Cc (Cheese)

389 56 32
                                    


Satu hal yang paling Keira sukai adalah menaruh irisan keju di atas rotinya. Seperti pagi ini, ia ingin sarapan dengan roti daripada makan berat. Lagipula ia sudah telat pergi ke sekolah.

Namun saat ia mencari-cari keju di lemari di dapur. Dia tidak melihatnya sama sekali. Gadis itu jadi frustasi karena dia tidak akan makan roti sebelum ada irisan keju di atasnya.

Keira berjalan ke arah kulkas, siapa tahu ada sesuatu yang bisa ia makan. Namun niatnya untuk membuka kulkas terhenti ketika melihat sebuah note yang ibunya tuliskan.

Keira, hari ini ibu harus pergi cepat. Dan kayaknya ibu lupa membeli keju, nanti setelah ibu pulang baru ibu belikan. Ada susu di kulkas, kamu bisa minum itu kalo kamu gak mau makan roti pake selai kacang.

Keira hanya cemberut lalu membuka kulkas dan mengeluarkan susu UHT kemudian menuangkannya ke gelas. Setelah menghabiskan susunya, ia pun berangkat ke sekolah.

Hidup berdua dengan ibunya terkadang tidak selalu menyenangkan. Ia harus berbagi pekerjaan rumah dengan ibu nya. Terkadang Keira harus masak makanan sendiri untuk makan siangnya atau memesan makanan kalau ia lagi malas buat masak.

Ibunya seorang PNS di salah satu kantor pemerintahan. Jadi, ibunya tidak mungkin pulang hanya sekedar memasak makan siang untuk Keira. Lagipula jarak rumah sama kantor ibunya cukup jauh.

Ayahnya sudah punya keluarga baru dan tinggal di luar kota. Keira tidak mengerti kenapa ayah dan ibunya berpisah, ia baru berumur sembilan tahun saat itu dan ia terlalu kecil untuk mengerti permasalahan orang dewasa.

🌺🌺🌺

Ada yang aneh saat Keira masuk ke kelas. Gadis itu melihat Dikta duduk di kursinya. Itu bukan sesuatu yang aneh tapi menurut Keira itu aneh, karena Dikta tidak biasanya duduk di kursinya dan mengobrol dengan Via.

Keira berjalan pelan menuju kursinya. Dikta yang menyadari kedatangan seseorang langsung menoleh.

"Oh, Kei, lo udah datang?" Keira mengangguk bersamaan dengan berdirinya Dikta dari kursi itu "-Via, gua keluar dulu." Via tersenyum.

Keira duduk tapi kepalanya tidak bisa berhenti berpikir-kenapa Cowok itu duduk di kursinya?

"Hei, Kei." Sapa Via dengan senyum sumringah yang Keira tidak mengerti sama sekali maksudnya apa.

"Lo napa?" tanya Keira dengan dahi berkerut.

"Santai kali nanyanya, gak usah tegang gitu." Ia hanya merapatkan bibirnya.

Pelajaran pun di mulai tidak lama kemudian. Sesekali pandangan Keira tertuju pada Dikta yang sedang duduk santai sambil mendengarkan materi pelajaran Kimia. Meja Keira dan Dikta sama-sama berada di pinggir dan satu barisan horisontal.

"Lagi lihatin apa, Nak?" tanya Bu Anita, guru Kimia mereka dengan nada mendayu.

Semua menoleh ke arah pandangan Ibu Anita. Keira tersentak dan langsung melihat ke depan. Beberapa murid juga melihat ke arahnya sekilas dan ada yang tersenyum melihat kebingungan Keira.

"Maju sini." Ibu Anita sambil mengayunkan tangannya.

"Kei, lo di panggil tuh," ucap Via.

Keira berdiri dari kursinya lalu berjalan ke arah papan tulis kemudian berbalik sambil memandang ke segala arah. Ia menyatukan kedua tangannya. Gadis itu terlihat gugup tapi bukan karena ia berdiri di depan teman-temannya tapi karena Dikta terus melihat ke arahnya.

"Coba kerjakan Elektron Valensi dari Kalsium." Keira menatap Bu Anita. "Ayo cepat." Bu Anita menyodorkan spidol ke arah Keira. Ia hanya menerimanya dengan pasrah.

Keira mulai mengarahkan spidol itu ke arah papan tulis dan mulai menuliskannya.

Ca = 2, 8, 7

Semua melongo setelah tahu kalau Keira dapat menjawab soalan itu dengan mudah. Bu Anita bahkan mengangguk saat Gadis itu menatapnya meminta jawaban apakah ia benar atau tidak.

"Kamu sebenarnya pinter, jadi kenapa kamu tidak fokus tadi?"

"Bukan apa-apa, Bu." Keira sedikit menunduk.

"Ada yang kamu sukai di kelas ini?" Keira menegakkan kepala lalu menggeleng cepat.

"Gak, Bu. Gak ada." Teman-teman Keira tersenyum melihat gadis itu gugup luar biasa. Ada juga yang terkekeh pelan dan ada juga yang menyahut dengan alay.

"Yang bener?" tanya Bu Anita sekali lagi.

"Iya, bu," jawab Keira mantap.

"Ya sudah, kamu boleh duduk."

Keira mengucapkan terima kasih lalu melangkahkan kakinya menuju kursinya. Ia bahkan sempat melirik ke arah Dikta yang lagi tersenyum melihat dirinya di ajukan pertanyaan menggelikan itu.

Ya Tuhan, senyum itu seperti setahun lalu. Senyum yang terlukis di memori gue sampai sekarang. Dan gue dapat melihatnya lagi, Batin Keira.

Keira berharap Tuhan selalu memberinya keberuntungan. Semua keberuntungan ini juga karena gadis itu menatap Dikta tadi. So, memandang Dikta ternyata membawa petuah.

Via memandang heran ke arah Keira yang tiba-tiba tersenyum tanpa sebab. Apa bahagianya berdiri di depan dengan semua mata tertuju padanya?

"Baiklah, kerjakan soal nomor satu sampai lima." Semua murid mulai membuka buku tulis dan peralatan lainnya.

"Hei, Kei." Keira menoleh, "Lu senyum-senyum sendiri," ucap Via dengan cukup pelan.

"Masa sih?" Pura-pura bego.

Via manggut-manggut. "Apa benar yang Ibu Anita katakan lo suka sama seseorang yang ada di kelas ini."

"Ah, ngaco lu. Masa pacaran sama satu kelas." Keira menatap bukunya dan mulai menulis.

"Apa salahnya." Keira memilih diam. Ia tidak ingin kedua kalinya berdiri di depan sana. Cukup sekali, tapi kalau itu membuat Dikta tersenyum terus. Apa salahnya juga di lakukan setiap hari?

Jangan contoh anak ini.

💙💙💙

Sehabis pulang sekolah, Keira memutuskan membeli keju sendiri ke mini market dekat sekolahnya. Kalau ia menunggu ibunya pulang bakalan kelupaan seperti kemarin.

Tanpa tahu Dikta sedang mengambil minuman dari freezer lalu meminumnya. Matanya menyudut ketika mendapati sosok tinggi dan ramping. Rambut hitam dan bibir merah ranum membentuk ikon bibir pada umumnya.

Keira terus berjalan sambil terus menatap rak makanan. Tanpa tahu kalau Dikta sedang menatapnya.

"Hei." Sapa Dikta saat Keira sudah berada di dekatnya.

"Huh." Keira kaget melihat Dikta sudah berdiri di depannya.

"Lo lagi nyari apa?" tanyanya ramah.

"Kraf chedar," jawab Keira ragu-ragu.

"Oh ... itu dia di samping lo." Tunjuk Dikta, Keira pun menoleh dan benar ada keju di situ sebelum ia sempat melihatnya karena Dikta memanggilnya.

"Gue duluan ya." Keira mengangguk.

Senyum itu lagi. Sangat manis. Keira pikir karena ia terlalu sering makan keju makanya ia beranggapan kalau senyum Dikta sangat manis. Tapi kenyataannya memang seperti itu. Besok-besok selain menaruh irisan keju di atas rotinya. Ia ingin menambahkan sedikit susu kental manis sebagai pelengkapnya.

Hari ini sungguh melelahkan. Tapi kenapa Keira merasa senang. Ini adalah momen-momen terindah Keira selama setahun sebagai silent lovernya Dikta. Sapa dan senyum, Keira terkekeh. Seperti prosedur menjadi kasir saja, pikirnya.

Cieee di sapa aja seneng nya minta ampun, apalagi di tembak 😂🔫

@jayfavian

The Hidden Feeling | ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang