tidak percaya diri?

2.4K 651 77
                                    


"Dek, itu udah ada yang jemput tuh!"

Nadhira cepat bergegas, merapihkan tasnya lalu mengenakan sepatunya. Setelah pamit pada Papa dan Mamanya, Nadhira akhirnya keluar rumah, membuka pagar, lalu menyapa Adrian.

Nadhira tetap menyunggingkan senyuman manisnya walau ada sedikit rasa kecewa.

Dikiranya Gibran, namun yang datang malah Adrian.

"Loh Adrian?" Nadhira menerima sodoran helm dari Adrian, laki-laki itu nyengir.

"Lagi pengen aja ngejemput ibu negara." Jawabnya sembari terkekeh. Yang di balas senyuman oleh Nadhira. Dirinya melirik pekarangan rumah Gibran.

Gibran memang tak disana, tapi dia melihat semuanya dari balik kaca jendela.

Hatinya membara, seketika tembok besar yang kemarin hampir retak, kembali meninggi.

Gibran tak pernah suka ini. Namun dia juga yang tak pernah mau berusaha merebut kembali.

Dan ini adalah penyebab pertanyaannya sejak dua tahun lalu tak kunjung terjawab, segala pertanyaan yang menggumpal di dalam hati.

Gibran tak pernah bisa percaya diri, juga tak pernah mau peka.

Cinta membutakannya, sampai-sampai dia tak bisa membedakan senyuman manis Nadhira yang terlihat manis untuk Adrian.

Dia selalu salah mengartikan. Padahal senyuman Nadhira padanya, jelas-jelas berbeda.

🐱🐈

"Nadhiraaaaaaaa!"

Coba tebak siapa pemilik suara berisik itu? Adrian Jisung memanggil Nadhira dari depan pintu kelasnya.

"Kantin ayuk makan dulu lah." Ajaknya menghampiri Nadhira yang tengah membereskan bukunya. Nadhira tersenyum, mengangguk.

Oh ayolah Nadhira, jangan selugu ini jika tersenyum. Malah terlihat sangat manis di mata Adrian.

"Heh! Apa-apaan ngajak Nadhira, kan dia mau ke kantinnya sama gue." Itu suara Seoyeon Harani, teman sebangku Nadhira.

Adrian melotot,"idih, Nadhiranya aja nggak keberatan. Noh, Chani nungguin di luar."

"HAH SERIUS?????"

Adrian dan Nadhira tertawa. Seoyeon memang sebuta itu jika di sangkut pautkan dengan Chani Firdaus, laki-laki pujaan hatinya.

"Ayo Nad, aduh, lama." Nadhira terkesiap, Adrian menarik tangannya pelan. Nadhira tak mengerti harus bagaimana. Bahkan sampai di kantinpun, tangannya masih setia di terik oleh Adrian.

"Adrian, tangan lo..."

"Kenapa tangan gua- astagfirullah maaf Nad,"

Nadhira tertawa,"kenapa sih? Nggak berasa gitu narik-narik tangan orang?" Tanyanya sembari duduk, bergabung dengan Heejin dan Hwall yang duduk berduaan.

"Kalian ini, berduaaaa terus. Dasar, bucin." Celetuk Nadhira pada Heejin dan Hwall yang tengah menyantap mie ayamnya.

"Kalian pikir, kalian berdua ngapain?" Tanya Hwall galak, menyendok mie ayamnya lagi.

Padahal disana, ada Gibran duduk tak jauh dari mereka duduk. Oh, astaga. Nadhira tak paham, Apa ini? Gibran bersama gadis Bouwer?

Adrian melirik Girban sebentar," gerak cepat dong. Nanti keburu di salip."

Kuping Girban auto memanas. Nadhira hanya diam, tersenyum. Adrian mulai menunjukkan sikapnya jika diaㅡmemang suka pada Nadhira.

Jika begini, asal Nadhira bahagia dengan yang lain, Gibran memilih menjauh lagi.

Nadhira juga, kalau seperti ini dia juga jadi ngga pecaya diri.

--

aduh, dasar anak muda.

blue dusk ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang