Chapter 3 - Daniel's Wish

31.8K 2K 66
                                    

Jangan lupa meninggalkan jejak!

South Sumatra
Saturday, 24 March 2018
12.06 AM

***

Margo tersenyum lebar ketika ia selesai memoles finishing touch dari keseluruhan makeup-nya. Cantik. Butuh waktu lama dan perjuangan ekstra bagi Margo demi mendapat penampilan seperti ini.

Well, wajahnya tirus, kedua matanya tampak bersinar, bulu matanya lentik, bibirnya merah merona dan rambut blondenya dicepol ke atas, hingga leher jenjangnya terpampang sempurna. Ah, belum lagi gaun yang Daniel belikan tampak melekat sempurna pada tubuh Margo, seolah gaun itu dibuat khusus untuknya.

Penampilan Margo hari ini ... perfect!

Margo menggamit salah satu tasnya yang berwarna senada dengan gaun lalu berjalan keluar kamar. Sejak satu jam yang lalu, dia memang terlalu sibuk mempercantik diri hingga tidak mencari keberadaan Daniel sama sekali.

Maklum, Margo bahagia sekali bisa dikenalkan dengan teman-teman Daniel. Ia selalu berpikir, kalau Daniel hanya terpaksa hidup bersama dengannya karena anak mereka. Tapi saat mendengar bahwa Daniel mau mengenalkan Margo pada sahabatnya, ketika itu pula Margo merasa lelaki itu telah membuka diri padanya, dan membiarkan Margo mengambil salah satu bagian di dalam hidupnya.

Mungkin hanya bagian kecil yang tak bernilai. Tapi bagi Margo, semua itu sudah lebih dari cukup.

Wanita itu celangak-celinguk ketika mendapati apartment-nya terasa sangat sepi. Tidak ada tanda-tanda kehidupan Daniel di sana, yang ada hanyalah pelayan-pelayannya yang sibuk bekerja membersihkan rumah.

Ya, awalnya, Margo masih berpikiran positif. Ia pikir Daniel tengah mandi, membaca koran, atau bahkan mengerjakan pekerjaannya di ruang khusus miliknya. Tapi setelah mencari ke seluruh penjuru apartment, Margo ... tak bisa menemukan lelaki itu di mana pun.

Daniel ... tidak ada di sini.

Margo mengeluarkan ponselnya dari dalam tas, menekan tombol satu lama-lama, hingga nama Daniel keluar dari sana. Entah sejak kapan, lelaki itu sudah mengambil tempat terpenting di dalam hatinya. Dan Margo tahu, perjuangannya bertahan dalam cinta sepihak ini ... tidak akan mudah.

Tut ... tut ....

Bunyi sambungan terdengar, tapi tidak ada tanda-tanda bahwa Daniel akan mengangkat telepon itu. Dan benar saja, setelah menunggu lebih dari semenit, operator bilang bahwa panggilan Margo tak diangkat.

Margo terduduk di sofa sambil menekan tombol telepon beberapa kali. Entah kenapa, tiba-tiba dadanya terasa sesak. Daniel telah berjanji, tapi dia juga yang mengingkari.

Ia membuat Margo terbang ke langit seribu, lalu kemudian membakar hatinya menjadi abu.

Tidak dijawab.

Tidak peduli beberapa kali pun Margo mencoba, Daniel tidak mengangkat teleponnya. Well, Margo bukannya tak tahu kalau Daniel sibuk karena Gabriel masih di luar negeri. Ya, Daniel punya banyak hal yang harus ia kerjakan.

Margo tahu itu. Dia paham. Dan dia mengerti. Tapi ... kenapa? Kenapa Daniel harus membuatnya bahagia setengah mati dulu, baru menghempaskannya kuat-kuat?

Kenapa dia membuat Margo berharap, jika sebenarnya tidak pernah ada cela bagi Margo untuk masuk ke dalam hatinya?

Kenapa ... kenapa hati ini masih terasa sakit, bahkan setelah berkali-kali Daniel menyakitinya?

Margo merasa matanya panas dan isakkannya nyaris keluar. Sesegera mungkin, wanita berambut blonde itu berlarian menuju kamar utama dan menutup pintunya. Ia tak mau menjadi bahan gosipan para pelayannya karena menangis di ruang tamu.

[#W2] The Bastard That I Love (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang