lo sakit?

579 30 0
                                    

Bagas benar-benar tidak main-main soal ucapannya. Hari ini dia kembali melayangkan aksi menggoda Chelsea atau Chelsea lebih suka menyebutnya mengganggu. Setelah bicara cukup banyak dengan Diffa tadi malam, Bagas bertekad merubah kebiasaan buruk gadis itu. Bagas bersenandung kecil melewati koridor kelas sebelas. Dia melongokkan kepala kedalam kelas sebelas IPA-3 dan melihat Chelsea sudah duduk di kursinya. Bagas masuk kedalam kelas diikuti pandangan heran beberapa siswi yang sudah datang. Mengabaikan bisikan mereka yang cukup jelas terdengar di telinga Bagas, pria itu memilih duduk di kursi dan berhadapan dengan Chelsea.

Bagas mengetukkan jarinya diatas meja membuat Chelsea berdecak pelan.

"Tidak bisakah kau diam?! Pagi-pagi mengganggu sekali!!" kesal Chelsea dan siswi di sekitar mereka ikut menahan nafas.

Chelsea tidak akan suka jika tidur-nya di ganggu, apalagi pada pagi hari seperti ini. Mereka ingat betul bagaimana Chelsea melayangkan pukulan pada dua pria yang sengaja mengganggu tidurnya di kelas sepuluh dulu. Hampir semua orang tahu berita itu.

"Pagi Agatha! Ah! Atau gue harus manggil lo Chelsea kayak temen-temen lain?" ucap Bagas

Chelsea menatap datar wajah Bagas. Dia hendak meninggalkan meja sebelum tangan Bagas menahannya. Namun dalam gerakan singkat, tangan Bagas sudah di pelintir oleh Chelsea membuatnya meringis begitu juga dengan siswi di sekitar mereka.

"Arghh Chel sakit!! Oke oke gue kalah! Gue cuma mau ngasih ini!! Lepasin Chel sakit!" adu Bagas

Chelsea melepaskan tangannya dari lengan Bagas membuat pria itu mengelusnya sebentar dan mengeluarkan kotak makan serta susu kotak. Chelsea masih dengan wajah datarnya mendengar ocehan Bagas.

"Ini, roti buatan mama gue. Dan ini susu gue yang beli. Jangan lupa makan" ucap Bagas manis sebelum melenggang pergi meninggalkan Chelsea.

"Woy?!" panggil Chelsea membuat Bagas menoleh senang

"Lo manggil gue? Nama gue Bagas" ucap Bagas bersemangat sambil mengulurkan tangannya.

Chelsea memasang senyum di bibir dan mendekatkan wajahnya pada wajah Bagas membuat Bagas menahan nafas begitupun dengan beberapa siswa yang mulai berdatangan dan menonton aksi mereka sejak tadi. Chelsea meletakkan bibirnya tepat disamping telinga Bagas.

"Lo sakit? Perlu gue anter ke rumah sakit jiwa?" ucap Chelsea sebelum menjauhkan wajahnya lagi dan melenggang pergi dengan santai. Mengunyah permen karetnya.

Bagas tertegun untuk sejenak.

"Woahh gila! Gila tuh cewek! Eh, lo pada liat gak kelakuan tuh cewek. Gila. Sumpah dia udah gila!" ucap Bagas heboh

"Bang! Lo ngapain di kelas gue?" tanya Diffa yang baru saja tiba

"Eh Diff, temen lo Agatha itu udah gak waras. Sumpah. Masa dia ngatain gue sakit terus gue disuruh ke RSJ. Yang sakit tuh dia. Kenapa nolak cowok setampan gue" curhat Bagas yang justru mengundang kikikan Diffa

"Gue kan udah bilang bang, lo gak bakal bisa ngedapetin Chelsea" ucap Diffa

"Gak! Lihat aja! Gue bakalan bikin tuh cewek jatuh ke pelukan gue" kesal Bagas sebelum meninggalkan kelas Diffa

Diffa hanya menggeleng kecil sambil tersenyum. Pandangannya kini jatuh pada kotak makan biru muda dan susu kotak diatas meja Chelsea.

'Jadi, bang Bagas berangkat pagi buat ini? Dia bener-bener gak main-main' batin Bagas

_

Chelsea melangkah pergi menuju taman belakang sekolah dan merebahkan tubuhnya. Berusaha kembali tidur. Sayangnya, keadaan di sekolah sudah cukup ramai membuatnya terusik. Berdecak pelan, Chelsea akhirnya hanya memandangi pohon yang meneduhkan tempatnya.

'Lo jahat banget bang, sumpah!'

_

Chelsea kembali ke kelas setelah bel masuk berbunyi selang setengah jam. Tanpa rasa takut dan bersalah, dia masuk kedalam kelas begitu saja membuat guru pengajar menghembuskan nafas. Kalau saja gadis itu tidak cukup pandai dengan otaknya, mungkin sejak dulu dia dikeluarkan.

Chelsea duduk di bangkunya dan menatap kotak makan serta susu kotak yang masih terpajang rapi di atas mejanya. Detik berikutnya, Chelsea menggeser kedua barang itu kearah Diffa.

"Lo bilang dia abang lo kan? Itu dari dia" Ucap Chelsea

Diffa menatap Chelsea sambil diam-diam menyembunyikan senyumnya. Chelsea bicara kepadanya! Diffa cukup senang walau hanya beberapa kata. Sejak mereka duduk bersama, Diffa bahkan bisa menghitung berapa kalimat yang sudah diucapkan Chelsea. Dan pria itu selalu menunggu Chelsea supaya bicara padanya.

"Tapi ini kan buat lo" ucap Diffa berharap Chelsea membalas ucapannya.

Namun, Chelsea justru memasang earphone dan menelungkupkan wajahnya. Tidur.

Diffa maklum. Setidaknya, ada satu kalimat yang keluar dari mulut Chelsea hari ini.

_

Chelsea kembali duduk di bangku penonton lapangan basket. Seolah sudah menjadi kebiasaannya sejak masuk ke sekolah ini dan memang hal itu menjadi kebiasaannya, ada alasan kenapa Chelsea duduk disana. Dia bahkan tidak pernah bergeser dari tempatnya. Selalu di tempat yang sama.

Sambil mengerjakan buku latihan soalnya, Chelsea mendengarkan musik di telinga. Chelsea memang dingin, tapi dia tidak cukup gila untuk lupa dengan tanggung jawabnya sebagai siswa. Chelsea tahu apa yang menjadi kewajibannya dan hal itu juga yang membuat guru-guru memperhatikan Chelsea.

Chelsea masih larut dengan soal-soalnya sebelum bola basket menggelinding dan berhenti tepat di depan kakinya. Melihatnya sebentar, Chelsea mulai mengabaikannya lagi.

"Gue nantangin lo main basket. Kalau gue kalah, gue gak akan gangguin lo lagi. Kalau lo yang kalah, lo harus jadi pacar gue" ucap Bagas tepat didepan Chelsea. Chelsea hanya berdecak pelan.

"Kenapa? Lo gak berani?" ujar Bagas lagi memasang senyum meremehkannya

Chelsea masih bisa tahan sebelum Bagas kembali berujar

"Lo dulu pernah jadi perwakilan sekolah kan? Tapi lo bikin sekolah kalah cuma gara-gara gugup. Bego!" ucap Bagas lagi dan hal itu berhasil menyulut emosi Chelsea.

Gadis itu berlalu meninggalkan Bagas dan dalam tiga menit kembali ke lapangan dengan seragam olah raganya. Merebut bola di tangan Bagas. Bagas tersenyum puas. Dia menang.

Chelsea melangkah ke tengah lapangan, kakinya gemetar bukan main ditambah bola di tangannya. Bayangan satu tahun lalu kembali berputar di kepalannya. Chelsea hampir saja akan ambruk kalau saja Bagas tidak cepat-cepat berdiri di belakangnya.

"Chel? Lo gak papa?" tanya Bagas panik.

Chelsea berusaha menetralkan jantungnya. Tangannya sudah mengeluarkan keringat sejak tadi. Bagas masih menunggu reaksi Chelsea. Namun gadis itu hanya terduduk dan bola terlepas dari tangannya begitu saja.  Untuk beberapa saat, Chelsea mengatur nafasnya dan meninggalkan lapangan basket begitu saja.

Bagas menatap punggung Chelsea

'Lihat aja Chel, gue bakal bikin lo main basket lagi'

_

Baby, YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang