asal buat lo, apapun gue kasih

377 23 0
                                    

Chelsea membuka matanya yang sedikit berat dan dia menemukan Bagas sedang meletakkan air dingin dan makanan di samping tempat tidurnya.

Sadar tengah di awasi, Bagas menoleh dan segera menghampiri Chelsea.

"Chel? Lo udah bangun? Minum dulu" ucap Bagas memberikan air minum yang langsung di sambut oleh Chelsea.

"Kau bisa menerimanya?" ucap Bagas tepat sasaran.

Chelsea menangis namun akhirnya mengangguk cepat.

"Kalau gitu, cuci dulu muka lo terus ganti baju. Gue tunggu di bawah oke"

Chelsea kembali mengangguk dan tanpa di minta dua kali Chelsea sudah beranjak dari tempat tidurnya.

_

Chelsea menatap peti yang jaraknya tidak jauh dari tempatnya berpijak. Hampir saja Chelsea kembali ambruk kalau Bagas tidak buru-buru mengapit lengan Chelsea kuat. Membantu gadis itu berjalan ke arah peti tersebut.

Chelsea menatap wajah pucat Alvin, sebelum menyentuhnya pelan dan kembali menutup wajah itu dengan kain. Chelsea melepas kalung yang menggantung di lehernya dan meletakannya di samping jasad Alvin. Setelah itu, Chelsea berbalik pergi meninggalkan tempat itu.

Duduk di bangku belakang rumahnya, Chelsea memandang kosong kolam renang di hadapannya. Bagas ikut duduk di samping Chelsea.

Tidak ada yang bersuara, hingga Chelsea mulai bercerita.

"Gue kenal sama kak Alvin saat dia pertamakali datang ke rumah" Chelsea mulai bercerita dan Bagas dengan senang mendengarkan.

"Waktu itu gue masih kelas empat sementara dia udah kelas enam SD. Ayah cuma bilang, kalau dia kakak sekaligus temen gue. Dan kita jadi temen sejak hari itu. Dia jago basket sama nyanyi. Dan dia suka ikut ayah kemana-mana saat ngurus bisnis. Dia bahkan sering bolos sekolah karena itu. Tapi kak Alvin gak pernah ngeluh, marah atau sedih sekalipun. Sampai saat ayah meninggal. Itu pertamakalinya, gue ngeliat kak Alvin marah dan sedih dalam satu waktu." Chelsea menghembuskan nafas sebentar.

"Tapi itu gak berlangsung lama, karena dia balik jadi kak Alvin yang seneng ngajarin gue main basket. Nyanyiin lagu buat gue. Ngajakin gue bercanda dan selalu ada buat gue. Gue bahkan gak sadar kapan tepatnya gue suka sama dia. Terbiasa. Semuanya karena kebiasaan. Gue gak peduli dia udah jadian sama kak Sivia. Gue cuma suka sama dia" Chelsea menghentikan ceritanya sejenak

"Dan hari itu ..." Chelsea kembali menggantungkan ceritanya

"Gue bikin sekolah kalah dalam pertandingan basket dan gue tetep terlambat nyelamatin kak Alvin. Gue bikin kacau semuanya" Chelsea menunduk dalam

Bagas masih diam, tidak menyela cerita Chelsea.

"Gue harusnya gak maksa dia buat dateng ke acara basket waktu itu. Gue harusnya tahu kalau dia punya luka di punggungnya. Tapi dengan percaya diri, gue cuma ngelambai sama dia tanpa tahu dia kesakitan sampai akhirnya pinsan" ucap Chelsea yang sudah terisak

"Dia ... Dengan bodohnya tetep dateng ke sekolah saat dia tahu dia sakit dan itu karena gue. Dia dapet luka itu karena gue." Chelsea semakin kencang menangis

Bagas menarik tubuh Chelsea ke dalam pelukannya.

"Kalau malam itu gue gak ngerusak pesta, mitra bisnis almarhum ayah gak akan marah. Dan gak akan nyakitin Alvin separah itu. Gue.. Gue.. Penyebab masalah"

Bagas semakin mempererat pelukannya.

"Semua udah punya jalannya masing-masing, Chel. Bukan salah lo kok" ucap Bagas berharap dapat sedikit menenangkan Chelsea

Chelsea menggeleng keras.

"Gue sok tahu Gas, gue egois, keras kepala.. Gue..." Chelsea sudah tidak bisa melanjutkan ucapannya.

Bagas terus mengelus pelan punggung gadis itu, membiarkan air mata Chelsea membasahi kemejanya. Dan sampai Chelsea tertidur dengan isak kecilnya, Bagas baru mengangkat tubuh gadis mungil itu menuju kamarnya.

_

Chelsea membuka mata dan sekali lagi dia menemukan Bagas masih dengan seragam sekolahnya sedang menunggui dirinya sambil membaca buku.

"Kau bangun? Akhirnya... Kau tahu? Kau tidur sejak kemarin sore dan baru bangun sekarang? Ya Tuhan Chel, kau sudah tidur selama sehari penuh" kekeh Bagas

"Kenapa lo disini? Lo gak sekolah?"

"Chel? Ini udah jam 6 sore, gue udah pulang dari tadi. Lo gak lupa kan kalau besok senin gue ujian?" ucap Bagas

"Gas, makasih" ucap Chelsea tulus

"Asal buat lo, apapun gue kasih. Gak masalah" ucap Bagas bangga

Chelsea mengulum senyum

"Oh iya Chel, kemarin gue nyari tempat ini dan enak kayaknya buat piknik. Ntar, selesai gue ujian kita main kesini yuk?" ucap Bagas fokus pada ponselnya

Chelsea menatap lekat Bagas, hatinya menghangat.

'Karena lo gue bisa ngebuka diri, gue bisa bersosial lagi. Gue bisa ketawa lepas dan lebih peduli sama tujuan hidup gue. Lo bikin gue percaya kalau hidup musti berjalan terus walau ada hari dimana kadang gue harus jatuh atau bangun. Dan lo tetep disana buat gue. sekalipun gue udah bilang enggak, lo tetep gak nyerah. Sekalipun lo tahu gue suka sama oranglain, lo tetep bersikeras bikin gue suka sama lo. Dan lo bahkan disini. Di saat masa terpuruk gue'

"Boleh. Gue juga punya rekomendasi pantai yang bagus. Tempatnya agak jauh sih, tapi lo gak keberatan kan nemenin gue?" ucap Chelsea

"Pastilah!!" ucap Bagas semangat

"Kalau gitu sekarang lo pulang terus istirahat. Jangan lupa siapin diri buat ujian. Semangat!" ucap Chelsea

"Oke, gue pulang. Jangan lupa makan. Awas aja kalau pas hari H lo malah sakit" ancam Bagas

"Siap boss!!" balas Chelsea

Bagas melambai dan menutup pintu kamar Chelsea.

'Kenapa gue sibuk sama oranglain, saat jelas-jelas ada orang yang setia ada di samping gue. Bantu gue supaya jatuh cinta sama lo Gas'

_

Baby, YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang