Gas, lo beneran mati?

613 28 21
                                    


Kalaupun gue minta lo buat hidup lagi, apa lo juga bakal hidup lagi? Hidup dan mati gak se-lucu itu kan

Chelsea terus meremas tangannya dengan gusar, dia berharap bahwa semua ini hanya lelucon. Bahwa Bagas tidak meninggal semudah itu. Bahwa kisah cintanya tidak se-tragis itu. Berulang kali Chelsea menguatkan batinnya bahwa ini semua hanya drama, seperti yang biasa teman-temannya tonton. Ya, seperti itu.

Chelsea turun dari mobil bersama mama dan adiknya dengan sedikit bergetar. Hari sudah gelap, dan Chelsea memaksa datang ke rumah Bagas malam itu juga.

Chelsea melihat sekelilingnya yang sudah ramai. Kalau sekarang waktu menunjukkan pukul sembilan, kemungkinan Bagas sampai di rumahnya tengah malam.

Bagas bisa melihat adik dan mama Bagas duduk di sudut ruangan dengan bahu tertunduk. Sedikit takut, Chelsea mendekat.

Chelsea belum mengatakan apapun ketika mama Bagas tiba-tiba memeluknya erat. Chelsea takut untuk bertanya, gadis itu memilih diam.

Chelsea akhirnya ikut duduk. Mamanya menggenggam tangan Chelsea erat.

"Ma?" ucap Chelsea yang matanya kini sudah berkaca-kaca

Mama Chelsea tidak menjawab, dia hanya tersenyum simpul sambil sesekali menepuk punggung tangan Chelsea menguatkan.

Chelsea memilih berjalan-jalan sebentar untuk menghilangkan sesak yang sejak tadi memenuhi rongga dadanya.

"Kak?" Chelsea menoleh dan melihat adik Bagas disana.

"Kak Chelsea bisa ikut aku sebentar?" tanya Cindy yang dibalas anggukan oleh Chelsea.

Chelsea mengekor Cindy dan mereka berhenti di depan sebuah pintu. Menunggu Cindy, gadis kecil itu membuka pintu dan mengajak Chelsea masuk ke dalamnya.

"Ini kamar abang" jelas Cindy singkat

Pandangan Chelsea menyapu ruangan tersebut dan matanya berhenti pada satu sudut penuh foto. Chelsea mendekat dan dia di kejutkan dengan banyak foto dirinya dari ketika Chelsea belum menjalin hubungan dengan Bagas.

"Kak" Cindy memegang lengan Chelsea pelan.

Menoleh, Chelsea melihat Cindy menyerahkan sebuah kotak bersampul biru kepada Chelsea. Membuka kotak tersebut dengan bergetar, Chelsea menatap sebuah kalung dengan liontin berbentuk matahari disana.

"Bang Bagas berencena ngasih itu ke kakak di hari kelulusan kakak. Dia selalu percaya pada kakak. Apapun itu. Dia percaya kalau kakak adalah orang yang tepat, untuk abang" ucap Cindy

Chelsea menutup mulut menahan isakannya yang semakin keras. Dia akhirnya terduduk di lantai.

"Kak, aku berharap bahkan setelah semua ini, jangan kembali menjadi Chelsea yang dulu ya? Bang Bagas selalu bersemangat ketika mendapati perubahan kakak yang semakin ceria dan lebih menghargai lingkungannya."

Baby, YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang