jadi pacar gue ya?

1.2K 39 0
                                    

"Eh Dif, itu cewek namanya siapa? Gila cantik banget"

"Kenapa? Jangan bilang lo suka"

"Emang gue suka, kenapa?"

"Ck! Dia punya gue"

"Punya lo dari jaman purba?! Bye! Gue mau nembak dia"

"Gila tuh bocah! Bang!! Bang Bagas!! Dia udah punya pacar!!"

Tidak mengindahkan teriakan Diffa, Bagas berlari mengejar gadis yang dilihatnya di gerbang tadi. Tepat sebelum gadis itu masuk kedalam kelas, Bagas berhasil menghadangnya. Sekilas, Bagas sempat melirik name tag yang terhias rapi di dada kiri gadis itu.

"Agatha! Gue mau jadi pacar lo!" ucap Bagas bersemangat dengan mata berbinar

Sedang gadis itu hanya menatap datar wajah Bagas dan

Plup!

Dia meletuskan balon dari permen karet yang di kunyahnya kemudian menyingkirkan lengan Bagas pelan dan meninggalkan Bagas yang berdiri mematung di ambang pintu.

"Gue udah bilang dia itu udah punya pacar!" ucap Diffa gemas

"Dia nolak lo? Lo pikir dia sama kayak mantan-mantan lo?!" dengus Diffa lagi

"Gila! Dif! Gue baru nemu cewek se-menarik ini" ucap Bagas

Diffa melongo mendengar ucapan kakaknya itu. Seorang Bagas Rahman untuk pertamakalinya tersenyum lebar akibat ditolak seorang gadis? Pria itu memang playboy, tapi Bagas tidak pernah mendapat penolakan seperti sekarang.

"Gue harus dapetin itu cewek" ucap Bagas meyakinkan dirinya sendiri

Diffa menggeleng kecil menatap Bagas yang sudah berlalu menuju kelasnya. Diffa melangkah masuk dan menghampiri meja Chelsea.

"Chel... Maafin abang gue ya?" ucap Diffa hati-hati seolah takut mengusik ketenangan gadis itu.

Tidak ada jawaban dari Chelsea. Matanya terpejam dan mulutnya sibuk mengunyah permen karet, sedang kepalanya mengangguk-angguk kecil mengikuti irama yang keluar dari ponselnya. Diffa akhirnya menepuk pelan lengan gadis itu. Chelsea membuka matanya dan menyingkir sebentar memberi jalan kepada Diffa supaya duduk di sebelahnya.

"Chel?" ucap Diffa lagi

Chelsea akhirnya melepas earphone yang terpasang di telinganya dan menatap Diffa sambil menagangkat sebelah alis pertanda bertanya 'apa'. Diffa berdehem pelan.

"Sorry, soal kelakuan abang gue tadi" ucap Diffa akhirnya

Chelsea menghentikan kunyahannya dan mengerutkan kening sejenak, sebelum akhirnya mengangguk singkat.

_

Diffa dan Chelsea hanya remaja biasa pada umumnya. Mereka duduk di bangku kelas sebelas sekolah menengah yang cukup terkenal di wilayahnya. Diffa mengenal Chelsea setelah mereka duduk di bangku yang sama tahun kedua di SMA. Sebelum itu, Diffa bahkan tidak tahu kalau SMA 1 memiliki siswi secantik Chelsea. Gadis itu terlalu dingin. Sangat dingin hingga Diffa kadang berharap pelukannya bisa menghangatkan hati gadis berambut gelombang itu.

Chelsea menatap kosong lapangan basket di hadapannya. Ketenangannya terusik ketika seorang siswa tiba-tiba berdiri di tengah lapangan sambil membawa pengeras suara. Awalnya Chelsea tidak begitu peduli hingga namanya disebutkan.

"Agatha? Jadi pacar gue ya?!!" ucap Bagas lantang yang langsung menyebabkan kehebohan siswa SMA 1.

Kehadiran Bagas saja sudah membuat kehebohan, apalagi ditambah dengan pengakuan pria itu yang tiba-tiba. Bukan hal mengejutkan memang ketika Bagas menyatakan suka pada seorang gadis. Tapi ini pertamakalinya, Bagas menawarkan diri menjadi kekasih seseorang.

Chelsea yang tadinya diam saja mulai terganggu ketika hampir semua siswa kini menatapnya. Berdehem kecil, Chelsea kembali memasang earphone di telinganya dan mulai beranjak dari tempat itu. Belum genap tiga langkah, kakinya harus terhenti akibat tangan Bagas yang mencegahnya.

"Agatha? Jadi pacar gue ya?" ulang Bagas

Chelsea menatap sekitar dan dia benci jadi pusat perhatian. Dalam satu hentakan, genggaman tangan Bagas terlepas dari lengan Chelsea.

"Dasar sampah!" hanya itu kalimat yang diucapkan Chelsea sebelum berlalu dari hadapan Bagas

Bukannya marah, Bagas justru mengembangkan senyumnya sementara para siswa di sekitarnya sudah heboh berbisik-bisik betapa pedas mulut manis Chelsea.

"Gue pasti dapetin lo" ucap Bagas kembali menyemangati dirinya sendiri.

Bagas benar-benar membuktikan ucapannya. Pulang sekolah, dia sudah berdiri di samping gerbang sekolah melihat siswa-siswi yang mulai keluar satu-persatu. Hampir setengah jam dan Bagas belum melihat Chelsea keluar juga. Hingga Diffa menepuk pelan bahu Bagas.

"Ngapain disini? Lo gak mau pulang?" tanya Diffa

"Gue nunggu Chelsea, tapi sudah hampir 45 menit gadis itu belum keluar juga" ucap Bagas kini mulai gelisah

"Dia gak akan pulang sebelum gerbang sekolah di tutup" jelas Diffa

"Apa??"

"Dia biasanya menghilang entah kemana dan baru pulang setelah gerbang di tutup" jelas Diffa lagi

Bagas mengerutkan kening

"Lo pulang duluan" ucap Bagas sebelum berlari kecil memasuki area sekolah lagi

"Bang! Bang lo mau kemana?!" teriak Diffa yang tidak mendapat respon dari Bagas

Bagas menyusuri koridor sekolah yang sudah sepi. Hanya menyisakan anak-anak organisasi dan beberapa siswa lain yang sibuk belajar atau sekedar mengobrol bersama kekasih.

Bagas sudah mengelilingi sekolah namun tak kunjung menemukan gadis itu. Beberapa saat Bagas hanya berdiri sebelum akhirnya menjetikkan jari. Ada tempat yang belum dia datangi.

Bagas sedikit berlari meuju taman belakang sekolah. Dan benar! Gadis itu sedang berbaring di bangku dengan satu tangan menjadi penopang kepala sementara yang lain menutupi wajahnya. Telinganya tertutup earphone dan Bagas tebak gadis itu pasti terpejam.

Bagas mendekat kearah Chelsea dengan hati-hati hingga dia tiba di samping gadis itu kemudian duduk di tanah. Cukup lama hingga Chelsea melepas earphone-nya.

"Lo udah bangun?" tanya Bagas

Chelsea mengerutkan kening heran.

"Gerbang sekolah hampir tutup, lo masih mau disini atau pulang sekarang?" tanya Bagas

Chelsea tersenyum miring dan berdiri dari tempat duduknya. Meninggalkan Bagas begitu saja. Bagas ikut bangkit dan sedikit berlari mengejar gadis itu. Bukannya menuju gerbang sskolah, Chelsea justru menuju ruang musik dan menatap ruang kosong tersebut sekilas. Dia duduk di salahsatu kursi yang tersedia dan mulai memetik gitar di tangannya.

'Who do you think you are
Running round leaving scar
Collecting your jar of heart
And tearing love apart
You are gonna catch a cold
From the eyes inside you soul
So don't comeback for me
Don't comeback at all'

Hanya bagian reff-nya saja, namun Bagas benar-benar terpukau dengan suara gadis itu. Manis, suaranya manis dan terkesan mendalami lagu tersebut.

Tanpa sadar, Bagas bertepuk tangan pelan dan Chelsea justru menatap tajam kearahnya.

Chelsea bangkit dari tempat duduknya dan menghampiri Bagas

"Tidak bisakah kau berhenti mengekor padaku?" ucap Chelsea sebelum akhirnya melewati Bagas begitu saja

Bagas menatap punggung Chelsea dan kembali menarik bibirnya. Tersenyum.

'Semakin aku melihatmu, semakin aku menyukaimu.'

_

Baby, YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang