Kalau di tanya, Gibran atau Nadhira, sayang atau nggak satu sama lain. Jawabannya tentu aja. Mereka 'kan sahabat.
Tapi itu dulu.
Apa yang paling Nadhira benci di dunia ini? tentu aja Gibran yang berubah. Bukan, perubahan itu emang baik. Tapi perubahan bisa aja mengubah segalanya.
Semua di mulai karena Gibran. Gibran mulai dewasa, Gibran mulai berubah. Dan Nadhira benci akan hal itu.
Gibran mengenal pergaulan jaman sekarang. Dan Nadhira sebetulnya tidak mau ikut campur dalam perkembangan Gibran.
Namun, ini di luar dugaannya. Gibran mulai pulang malam, Gibran merokok, Gibran susah di hubungi, dan Gibran mulai lupa akan keberadaan Nadhira.
Satu yang membuat Gibran menjadi seperti itu, Gibran punya banyak teman dan pengaruhnya sangat tinggi.
Sedangkan Nadhira, mana mungkin dia melarang Gibran untuk memiliki banyak teman dan mengenal dunia luar?
Gibran berubah. Nadhira tetap sama, tetap menjadi anak rumahan seperti Nadhira yang biasanya.
"Dek, mama gak pernah liat kamu main sama Gibran lagi." tanya Mama Naeun, Mama Nadhira yang sedang memasak bersamanya.
"Enggak mah, Gibran pulang malam terus. Aku mending di rumah." jawabnya. Itu jawaban tepat. Dia anak perempuan yang sopan dan tau tata krama. Sekalinya di ajak main, pulang tidak lebih dari jam delapan malam.
"Oh. Iya sih daripada kamu ikut pulang malam, mama lebih gak suka. Oh iya panggilin abang gih, suruh turun makan sini." Nadhira langsung naik ke lantai atas, untuk memanggil Abangnya yang berada di kamar.
"Abaaaaaaaang ayo turun, makan malemnya udah siap." ketuk Nadhira pada pintu kamar dengan tulisan 'Nadhif Jungwoo's room'.
"Iya abang lagi ganti baju, kamu turun dulu nanti abang nyusul." Nadhira langsung turun, menyusul Mama dan Papanya.
"Abang Nadhif lagi ganti baju,"
"Yaudah kalau gitu, kamu anterin bolu dulu ke rumah Gibran, gak apa-apa yah?"
Nadhira tentu saja langsung menurut atas suruhan mamanya. Dia langsung bergegas ke rumah sebelah, rumah Gibran berada.
Siapa tau dia bisa ketemu Gibran. mereka ketemu di sekolah aja. Dan itu udah gak sesering gobrol kayak dulu.
"Assalamualaikum tante!" begitu ngetuk pintu, dan tuan rumah ngebuka pintu, Gibran yang muncul.
Oh tumben gak pulang larut?
Nadhira gak tau harus berekspresi seperti apa kalau begini. Ada banyak yang perlu di sampaikan pada Gibran. Entah itu perasaan rindu, marah, atau juga rasanya Nadhira yang ingin sekali menampar Gibran.
"Kenapa Nad?" senyum Gibran seolah gak pernah terjadi apa-apa di dunia ini. Si empunya senyuman juga enggan berusaha untuk membawa Nadhiranya masuk, untuk sekedar berbincang karena hampir setahun ini mereka jarang sekali berbincang.
"Ini mama ngasih bolu," tanpa senyuman atau basa-basi lagi, Nadhira menyodorkan tempat tupperware pada Gibran,"gue balik, ya Gib."
Nadhira membalikkan tubuhnya, Gibran melunturkan senyumannya,"oh iya, thanks Nad."
Sebenarnya ada banyak yang mau Gibran sampaikan pada Nadhira. Penjelasan, perbincangan bahkan pelukan.
Gibran paham, Nadhira telah membencinya lebih dari apapun.
KAMU SEDANG MEMBACA
blue dusk ✔️
Fanfictionintinya, senja tak pernah terlihat seindah itu ketika gibran menemui nadhira. 2018, by nat.