21 ㅡ Believe Me, That I Love You

3.5K 424 63
                                    

SERENDIPITY
JIMIN

🍃🍃🍃🍃

Dua hari telah berlalu, setelah kejadian nahas yang menyebabkan kematian janin Seulgi. Wanita itu masih dirawat intensif di rumah sakit.

Jimin tidak banyak berkomentar, pria itu terlanjur kecewa dengan keadaan. Ia tidak tahu kemana arah pemikiran yang akan ia lakukan selanjutnya. Jimin lebih memilih bungkam kepada siapapun. Bahkan beberapa minggu ini, Jimin tidak fokus dalam bekerja hanya karena awak media yang terus mengintainya.

Jimin bosan, pria itu telah kehilangan semangat hidupnya, sosok mungil yang Jimin harap dapat memanggilnya dengan sebutan papa atau ayah, harus menghilang meski penyebabnya adalah kecelakaan dan tidak disengaja.

"Jimin, kenapa kau diam disana."

Sosok mungil berbalut long-coat beludru baru saja menghampirinya di koridor rumah sakit. Wanita itu terduduk disamping Jimin lalu mengusap punggung milik pria itu.

"Mama, kau baru saja datang?" tanya Jimin lalu mengecup tangan sang Ibu yang menganggukan kepala tanda setuju.

"Kudengar istrimu kecelakaan?" tanya Seohwaㅡibu dari Park Jimin.

"Iya, Ma. Lebih tepatnya pada malam itu, ia dirampok," ungkap Jimin dengan wajahnya yang ditekuk.

"Bersabarlah, mungkin Seulgi bukanlah yang terbaik untukmu," jawab sang ibu. Kentara sekali bahwa ia tidak menyukai Seulgi.

"Kenapa mama berbicara seperti itu?" tanya Jimin dengan heran.

"Tidak, aku hanya berpikir bahwa Seulgi bukanlah wanita yang baik untukmu," jawab Seohwa dengan wajah dinginnya.

"Jika istriku tidak baik, lalu kenapa dulu papa dan mama menjodohkanku dengannya?" ungkap Jimin setengah kesal.

"Kupikir dia gadis yang baik, berprestasi dan cerdas. Namun pada faktanya, sikap dan pribadinya jauh dari kata baik, semua yang ditampilkan dimedia hanyalah pencitraan. Ibu mengkhawatirkan perasaanmu, Jimin."

Jimin tersenyum kecut, dia lebih memilih berdiri dari tempat duduknya. Pria itu menatap inten onyx mata sang ibu.

"Ma, ini bukan masalah baik dan buruk. Janin itu hilang karena sebuah kecelakaan."

Jimin berusaha untuk mengontrol emosinya. Ya, akhir-akhir ini, Jimin merasa tensi darahnya cepat naik.

"Jika seandainya Seulgi tidak kecelakaan pun? Apa kau bisa menjamin dia akan tetap mempertahankan kehamilannya?" pekik ibu Jimin.

"Sudahlah, Ma. Semuanya telah terjadi. Tidak ada yang perlu disesali. Aku dan Seulgi akan tetap baik-baik saja," ungkap Jimin.

"Terserah kau saja, aku hanya memberitahumu sebelum semuanya terlambat," ucap ibu Jimin lalu bangkit dari duduknya.

Jimin hanya terdiam, hati kecilnya kembali berkecamuk. Dilain sisi, Jimin tidak ingin kehilangan Seulgi karena hatinya berkata bahwa ia benar-benar jatuh cinta pada wanita itu. Namun, di lain sisi, Jimin merasa kecewa dengan keadaan, Jimin ingin menghindar dan melupakan semua kejadian pahit yang menimpa janin mereka.

Jimin kembali terduduk, detik demi detik berlalu dengan cepat. Namun pria berusia dua puluh tujuh tahun itu tetap diam tanpa ingin bergerak ataupun berpindah tempat.

"Seulgi sendiri yang memintaku untuk bercerai. Lalu kenapa aku masih mempertahankan?" gumamnya dalam hati.

"Tidak ada lagi yang bisa kuharapkan dari Seulgi. Janin yang kutunggu-tunggu pun hilang dalam sekejap mata."

SERENDIPITY | Seulmin [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang