CHAPTER 8 : THE DAY III

579 44 18
                                    





HAPPY READING


"Kita mau ngapain sih dibandara? Mau makan?" Tanya Renita sambil mengikuti langkah Alvin.

Dari kejauhan, Renita mendapati keberadaan Marcel yang sedang berbicara dengan Mama dan Papa nya dan ternyata juga dengan Papi Alvin di salah satu Restaurant yang ada dibandara.

"Ada apa Ma?" Renita kebingungan, Renita duduk disamping Mamanya.

"Gue balik Kak" Marcel membantu mengurangi rasa penasaran Renita.

"Lah, Lo kok gak bilang sama gue?"

"Lah, gue kan udah bilang sama lo dari awal gue disini, gue cuma seminggu disini, memang lo kakak jahanam! Gue lo lupain" Marcel mulai kesal.

"Oh iya gue lupa" Renita tertawa "Lo aja sering lupain gue, kenapa gue engga? Giliran susah aja Lo inget gue, giliran gue yang gituin lo sesekali, Udah Lo bilang gue jahanam, adik durhaka macam apa ini!" Tampaknya pertengkaran akan segera dimulai.

Mama Renita yang sudah dari tadi memperhatikan dua anaknya ini langsung menghindari akan ada pertengakaran dari mereka, "Tuh kan Pa, anak dua ini pantang sekali berbicara lama - lama. Ren, malu tuh diliatin mertua." Kemenangan berada di pihak Marcel, dan Marcel menunjukkan wajah sombongnya. Renita berdecih.

"Ren, kali ini mama sama papa akan ikut Marcel,"
Renita menganggukkan kepalanya, tanda mengiyakan.

"Tapi kali ini mama sama papa akan lama balik kesini"
Kaki Renita melemas, jantungnya bedetak dengan sangat cepat, dan hatinya seakan - akan hancur.

Renita tahu tentang semua ini, tetapi Renita berpura - pura tidak tahu. Renita sangat tahu kalau adiknya, mama dan papanya tidak akan pernah balik lagi ke indonesia, tidak akan pernah.

Ingin rasanya Renita berteriak dan menangis, namun apa dayanya seorang Renita. Dia sangat rapuh sekarang, semuanya pergi meninggalkan dirinya.

Mama Renita memeluk anaknya sambil menangis tersedu - sedu, "Maafin mama sayang, mama janji mama akan selesaikan semua ini, mama janji sayang." Bisik mama Renita.

Ingin rasanya Renita menangis seperti mamanya sekarang ini, tetapi dengan segala cara Renita menahan itu semua, sakit rasanya.

Segala cara ia lakukan terhadap dirinya sekarang ini, dan Renita tersenyum, membalikkan keadaan, sangat sakit rasanya memposisikan diri pura - pura tidak tahu, padahal Renita tahu betul apa yang sedang terjadi.

Alvin hanya memperhatikan apa yang terjadi didepannya.

"Lah, mama kok nangis? Kan pasti mama balik lagi," sangat sakit rasanya ketika Renita mengucapkan kalimat yang terakhir tadi sambil melepaskan pelukan mamanya dan menghapus airmata mamanya.

Papa Renita tidak bisa berkata apa - apa, Papanya hanya bisa mengelus kepala Renita dengan penuh kasih sayang dan rasa bersalah.

Mama Renita semakin sedih melihat anaknya setegar ini selama ini. Mereka semua tidak tahu kalau sebenarnya Renita tahu segalanya.

"Renita, Papi juga akan ikut orang tua kamu, tapi Papi usahakan gak lama kok, jangan sedih ya, kamu gak papa kan hanya tinggal sama Alvin?"
Renita semakin rapuh, semua orang akan meninggalkan dirinya satu persatu. Alvin sudah dari awal mengetahui Papinya akan pergi ke Jermab, jadi Alvin tidak terkejut.

Dengan setegar mungkin, "Iya Pi, Renita aman - aman aja kok" Renita tersenyum.

"Yuk Ma kita masuk, waktu check - in nya mau habis." Ajak Papa Renita.

Semuanya berdiri, Marcel menyalami Renita dan memeluknya "Lo harus percaya kak, walapun kita jauh gue selalu jagain lo" Renita tersenyum "Baik - baik disana ya!"

UNEXPECTEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang