"Maa...Renita pulang!" Pekik Renita
"Iya mama dibelakang nih!"jawab mama Renita
"Ngapain mah? Tumben amat! Biasanya jam segini mama belum pulang!" Renita menaiki tangga dan langsung masuk kedalam kamar. Mama Renita hanya mendecih di belakang.
TOK TOK TOK...
terdengar suara ketukan pintu dari kamarnya Renita"Siapa?" Pekik Renita dari dalam
"Gue anjiir" sahut yang mengetuk.
"Oh lo dek! Masuk aja!"
Dia adalah Marcel Ardil Syarief satu satunya saudara kandung Renita. Lebih tepatnya adik kandungnya. Marcel sangat jarang berada di Indonesia. Marcel bersekolah di jerman dan tinggal bersama Grandpa dan Grandma. Hari minggu kemarin Marcel pulang ke Indonesia."Tumben lo ngetuk pintu dulu biasanya juga main nyelonong aja!" Cibir Renita ketika Marcel duduk diatas ranjang Renita.
"Salah aja hidup gue dah! Untung gue punya kakak kayak lo cuma satu satunya, kalau ada dua, gue nyerah aja, bunuh diri memang pilihan yang terbaik" pasrah Marcel
"Dan lo harus bersyukur gilaaa!" Renita memukul lengan Marcel dengan gulingnya sambil bangkit dari tidurnya.
"Gue bingung antara harus bersyukur apa harus terima nasib gue yang seperti ini?"
Renita hanya mencibir. "Lo ngapain masuk ke kamar gue? Kangen? Baru tadi malam ketemu!" Marcel ketika pulang ke indonesia lebih sering menggunakan waktunya untuk tidur. Jadi ketika Renita berangkat sekolah tadi pagi Marcel masih tidur.
"Gue kangen? Kayaknya lo harus beli cermin yang lebih besar lagi deh, mana ada seorang Marcel Ardil Syarief yang super ganteng gini kangen sama seorang Renita putri Syarief yang jeleknya bikin nyamuk muntah!" Hina Marcel seraya keluar dari kamar Renita.
"ANJRIIT. Kurang ajar lo sama kakak sendiri, gua telen tau rasa lo! Awas lo ya kalau masuk kesini lagi, gua lempar lo ke bawah!" Hardik Renita dengan melemparkan bantalnya ke arah Marcel yang berada di pintu kamarnya tapi sayang tidak mengenai Marcel, karena Marcel sudah lari terlebih dahulu dan menutup kembali pintu kamar Renita.
" MARCEL SAAAYAANGG KAK RENITA!!" Pekik Marcel dari bawah.
"Masih untung lo masih gua anggap adik!" Guman Renita sambil mengunci pintu kamarnya.
^^^
Alvin menghempaskan tubuhnya ke ranjang yang empuk. Hari ini sangat terasa lelah bagi Alvin, Sebelum pulang kerumah Alvin sempat pergi kekantornya ditambah sahabat sahabat gilanya sekarang menggoda Alvin dengan anak baru tadi.
Alvin melirik kearah sebuah foto wanita cantik yang sedang tersenyum dengan sangat bahagia. Wanita tersebut sedang merangkul seorang anak kecil. Wanita itu adalah wanita yang sangat dan paling disayangi Alvin. Wanita yang penuh kelembutan dan kasih sayang. Akan tetapi sangat disayangkan wanita itu sudah meninggal dunia dua tahun silam. Alvin tidak tahu pasti akan penyebab kepergian wanita tersebut. Wanita yang meninggalkan milyaran kenangan manis untuknya. Dialah Alena Ernita, ibunda Alvin.
"Andaikan mama masih disini" guman Alvin sedih.
Setelah Alena meninggal semuanya berubah. Rumah yang sangat besar ini kian menjadi sepi. Rumah yang sangat besar ini hanya ditinggali oleh Alvin dan papanya yang disertai dengan asisten asisten rumah tangga Alvin. Semua terasa hampa.
Terkadang Alvin merasa apa arti hidup yang sebenarnya. Jika yang hanya dirasakannya sepi dan hampa. Semua orang sibuk. Papanya sibuk. Selalu keluar kota, keluar negeri. Itulah sebabnya Alvin mengalihkan kesepiannya dengan menerima tawaran papanya untuk memimpin perusahaan pusat cabang yang ada di indonesia. Sedangkan papanya memimpin perusahaan pusat yang berada di jerman.
KAMU SEDANG MEMBACA
UNEXPECTED
Teen FictionAku tidak meminta banyak Tidak meminta untuk bahagia, Tidak meminta untuk hidup tanpa masalah, Tidak meminta untuk mempunyai segalanya, Tapi hanya satu yang ku minta "Janganlah sekali-kali mereka mengetahui apa yang sebenarnya aku rasa...