Dikta terlihat kurang sehat hari ini. Ia terus menggosok-gosok bawah hidungnya dengan punggung telunjuknya. Matanya juga sedikit lemah. Keira yang melihat itu jadi merasa bersalah.Dikta terlihat hanya duduk di dalam kelas sambil berman game di ponselnya. Mungkin, ia tidak ingin membuat semua murid mual dengan kenyataan bahwa hidungnya meler dan dia datang ke kantin.
Keira beranjak dari kursinya dan melangkah ke arah Dikta. Ia terlihat ragu namun ia harus melakukannya demi membalas cin-, eh, kebaikan Dikta.
Dikta yang menyadari kalau ada orang yang duduk disampingnya pun menoleh ke arah Keira. Ia terlihat diam menunggu Keira mengatakan sesuatu. Tujuannya datang ke mejanya.
"Ini." Keira memberikan sebuah sapu tangan biru donker polos ke Dikta, "buat ngelap ingus lo."
Dikat mengangkat sebelah alisnya, "Huh."
"Tuh kan meler lagi," kata Keira memalingkan wajahnya ke arah lain. Keira menggoyangkan tangannya menyuruh Dikta mengambil sapu tangan itu, "Ini, ambil."
Dikta mengambil sapu tangan itu lalu membersihkan hidungnya. Ia terus melihat Keira membuat Keira merasa tidak nyaman.
"G-gue mau ke kantin dulu," ucap Keira lalu melangkahkan kakinya keluar dari kelas.
Astaga... gue seharusnya bilang makasih ke Dikta atas kuenya. Ah, sudahlah. Kapan-kapan aja bilang makasihnya.
Ia terus berjalan sambil mengatur nafasnya. Ia merasa jantungnya hampir copot saat Dikta menatapnya begitu tenang. Ia terus berjalan sampai ke depan toilet. Ia masuk ke dalam bilik toilet dan duduk diatas closed. Mata Dikta begitu indah dan menawan. Ah... cowok idaman masa depan. Kapankah ia akan berlabuh di hati Keira?
Ketika ia keluar dari sana, Sisil juga keluar. Ternyata cewek itu juga beru saja dari dalam toilet.
"Kei," panggilnya membuat Keira berbalik. Sisil pun mendekat, "denger-denger, Via kecelakaan ya?" Keira mengangguk.
"Terus gimana keadaannya sekarang," sambung Sisil. Mereka berdua berjalan pelan menuju kelas.
"Dia gak apa-apa, cuma luka ringan."
"Ini kesempatan lo buat ngedekatin Dikta," bisik Sisil membuat Keira sontak berhenti. Ia menoleh ke kiri lalu ke kanan.
"Apaan sih Sil?"
"Selagi Via gak ada, lo bisa terus dekatin Dikta."
Keira menggeleng, "Gak, gue gak mau." Ia kembali berjalan, "Gue gak mau nikung teman sendiri."
"Aish, Kei ... lo polos amat sih, anggap saja lo ngedekatin dia sebagai teman."
Mereka sampai di dalam kelas dan Sisil masih saja mengikutinya sampai ke meja Keira. Keira duduk di kursi sedangkan Sisil duduk disebelahnya.
"Gimana?" tanya Sisil, "Nanti gue bantuin supaya lo ama Dikta bisa berduaan." Keira menatapnya horor. Dan apa maksud dari perkataan terakhir?
"Berduaan?" tanyanya. Sisil tersenyum sambil mengangguk-ngangguk.
"Gue bakalan cari cara supaya kalian terkunci berdua di dalam kelas atau dimana gitu, kayak di drakor. Uhh ... jadi inget oppa Lee Min Ho." Sisil tertawa kecil ketika membayangkan idenya tersebut.
"Gue gak bisa," Keira menggeleng "udah lupain ide gila lo itu, gue mau ngedekatin dia."
"Astaga Kei... gue berusaha bantuin lo."
"Masa gue yang harus deketin dia."
"Terkadang kita harus membuang ego kita jauh-jauh demi kebahagiaan kita."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Hidden Feeling | ✔
Ficção Adolescente[Completed] Rank #1 Silentlove (06/06/2019) Rank #8 Silentlove Masuk ke SMA untuk pertama kalinya memiliki kesan tersendiri bagi setiap orang. Tidak terkecuali Keira, tapi kesan bahagia itu tidak berlangsung lama. Ketika cowok yang ingin ia hindari...