Akhir-akhir ini, Nadhira selalu di jemput oleh Adrian jika ingin berangkat sekolah. Nadhira terlalu sungkan untuk meminta abang Nadhif yang setelah shalat shubuh tidur lagi, tak berani membangkunkan, biar dia istirahat.
Sedangkan kantor Taemin, ayah Nadhira beda arah dengan sekolah Nadhira.
Karena juga Adrian memang baik kepada siapapun, juga merupakan suruhan Gibran.
Iya. Gibran memang kerap melakukan hal-hal semacam ini pada Nadhira. Namun dalam bentuk saluran dari orang lain, bukan dari dirinya sendiri.
Untuk saat ini, biarkan seperti ini. Walau Nadhira jauh darinya, Gibran tetap masih sangat ingin peduli pada Nadhira dalam diam.
"Adrian, aduh jadi nggak enak minta lo terus buat jemput gue." ucap Nadhira pada Adrian yang baru saja datang. Adrian menyodorkan helmnya, lalu tersenyum,"apa sih yang enggak buat ibu negaranya MIPA 1?"
Nadhira menerima helm dari Adrian, lalu tersenyum. Sedangkan disana Gibran baru saja mengeluarkan motornya dari garasi, ikut tersenyum.
Entah, Gibran memang selalu suka melihat senyuman Nadhira walau kenyataannya Nadhira tidak tersenyum padanya.
Beberapa detik, tatapan mereka bertemu karena memang dengan jarak yang dekat.
Nadhira tak melunturkan senyumannya. Gadis itu tetap tersenyum. Namun kali ini benar-benar untuk Gibran.
"Adrian!" panggil Gibran, dan Adrian pun langsung menoleh padanya,"hati-hati ya bawa Nadhiranya." ucap Gibran sebelum Adrian dan Nadhira pergi duluan.
"Dan besok lagi nggak perlu jemput Nadhira, biar gua aja." tambah Gibran dari dalam hati.
🐈🐱
Hari ini pelajaran olahraga. Dan Nadhira tak seperti biasanya, dia nggak membawa seragam olahraganya. Nadhira nggak pernah suka hari ini. Karena jadwal olahraga kelasnya bersamaan dengan kelas Gibran.
"Nadhira nggak ganti baju?" tanya Siyeon yang berdiri di dekatnya. Nadhira hanya diam, mengangguk. Lalu mengikuti beberapa temannya yang menuju kamar mandi.
Ada hukuman untuk yang tak membawa baju olahraga.
"Nad, ngapain?" teman-temannya sudah keluar terlebih dahulu dan Nadhira masih berada di depan kamar mandi. Memutar otak.
Dan itu suara Gibran.
"Kalian ngapain berdua disana? Pelajaran siapa? Bukannya kalian olahraga?"
Sial itu salah satu guru olah raga mereka. Gibran menunduk, melirik Nadhira yang juga tengah menunduk,"kalian malah pacaran disini. Nggak bawa baju?"
Nadhira diam, tak berani menjawab,
"Nggak pak."Nadhira menoleh pada Gibran, yang dengan berani menatap guru mereka. Laki-laki itu tersenyum samar, dan Nadhira sadar Gibran paham dengan situasinya.
"Kalian nggak bawa? Lari puter lapangan 20 kali ya, seperti biasanya." ucapnya lalu pergi.
"Gibran?"
"Iya Nad, gua nggak bawa. Hehehe." ucapnya lalu menarik tangan Nadhira untuk berlari mengitari lapangan. Dan Nadhira tau Gibran tak pandai berbohong.
jeno
baju olah raga gua|
taro aja tas||anjing nyusahin gua mulu
|ngapain sih lo emang taiJeno yang bermain basket setelah menerima pesan dari Gibran akhirnya paham apa yang sedang terjadi. Gibran memang definisi laki-laki tolol yang punya gaya dan caranya sendiri untuk memikat hati gadis yang dua suka.
"Nah gitu dong! Akur lagi." teriak Jaemin dari lapangan basket dan Jeno hanya haha-hehe karena dia satu-satunya yang paham.
Sedangkan Gibran cengengesan, menoleh kebelakang dimana Nadhira tertinggal jauh darinya.
"Nad, pegang tangan gua aja." Gibran menyodorkan tangannya pada Nadhira, yang langsung di terima oleh gadis itu. Setiap mereka dapat hukuman, dulu, jika mendapat hukuman seperti ini, Gibran akan melakukan hal yang sama.
"Makasih, Gib." gumam Nadhira, berbisik. Berterima kasih pada Gibran karena selama mereka jauh, Gibran masih peduli padanya dan Nadhira selalu tau semua bentuk perhatian dalam diam dari Gibran.
Satu tolehan kebelakang, Gibran tersenyum melihat senyuman itu lagi dari bibir Nadhira.
KAMU SEDANG MEMBACA
blue dusk ✔️
Fanfictionintinya, senja tak pernah terlihat seindah itu ketika gibran menemui nadhira. 2018, by nat.