apapun, asal sama lo

380 26 0
                                    

Bagas menghempaskan tubuhnya di atas tempat tidur. Pandangannya kembali menerawang jauh mengingat percakapannya dengan Chelsea minggu lalu.

'Ayah gue punya bisnis kotor dan dia mati di tangan detektif bernama Saputra. Ayah lo.'

Bagas menggeleng kecil. Satu tangannya ia gunakan untuk menutup wajahnya.

'Kenapa Chelsea bisa tenang banget main sama gue? Apa maksudnya dia bertahan selama ini?'

Menghela nafas panjang, Bagas menatap layar ponselnya yang gelap. Sudah seminggu ini pula Bagas tidak memberikan kabar apapun pada Chelsea. Sementara gadis itu masih bersikap biasa pada Bagas dengan memberikan pesan singkat berisi semangat dan sebagainya.

"Lo itu sebenernya apa sih Chel" gumam Bagas dan dia menyambar ponselnya kemudian mengetik beberapa kalimat pada layar ponselnya.

Tak beberapa lama, Bagas mendapat balasan dari sang empunya dan senyumnya mengembang. Segera setelah itu, Bagas bangkit dan menyambar jaket yang tersampir di kursi belajarnya.

_

Chelsea menatap ponsel dengan senyum di wajah. Setelah hampir satu minggu pria itu tidak menghubunginya, akhirnya Bagas mengirim pesan lebih dulu dan Chelsea sudah siap menjelaskan banyak hal padanya.

Tidak sampai setengah jam, Bagas sudah sampai di depan rumah mewah keluarga Teriyanto dengan motor-nya. Chelsea menyambar slimbag dan memasukkan ponsel kedalam tas kecilnya tersebut.

Chelsea tersenyum ketika Bagas mengulurkan helm ke arahnya. Tanpa mengatakan apapun Bagas melajukan motornya dan berhenti di salahsatu kedai es krim.

Mereka memesan dan duduk. Setelah hampir dua menit tidak ada yang bersuara, Chelsea berdehem.

"Jadi?" tanya Chelsea

Bagas mendengus kecil

"Kenapa lo gak bilang?" tanya balik Bagas

"Soal ayah lo? Ayah gue? Atau soal kita?" kekeh Chelsea

"Chel?" jawab Bagas merengut kecil

"Oke oke. Gue gak bilang karena gue takut lo bakalan kaya' gini" jawab Chelsea

Bagas mengerutkan kening

"Kaya' gini. Merasa bersalah, ngejauh dari gue dan menebak kenapa gue mau temenan sama lo" lanjut Chelsea santai

Bagas menatap es cream di hadapannya dan menyendoknya kemudian memasukan ke dalam mulutnya.

"Terus?" ucap Bagas akhirnya

"Gas, gue emang gak suka sama bokap lo karena dia udah bikin bokap gue mati. Tapi ... Itu pekerjaan bokap lo, dan ini kesalahan bokap gue. Mereka punya tanggung jawab masing-masing atas hal yang sudah terjadi" jawab Chelsea

"Dan kenapa gue mesti benci sama lo? Kan lo gak ada hubungannya sama semua ini" lanjut Chelsea

"Kenapa lo bisa se-santai ini?" tanya Bagas

"Gue capek mikirin hal-hal yang gak perlu. Pikiran gue juga udah cukup capek sama sesuatu" kali ini Chelsea berkata agak lirih. Namun detik selanjutnya ia kembali bersemangat.

"Dan Gas, lo harusnya bangga. Berkat lo, seorang Chelsea yang dingin dan gak bersosial jadi mau nge jawab pertanyaan temen. Temen-temen di kelas gue juga sekarang lebih akrab ke gue. Dan gue, juga mau main lagi" ucap Chelsea menunjukkan deretan gigi putihnya

"Gak usah ngerasa bersalah dan gak usah mikirin hal yang udah kelewat. Semua udah di pertanggung jawabkan masing-masing. So, kita tetep temenan"

Bagas tersenyum mendengar celotehan Chelsea

"Chel, apapun. Asal sama lo, gue gak peduli. Mau itu soal keluarha, masa lalu, rasa sakit atau bahagia lo" ucap Bagas tulus

"Gas lo beneran suka sama gue?" tanya Chelsea yang langsung di balas anggukan semangat oleh Bagas

"Dan gue gak peduli lo udah suka sama orang lain. Asal kalian belum menikah, sesuai janji gue.. Gue bakal ngasih kebahagiaan sama lo. Dan salah satunya, bikin lo jatuh cinta sama gue" jelas Bagas yakin

"Gue tunggu hari dimana gue jatuh cinta sama lo" jawab Chelsea tersenyum.

_

Chelsea melambaikan tangannya pada Bagas. Dia masuk ke dalam rumah dan di kagetkan dengan seorang perempuan yang selama ini tidak menyukainya. Chelsea punya firasat tidak enak soal ini.

"Chel, Alvin pengen ketemu lo" dan tanpa diminta dua kali, Chelsea sudah keluar dari rumahnya. Bergegas menuju rumah sakit.

Mengabaikan dingin yang menusuk kulitnya, Chelsea merangsek masuk dalam sebuah ruangan yang menjadi tempatnya berkunjung selama setahun ini.

Chelsea meremas tangannya pelan. Dia gemetar. Sangat.

"K-kak..." lirih Chelsea

Chelsea dapat melihat pria itu membuka matanya dan Chelsea sudah meluruh, dia memeluk pria itu mengabaikan air mata yang tumpah membasahi wajahnya.

"Chel..."

Chelsea melepas pelukannya dan menatap wajah Alvin.

"Makasih" ucapnya

Chelsea menggigit bibir bawahnya.

"Gue gak pernah nyesel atas semua yang terjadi. Tapi Chel... Gue udah capek... Gue..." Alvin menghentikan kalimatnya menarik nafas panjang

"Udah saatnya gue nyusul om Terri. Dia bakalan benci sama gue kalau nunggu lama" lanjut Alvin

Chelsea menggeleng keras. Air mata sudah semakin banyak mengalir di wajah Chelsea.

"Chel, Berhenti suka sama gue... Gue... Pacar Sivia.. Lo tahu kan?" ucap Alvin terkekeh kecil

"Biar Sivia aja yang kehilangan gue. Gue gak mau lo juga kehilangan gue. Jangan... Suka sama gue.."

Alvin kembali menarik nafas panjang sebelum melanjutkan kalimatnya. Tangan Chelsea juga semakin menggenggam erat telapak tangan Alvin.

"Sivia baik ... Jangan berantem terus sama dia... Dia cuma cemburu... Karena gue sama lo" Alvin sekali lagi memaksakan diri terkekeh

"Jangan nagis ya Chel. Gue pamit" hanya itu, sebelum Alvin benar-benar menutup matanya.

Chelsea menangis, semakin keras dan isakannya sudah keluar keras. Tangannya tidak juga melepas tangan Alvin yang sudah mulai dingin.

Mengabaikan Sivia, mama serta adiknya yang tengah menatap Chelsea dengan miris. Sivia kini bahkan menepuk pelan bahu Chelsea.

"Kak Via.. Kenapa kakak biarin kak Alvin pergi. Kakak gak sayang sama dia? Kenapa.. Kakak..." Chelsea sudah tidak bisa melanjutkan ucapanya, dia kembali terisak.

Perawat mendekat ke arah Alvin dan hendak menutup kain pada wajah Chelsea yang segera Chelsea cegah.

Chelsea menatap wajah Alvin terakhir kali sebelum mengecup kening pria itu dan memeluknya sekilas. Chelsea sudah merelakan pria itu pergi.

Chelsea ambruk seketika ketika tubuh Alvin di bawa keluar. Pandangannya mengabur dan dia sudah tidak melihat apapun lagi selain gelap.

_

Baby, YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang