfasilitasi didalam kamar hotelnya.

          Renita mengambil Remote TV dan menghidupkan Televisi. Renita sibuk mengganti - ganti channel TV, tidak ada satu yang menarik perhatiannya. Pikiran Renita kosong, akhirnya Renita memutuskan untuk mematikan Televisi. Renita memerhatikan Remote yang sudah diletakkannya ditempat semula,
'Pada kenyataanya, hidup itu seperti sebuah remote yang bisa dikendalikan tetapi mengendalikan.'
Renita menghela kasar nafasnya, pikirannya sangat tercampur aduk.

           Lagi lagi Renita menghela nafas panjang,

           "Ya Allah.." Lirih Renita pelan. Renita menundukkan kepalanya sambil memejamkan matanya membayangkan percakapan yang ia dengar sebelum hari pernikahannya.
Tidak ada yang bisa mendeskripsikan apa yang sedang terjadi dan apa yang dipikirkan oleh Renita saat ini. Renita benar - benar kacau.

Tok Tok Tok

           Renita membuka matanya ketika mendengar ada yang mengetuk pintu kamarnya. Renita bangkit untuk membuka pintu, siap atau tidak Renita harus menerima kenyataan.

           Renita membuka pintu,

           Renita mengangkat kepalanya dikarenakan sosok dihadapannya sekarang lebih tinggi dari dirinya.

           
            Alvin,

           
           "Ada apa?" Tanya Renita

            "Disuruh ke bandara." Seperti biasa, Alvin menjawabnya dengan intonasi yang dingin.

             "Alvin, gue rasa kalau lo ngomong yang jelas dan agak lebih panjang, lo ga akan mati ditempat. Ngapain sih kita ke bandara? Siapa yang suruh?" Renita kesal. Siapa yang tidak kesal coba, kalau ada orang yang berbicara seperti Alvin tadi. "untung ganteng" umpat Renita berdecih.

            "Gue tunggu didepan!" Alvin meninggalkan Renita yang sekarang ini tidak ada seorangpun yang bisa mendeskripsikan ekpresinya.
Bagaimana tidak (?) Alvin dengan santainya berjalan tanpa ada beban sedikit pun.

              "Ku ingin berkata kasar!" Renita menutup kembali pintunya. Seandainya sekarang ini kalian bisa melihat keadaan Renita, itu sangat berbeda. Ketika Renita menutup kembali pintunya, rasa - rasanya Renita berada didunia lain. Keadaan berbeda.

            Renita memegang knop pintu sebagai penyangga dirinya yang tiba - tiba saja menjadi tidak berdaya. Renita menahan air matanya, rasanya sungguh sakit.

           Dengan langkah gontai Renita bersiap - siap untuk menemui Alvin yang sudah menungguinya.

           "Gue harap ini bukan takdir gue." Renita menarik nafasnya dalam - dalam, dirinya berusaha tersenyum.

           Renita mengunci pintu dan langsung pergi menemui Alvin untuk pergi ke tujuan mereka.

____

Khusus Part ini sengaja dipendekkan.

Apa yang kalian pikirkan tentang Part ini (?).

Miki.

Ig @mikyallbulqiah
@unexpected. Official




UNEXPECTEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang