Ii (Inside My Mind)

256 35 29
                                    


Keira menautkan alisnya ketika melihat Dikta seperti ingin ketawa. Apa yang lucu? pikirnya. Ia tidak memperdulikan Dikta dan kembali membaca komiknya.

"Bosan." Keira menoleh sekilas, "Eh, Kei, lo tinggal dimana? kali aja gue bisa maen ke rumah lo." Keira menatap Dikta lama,"Bareng Via tentunya."

"Tanya aja ama Via," kata Keira lalu kembali fokus ke komiknya.

"Ck, apa salahnya sih lo yang ngasih tahu." Keira terdiam, Dikta ada benar juga. Ia hanya menatap komiknya tanpa bener-bener membacanya lagi. Ia sibuk memikirkan alasan yang akan ia ucapkan.

"Ng ..." Keira menoleh ke arah Via yang lagi berusaha menyesuaikan cahaya di ruangannya.

"Hei, lo udah bangun." Via menoleh ke arah Dikta.

"Dikta? Sejak kapan lo di sini." Via mengusap wajahnya dan merapikan sedikit rambutnya "aduh, kok gue bisa ketiduran sih."

Dikta terkekeh pelan melihat tingkah malu-malu Via. "Udah udah, udah cantik kok. Walaupun belum mandi."

"Ih, Ta. Lo jahat banget sih." Via menutup mukanya beberapa detik lalu membersihkan kantong matanya dengan telunjuk. Dikta tersenyum melihat Via bersikap seperti itu.

Bisa-bisanya mereka tidak menyadari bahwa ada orang ketiga di sana. Ralat orang ketiga terlalu kejam. Keira bukan orang ketiga, dia hanya orang bodoh yang menyerah demi cintanya. Tapi mau bagaimana lagi, Keira tidak mungkin bertindak di luar batas yang akan membuatnya bertransformasi dari orang bodoh menjadi orang ketiga.

Ingin keluar, tapi takut membuyarkan imajinasi mereka bahwa di dunia ini bukan milik mereka berdua. Kecuali kalau mereka sedang berada di mars atau bulan. Mungkin kata-kata itu akan berlaku.

Di dalam pikiran Keira, ia seolah melihat bayangan masa depannya. Masa depan yang mungkin jauh dari kenyataan. Belum apa-apa sudah pesimis, padahal tidak ada yang tahu kalau suatu saat nanti Keira bisa mendapatkan cowok yang lebih dari Dikta. Ada ribuan cowok di Indonesia tapi mungkin hati Keira hanya ingin berlabuh pada Dikta.

"Hei, lo udah bangun?" Keira menoleh pada Dikta.

"Dikta? sejak kapan lo di sini," Keira mengusap wajahnya, "kok gue bisa ketiduran."

Dikta terkekeh pelan melihatnya. "Udah, udah cantik kok." Keira menutup mukanya ....

"Kei."

"Kei." Keira menoleh ke arah Via dan bergumam. "Lo bisa pulang, biar Dikta yang jagain gue di sini."

Keira terdiam beberapa detik. "Tap-"

"Udah gak apa-apa, biar gue jagain Via. Lo pulang aja," kata Dikta tiba-tiba sambil tersenyum ke arah Keira lalu menoleh ke arah Via.

Keira memasukkan komiknya lalu memakai tasnya. "Via, cepat sembuh ya, gue cabut duluan." Via mengangguk.

Selang beberapa detik, Keira keluar. Dikta terus menatap Via serius. Dan Via yang melihatnya jadi bingung.

"Bilang jujur ama gue, apa lo ama Keira berantem?" tanya Dikta menbuat senyum di wajah Via memudar.

Sebenarnya, Via tidak ingin terus bersikap dingin kepada Keira. Tapi entah kenapa, Via terlalu terbakar api cemburu jika Dikta terus memandang Keira walaupun itu dari jarak jauh. Dan sebenarnya tadi Via itu bisa mendengar percakapan Dikta dan Keira. Ia sepenuhnya tidak tertidur.

Via menggeleng pelan. "Nggak kok."

"Terus, kenapa lo ngusir dia?" tanya Dikta dengan dahi berkerut sampai Via dapat melihatnya dengan jelas.

The Hidden Feeling | ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang