gas, makasih

417 28 0
                                    

Sesuai kesepakatan, Chelsea akhirnya mengajari Bagas dan Chelsea pikir Bagas tidak seburuk itu. Bagas bahkan lebih menyenangkan dari dugaan Chelsea. Walaupun belum mau tertawa, setidaknya Bagas berhasil membuat Chelsea mau berkomunikasi dengan oranglain.

"Gini loh Gas, masa' lo gak ngerti juga sih?! Jadi... Ini tuh di kalikan sama ini, terus yang ini itu dikali sama ini dulu sebelum hasilnya di jumlah" ucap Chelsea gemas

Bukannya memperhatikan penjelasan Chelsea, Bagas justru sibuk memandangi wajah lucu Chelsea.

"Chel. Ntar sore temenin gue main basket yuk" ucap Bagas

Chelsea seketika menegang

"Gue gak bisa" jawab Chelsea tajam

"Lo niat belajar gak? Kalau enggak gue pergi" lanjut Chelsea

Bagas menarik lengan Chelsea yang hendak meninggalkannya.

"Oke. Ajarin gue"

Chelsea kembali duduk di tempatnya.

'Lihat aja Chel, gue bakal bikin lo main basket lagi'

_

Chelsea baru saja ingin melangkah menuju taman belakang sekolah sebelum seseorang berteriak memanggilnya.

"Chel!! Bagas Chel!"

Chelsea menatap heran pada seorang pria yang nampak terengah-engah bicara padanya.

"Bagas dipukuli" ucapnya masih dengan napas tak beraturan

Chelsea menunggu kelanjutan ucapan pria itu dengan tidak sabar.

"Di lapangan basket"

Dan tanpa menunggu dua kali, Chelsea sudah berlari kearah lapangan basket. Chelsea menghentikan langkahnya dan melihat Bagas yang tengah terduduk. Tangan kanan dan kirinya di pegang oleh dua siswa dan seorang siswa yang tengah menampar pipi Bagas. Chelsea menatap tajam. Kemana semua anak pergi? Apa mereka sudah pulang? Biasanya lapangan basket ramai dengan siswa yang berlatih tapi kenapa sore ini nampak sepi-sepi saja? Mengabaikan pikirannya, Chelsea beranjak menghampiri Bagas.

"Lo ngapain?" tanya Chelsea tajam

"Oh? Lo Agatha Chelsea kan? Siswi yang ikut olimpiade tahun lalu? Yang keluar dari lapangan basket saat final?" ucap pria yang tadi menampar pipi Bagas

Chelsea menggeram kecil, tangannya terkepal.

"Kenapa? Marah? Gue bener kan? Lo emang lari dari lapangan basket kayak pecundang!!"

Menghembuskan nafas kasar, Chelsea menjawab datar

"Lepasin Bagas."

"Kenapa? Dia pacar lo? Atau lo takut dia mati kayak pelatih basket lo dulu itu"

Plak!

Chelsea sudah tidak bisa menahan diri.

"Woah... Lo nampar gue? Kenyataannya emang gitu kan? Oke. Kalau lo bisa menang ngelawan gue main basket, gue bakal lepasin ini bocah" ucap pria itu

Chelsea tahu benar siapa yang dia hadapi. Dia adalah Cakka. Mantan pemainnbasket SMA-2 dia dulu adalah saingan berat Alvin.

"Kenapa? Lo gak berani?" ucapnya lagi

"Oke"

Hanya itu jawaban Chelsea. Dia melepas ranselnya dan bergegas mengganti pakaian. Tiga menit dan Chelsea sudah kembali ke lapangan. Chelsea akui dia gugup setengah mati. Keringat dingin bahkan keluar dari tangannya sejak tadi.

Chelsea melangkah ke tengah lapangan dengan gemetar. Dia menatap bola basket dengan sedikit berkunang. Menghembuskan nafas berkali-kali pandangannya kini beralih kepada Bagas.

'Gue gak bakal bikin lo kaya' kak Alvin gas. Tenang aja'

Chelsea mulai mendrible bola bergerak dengan gesit ke kanan dan kiri baru beberapa menit.

Splash!

Bola masuk. Chelsea unggul. Chelsea mulai mendengar teriakan-teriakan heboh para siswa. Menatap sekeliling. Itu bayangannya. Chelsea menggeleng pelan. Dia harus berkosentrasi. Mulai menggerakan badannya lagi. Kini Cakka berhasil memasukkan bola. Kedudukan mereka seri.

Cukup lama mereka bermain dan Bagas bisa melihat dengan jelas bahwa Chelsea berusaha mengendalikan diri. Terlihat jelas gadis itu seribgkali panik dan menatap sekitar lapangan. Bagas melengos, dia sebetulnya sakit melihat Chelsea seperti itu. Namun beginilah cara Bagas menyembuhkan trauma Chelsea.

Splash!

Chelsea memasukkan bola ke dalam ring terakhir kali dan dia menang. Chelsea segera merebahkan tubuhnya di tengah lapangan dengan nafas yang tidak beraturan. Menatap langis sore. Kepalanya masih cukup pusing akibat mendengar teriakan heboh. Seolah masalalu terputar di kepalanya.

"Lo keren"

Chelsea menoleh. Menatap Cakka yang tersenyum ke arahnya.

"Alvin pasti bangga sama lo" lanjutnya sebelum memberikan sebotol air minum kepada Chelsea dan meninggalkan gadis itu.

Bagas duduk di samping tubuh Chelsea.

"Sorry Chel, cuma dengan cara ini gue bisa bikin lo mau main basket lagi"

Chelsea seketika terduduk

"Gue sengaja ngundang bang Cakka kesini. Dan sengaja bikin skenario ini. Karena kalau bukan dengan cara ini, gue sangsi lo mau main basket lagi" jelas Bagas

Chelsea menatap tidak percaya kearah Bagas. Chelsea sudah panik setengah mati memikirkan pria itu dan semua ini hanya skenario?

"Lo gak tahu betapa paniknya gue?! Dan lo bilang semua ini cuma skenario?! Gue takut ngeliat lo tadi dan lebih takut karena musti berdiri di lapangan ini. Lo..." ucap Chelsea tak percaya

Tanpa menunggu jawaban Bagas, Chelsea bergegas pergi mengambil ranselnya dengan kasar dan meninggalkan Bagas disana sendirian.

Chelsea pulang ke rumahnya dengan perasaan tak keruan. Sakit hatinya karena ditipu seperti itu, namun Chelsea juga tidak bisa berbuat apapun.

Masuk kedalam rumah, Chelsea bergegas menuju kamarnya. Dia menatap figura berisikan wajah dirinya dan Alvin yang tengah tersenyum lebar sebab Alvin memenangkan perlombaan basket. Chelsea ingat hari itu. Hari dimana Alvin dengan senyum lebar berlari kearahnya.

'Kita menang!! Yeayy!!'

Chelsea menghembuskan nafas berat. Pikirannya kembali teringat Bagas.

'Cuma dengan cara ini gue bisa bikin lo main basket lagi'

Pria itu tidak sepenuhnya salah. Dia berniat membantu Chelsea. Tapi Chelsea sudah sebal lebih dulu.

Bangkit dari tempat tidur, Chelsea mencari ponselnya dan tidak ia temukan baik di dalam tas maupun saku seragamnya. Chelsea baru saja akan mencari ponselnya lewat telephone rumah sebelum bel rumahnya berbunyi. Bergegas membukakan pintu, Chelsea dikagetkan dengan kehadiran Bagas.

"Gue cuma mau ngasih ini. Tadi ketinggalan di lapangan" ucap Bagas

Chelsea mengambil ponselnya tanpa mengatakan apapun.

"Kalau gitu gue pulang dulu" ucap Bagas

Bagas sudah menaiki motornya ketika Chelsea meneriakkan namanya.

"Gas, makasih" ucap Chelsea dengan senyum di wajahnya

Bagas sedikit terkejut dengan itu namun segera membalas senyuman Chelsea.

'Akhirnya lo senyum juga'

_

Baby, YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang