hai, Nadhira

2.6K 690 76
                                    


Hari ini, adalah hari dimana Nadhira akan ngelaksanain lomba saman yang di adakan di SMA lain. Jadi sejak tadi pagi Nadhira udah ngumpul di sekolah buat berangkat dan mempersiapkan semuanya.

Sekolah mereka dapet giliran ke 7 buat tampil, jadi agak siangan.

Sedangkan Gibran jam segini malah belum bangun. Jam 10 pagi. Ini sebenernya niat nggak sih mau nonton Nadhira lomba?

Padahal udah di teleponin sama Chani, Sunwoo bahkan Eunbin.

Jeno udah nggak mikirin lagi Gibran yang dari kemaren nyusahin dia. Tapi kasian juga Nadhiranya dari tadi celingak-celinguk diem-diem nyariin Gibran.

"Gua susul aja dah dia, belom bangun kali jam segini tuh." Kata Jeno ke Siyeon yang meraka lagi duduk berdua, Chani lagi sama Seoyeon sedangkan Sunwoo lagi ngebucinin Chaeyoung.

"Bentar lagi tampil ini udah urutan ke empat loh." ucap Eunbin ke Jeno yang udah pake jaketnya lagi,"kasian Nadhira tuh."

Nadhira ngga ngerti apa-apa kenapa dia harus di kasihanin.

Jeno sendiri aja gemes kenapa Nadhira pas di tanya ngga ngajak Gibran ternyata. Gibran juga mana sih ini anak malah molor.

Kadang Jeno mikir kenapa cinta se konyol ini.

🐈🐱

"Bangun anjinggggggg!"  Jeno masuk ke kamarnya Gibran dengan izin mamanya.

Dan benar aja, Gibran masih selimutan.

"LU NGAPAIN BANGSAT DI KAMAR GUAAAA," teriak Gibran balik ke Jeno yang lagi narik-narik selimutnya agar lelaki itu bangun.

"Ck, Nadhira nungguin lo ah anjing jangan buat gua sia sia dateng kesini cepatan mandi!!!!" Jeno menarik badan Gibran. Gibran otomatis berdiri, lari ke kamar mandi.

Gibran tak berniat untuk mandi, takut telat, akhirnya dia hanya menggosok giginya lalu mengenakan jaketnya asal.

Sebelum sampai pada tempat lomba, Gibran meminta Jeno untuk mampir ke toko bunga.

Jeno menghela napas. Kenapa dia mau repot-repot begini sih demi temannya yang sedang kasmaran?

 Kenapa dia mau repot-repot begini sih demi temannya yang sedang kasmaran?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Hai, Nadhira....."

Gibran datang setelah benar-benar Nadhira tengah tampil, dan sekarang Gibran menemui Nadhira setelah selesai tampil.

"Lah? Gibran? Kok disini?"

"Ya kan aku mau nonton kamu lomba, Nad." sambil senyum, sok kalem. Lalu dua detik kemudian dia melotot, panik.

Kenapa jadi aku-kamu begini?

Gibran mengangkat bunga yang di bawanya.

"Uhm..." dia berdehem agar suasana nggak secanggung tadi,"abisnya lo nggak bilang kalau mau lomba, jadi gua kesininya telat, maaf ya." ucapnya sembari menyodorkan bunganya pada Nadhira.

Nadhira tertawa pelan. Aduh. Gibran sampai harus menahan napasnya.

Cantik.

Satu kata, beribu makna, efeknya menggetarkan hati Girban saat itu juga. Sudah lama Gibran tak melihat Nadhira tertawa manis seperti ini.

Dan apa yang paling spesial? Nadhira tersenyum padanya, hanya untuknya.

Rasanya sangat amat berbeda. Gibran mengakui, kalau dia memang jatuh cinta pada sahabatnya sendiri.

Namun dia tak pernah tahu efeknya akan semenyenangkan ini.

Dulu mereka tertawa bersama sebagai sahabat, namun sekarang, sudah berada di level yang tinggi dan Gibran maupun Nadhira sadar akan hal itu.

"Terima kasih, Gibran."

"Urwell, Chub."

Rasanya mereka tak seperti sahabat kecil yang dulunya selalu bersama. Sekarang sudah benar-benar menjadi sepasang anak muda yang sedang kasmaran.

--
aku hanya bisa

ASDFGHJKL GEMES

blue dusk ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang