CHAPTER 10 : BAD MORNING II

144 21 10
                                    


Happy Reading !



Vote sebelum membaca!







----





Yang bisa Renita lakukan hanyalah berpura - pura bodoh dan berpura - pura amnesia apa yang telah terjadi 10 menit yang lalu. Kekesalan jelas ia rasakan, bahkan sangat kesal.

Ingin rasanya ia menghilangkan Alvin dari muka bumi ini, tapi ia tahu bahwa dirinya tidak bisa melakukan itu. Ingin rasanya dirinya meluapkan segala kekesalannya kepada Alvin, tapi ia juga sadar bahwa itu hanya akan membuatnya bertambah emosi mengingat sifat Alvin.

Renita menuruni tangga. Melihat Alvin yang sepertinya menunggunya, segera ia menghampiri Alvin yang sedang duduk disofa sambil memainkan ponselnya, "Sekarang kita mau kemana?" Tanya Renita.

Alvin memasukkan ponselnya kedalam saku celananya, bangun dari sofa dan berjalan melewati Renita tanpa menjawab pertanyaan Renita. Renita diabaikan.

Renita mendengus kesal menatap punggung Alvin yang meninggalinya begitu saja. Ia tersenyum paksa sambil melihat sofa yang diduduki Alvin tadi.

"Hai sofa...Sekarang kita mau kemana ?"

"Oh iya, kita belum kenalan, gue Renita."Renita menghibur dirinya sendiri untuk menahan emosinya sambil mengelus sofa yang diduduki Alvin tadi. Menurut Renita berbicara dengan benda mati sama rasanya dengan berbicara dengan Alvin bahkan mungkin lebih baik.

Dengan kesal Renita bergegas mengikuti Alvin yang sedang memakai sepatunya bersiap - siap untuk jogging.

Renita memakai sepatunya sambil mengamati gerak - gerik yang dilakukan Alvin. Alvin berjalan menuju bagasi dan keluar sambil mendorong sepeda dan memarkirkan di depan Renita.

"Untuk apa sepedanya?"

Dan kalian pasti tahu apa yang sedang terjadi, seperti sebelumnya Alvin hanya melirik Renita tanpa memberikan sepatah kata pun.

'Baiklah teman - teman, cukup sudah, lagi - lagi gue dikacangin! Orang kaya mah bebas mau beli kacang berapa aja. Apalah arti kita yang sukanya receh! Batin Renita geram sambil mengencangkan ikatan tali sepatunya.

"Baiklaaah.... sepertinya cukup sudah, mulai sekarang gue sangat percaya dengan pepatah diam itu emas." Umpat menghampiri sepeda yang diparkirkan Alvin di hadapannya.

"Pagi sepedaa..."

"Cuaca hari ini bagus loh, jalan - jalan pagi yuk!, lumayan kan kita bisa sehat" Renita dengan senyum paksanya mulai mengayuh sepedanya menuju gerbang rumahnya.

Mau tidak mau Renita harus meyakinkan dirinya bahwa Alvin menyuruhnya untuk menggunakan sepeda.

Alvin menunggu Renita keluar dengan sepedanya agar ia bisa segera menutup kembali pintu gerbangnya.

Renita sudah tidak mau berbicara lagi dengan Alvin, karena kesabaran Renita sudah hampir tidak bisa ditahannya lagi.

Alvin mengunci gerbang rumahnya dan langsung berlari - lari kecil menyusuri jalan komplek tempat tinggalnya dan membiarkan Renita mengikutinya dibelakang sambil mengayuh sepedanya.

-----


Akhirnya Alvin berhenti disebuah taman. Renita takjub melihat taman tersebut, dia pikir taman seperti ini tidak ada didekat tempat tinggalnya.

Taman ini sangatlah indah. Ketenangan dan kenyamanan yang dirasakan Renita berada ditaman ini hampir saja membuat Renita melupakan peristiwa bersejarahnya pagi ini. Dan mungkin setiap harinya akan menjadi hari bersejarah bagi dirinya.

UNEXPECTEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang