Ff (Forget You. Can I?)

304 43 19
                                    

Keira lagi makan malam bersama ibunya. Ibunya memasak makanan simple malam ini. Sudahlah lama mereka tidak makan bersama karena Keira sering melupakan makan malamnya karena terlalu asyik dengan handphone-nya kalau ibu nya tidak memaksanya makan. Dan terkadang ibunya makan duluan saat Keira bilang kalau ia tidak lapar.

"Kei, gimana sekolah mu?" tanya ibunya di sela-sela makannya.

"Begitulah," jawab Keira singkat.

Keira kelihatan murung. Terlihat ia tidak bersemangat untuk makan, ia sesekali menyuapi sedikit nasi di sendok ke mulut nya lalu kembali terdiam sambil menatap piring nya.

"Kei, kamu kenapa?" tanya Ibu nya khawatir.

"Aku gak apa-apa, bu." Keira mencoba tersenyum tapi Ibunya bisa melihat kalo ini bukan Keira yang Ibunya tahu.

Ibunya menatap Keira lalu tanpa disangka ia melihat plester di siku anak perempuan satu-satunya itu. "Siku mu kenapa?"

Keira memandang sikunya sekilas. "Oh, jatuh."

"Jatuh dimana?" tanya Ibunya khawatir lebih mirip seperti sedang marah.

"Di depan, aku nabrak gerbang," jawabnya sambil tertunduk.

"Ya ampun, Keira ... kok bisa sih kamu jatuh, pasti kamu menghayal makanya bisa nabrak gitu."

Mampus, pikirnya. Dari awal ibunya memang tidak menyetujui Keira menaiki motor tapi karena alasan yang tidak masuk akal; biar cepat sampai di sekolah, biar cepat balik ke rumah juga, dan mau kemana-mana biar cepat. Dan ... akhirnya Ibunya pun membelikan motor metik murah untuk Keira.

Satu lagi, Keira sudah berjanji kalau dia akan berhati-hati dan tidak akan kenapa-kenapa. Tapi kalau sampai itu terjadi, Ibunya bisa mengambil motor itu ataupun menjualnya.

"Aku gak apa-apa kok, Bu." Namun Ibunya tetap mengkhawatirkan keselamatan Keira.

"Besok kamu gak usah bawa motor lagi," kata Ibunya.

"Lho, jangan Bu. Aku gak apa-apa, lagipula kan aku gak kecelakaan." Ekspresi Keira berubah dari datar ke abstrak.

Ibunya meletakkan sendok yang sedari tadi ia pegang. "Jadi tunggu kamu kecelakaan dulu baru kamu berhenti naik motor gitu, umur kamu belum 17 tahun seharusnya ibu tidak membelikan mu motor lebih baik uangnya di tabung buat biaya kuliah mu nanti."

Keira meletakkan sendoknya lalu menurunkan kedua tangannya dari atas meja ke pangkuannya sambil sedikit tertunduk dengan mata yang tidak mau menatap ibunya. "Pokoknya mulai besok kamu naik angkot aja, biar motornya ibu yang pake."

Keira hanya diam, ia tidak ingin berdebat dengan ibunya. Lagipula niat ibu nya baik dan lagi ia tidak mau membuat ibunya stres jika ia mencoba membangkang.

🚃🚃🚃

Keira sudah bangun pagi-pagi sekali demi menunggu angkot lewat di depan rumahnya. Ia terus cemberut karena mulai bosan berdiri di sana. Ibunya keluar memakai motornya Keira.

"Ibu pergi dulu." Keira mengangguk.

"Hati-hati, bu." Ibunya tersenyum lalu mengiyakan perkataan Keira.

Selang beberapa detik ibunya pergi. Sebuah angkot terlihat dari jauh. Keira pun bersiap untuk menghentikan angkot itu. Ia mengangkat tangan sambil menggoyang-goyangkannya saat angkot itu hampir melintas di depannya.

Keira pun menyeberang lalu masuk ke dalam angkot. Setelah angkot itu berjalan beberapa meter, angkot itu berhenti lagi. Ia melihat Dina masuk dan duduk di sampingnya.

The Hidden Feeling | ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang