Jangan lupa meninggalkan jejak!
***
Sudah dua jam sejak Margo terakhir kali menghabiskan chicken cordon blue-nya. Tapi sejak saat itu, dia masih saja berada di mall ini dengan orang yang sama. Iya, Margo masih bersama Lavender, si gadis berambut merah tembaga.
Meski awalnya risih karena Lavender terlalu terbuka pada Margo, tapi lama kelamaan obrolan mereka berjalan dengan lancar. Ya, tepat setelah Lavender menceritakan soal masa lalunya, Margo langsung merasa kalau mereka mengalami hal serupa tapi tak sama.
Ah, maksud Margo bukan situasi mereka yang mirip. Tidak. Tapi, karakter laki-laki yang Lavender ceritakan itu mirip dengan Daniel, jadi tanpa sadar Margo malah ikut hanyut ke dalam cerita Lavender.
Margo senang karena ternyata Lavender bukan orang aneh ataupun jahat seperti perkiraannya. Meski memang, Lavender bersikap terlalu easy going hingga Margo sendiri kebingungan karena sikapnya yang tidak biasa.
Ya, baru kali ini Margo bertemu dengan orang seperti Lavender. Dia bisa menceritakan semuanya pada Margo secara lepas, seolah sama sekali tak berpikir kalau Margo bisa saja berniat jahat padanya.
"Dari semua ceritaku tadi, sepertinya nyaris semua fakta laki-laki yang kubicarakan mirip dengan pasanganmu, eh?" Lavender tiba-tiba bertanya seraya menyeruput kopi panasnya. Mereka masih berada di restoran yang sama sejak dua jam yang lalu. Waktu berlalu begitu cepat ketika Margo membicarakan Daniel, sampai-sampai secara tak sadar, Margo sudah menghabiskan tiga piring kentang goreng dan dua gelas jus stroberi.
"Pasanganku?" tanya Margo balik. Pipinya memanas, dia bahagia ketika memikirkan kalau Daniel adalah pasangannya. Dan ya, Margo benar-benar jatuh cinta pada lelaki itu.
"Iya pasanganmu." Lavender membalas lagi, "bukankah sedaritadi kau terus menyetujui ucapanku, tapi kau tidak pernah membahas laki-lakimu?"
"Hm ...." Margo bergumam singkat lalu mengigit bibir bawahnya, "aku bingung bagaimana harus menceritakan hubungan kami. Ini rumit."
"Rumit? Seperti apa?" Lavender menaikkan alisnya tertarik. "Bisakah kau ceritakan? Aku ingin mendengarnya," sambung Lavender tertarik.
Lalu kemudian, wanita itu mengibas-ngibaskan tangannya di depan wajah Margo dengan gerakan cepat, "Ah! Aku tidak memaksa. Hanya saja aku merasa kita sudah dekat karena kau sudah mendengar semua ceritaku, sedangkan aku merasa ... aku belum jadi temanmu karena aku tak tahu apa-apa tentangmu."
Margo menelan salivanya kasar sesaat setelah gadis berambut merah itu menyelesaikan ucapannya.
Lavender adalah tipikal orang yang pemaksa, tapi secara halus. Seperti barusan, dia menyiratkan pada Margo untuk segera menceritakan tentang hubungannya. Tapi dengan embel-embel kata tidak memaksa.
Margo menarik napasnya berat setelah menimbang-nimbang. Baginya, menceritakan semua hal pada Lavender bukanlah hal yang buruk. Toh, Lavender kan tidak kenal Daniel, dan setelah ini mereka belum tentu akan bertemu lagi. Jadi, dengan begitu lancarnya, Margo menyebarluaskan semua hal yang ia lalui dengan Daniel belakangan hari ini.
"Oh ... jadi dia belum melirikmu sebagai wanita?" Lavender bergumam ketika ia selesai mendengar cerita Margo. "Tapi dia ... melakukan hal itu denganmu?"
Margo mengangguk dengan pipi yang memerah. Ah, dia terbawa suasana sampai-sampai menceritakan semuanya tanpa sensor.
"Dia tidak berubah," gumam Lavender singkat dan kecil, hingga Margo mengernyit bingung.
"Kau bilang apa?" tanya Margo.
"Tidak, hanya saja dia lelaki yang menarik." Lavender tersenyum manis dan melirik ke arah jam tangannya. Gadis itu menutup mulutnya terkejut dan menatap mata Margo. "Aku harus pergi! Aku punya pekerjaan sehabis ini."
![](https://img.wattpad.com/cover/138539810-288-k273940.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
[#W2] The Bastard That I Love (COMPLETED)
Любовные романы[Follow dulu untuk kenyamanan bersama🙏] Ditarik sebagian demi kepentingan penerbitan. CERITA LEBIH BANYAK NYESEK DIBANDING BAHAGIANYA. ⚡WALLANCE BOOK TWO⚡ *** Ini kisah Margolie Charlotte yang terjebak di dalam kesalahan cinta satu malamnya. Ia me...